From: Mang_Ucup Benang merah untuk Natal
Sineas dan kolumnis Belanda Theo van Gogh (cucu dari pelukis Van Gogh) dibunuh dgn cara ditembak dan ditikam, karena filmnya yg kontroversial "Submission" (kepatuhan) mengenai Islam dan wanita yg menuai kemarah di antara masyarakat Muslim Belanda, karena di film tsb di tayangkan empat wanita penyelewengan yg dlm jubah yg transparen menunjukkan buah dada dgn tulisan ayat2 al-Quran di punggung mereka. Peristiwa berdarah ini menjadi berekor panjang yg telah memicu perang individual - perang agama berupa kekerasan dimana mesjid2 maupun sekolahan Islam dibakar, begitu juga kebalikannya terjadi pembakaran gereja2 di Holland. Banyak orang Belanda yg secara terang2an mengaku "hari ini saya telah menjadi seorang rasis", bahkan ada yg mengharapkan agar Hitler bisa dibangkitkan kembali supaya bisa mendeportasi semua masyarakat Muslim dari Belanda. Untuk meredakan suasana yg panas ini telah diciptakan sebuah gelang karet dgn warna oranje (jingga) dimana dicantumkan tulisan "respect2all" sebagai lambang anti kekerasan, gelang ini telah diproduksi sebanyak 1,5 juta bh. Gelang oranje ini pertama kali dipakai oleh Perdana Menteri Belanda Balkenende dan dibagikan keseluruh anggota kabinetnya dan juga dipakai oleh anggota keluarga kerajaan Belanda, sebagai tanda respek terhadap sesama warga walaupun mereka beda. Mungkin ide ini timbul dari budaya tradisi adat istiadat lama orang India dimana dlm festival tahunan Rakshabandhan pada pagi harinya tiap anak perempuan akan mendatangi saudara laki2nya, kemudian mengikatkan sehelai benang mereah di pergelangan tangannya, setelah itu ia akan menyentuh kepala saudara laki2nya dgn tangan kanannya sebagai tanda kasih dan sekalian juga pemberian berkat dan sebagai balasannya si gadis akan mendapatkan hadiah yg telah disiapkan saudara laki2nya. Pada hari itu banyak sekali pria yg mengenakan tanda benang merah di pergelangan tangannya. Benang merah ini melambangkan tanda kasih dan juga perlindungan. Benang merah ini seperti juga lambang cincin dari seorang raja yg menunjukkan bahwa yg bersangkutan diutus raja, jadi tidak boleh seorangpun menyentuhnya apalagi mengganggunya, karena tindakan tsb dianggap sebagai melawan raja. Pada saat berlangsungnya pesta benang tsb terjadi satu kejadian yg menarik sehingga menjadi berita utama di berbagai media masa yg dilengkapi dgn foto sebagai berita utama. Setahun sebelum pesta benang dirayakan, seorang laki2 mati dibunuh secara sadis, oleh seorang pencuri. Pembunuhnya berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Setahun kemudian tepat pada hari pesta benang ini, istri janda yg terbunuh dtg berkujung ke penjara, ditempat itulah dgn air mata berlinang, ia mengikatkan benang merah di pergelangan tangan pembunuh almarhum suaminya, sebagai tanda bahwa ia telah memaafkannya dan bisa mengasihi pembunuh yg telah menyengsarakan hidupnya sebagai mana saudara laki2nya. Apakah kita juga bisa dan mampu melakukan hal yg sama, bukan hanya sekedar memaafkan bahkan bisa balik mengasihi orang yg telah membuat kita kecewa dan menderita? Di pesta Natal kita jangan hanya sekedar menghias dgn bunga yg berdaun merah "Flower of the Holy Night" yg lebih dikenal dgn nama Poinsettia, tetapi juga menghias hati kita dgn benang merah, dimana kita berusaha untuk memaafkan dan mengasihi musuh kita dan orang2 yg kita benci, orang2 yg telah menyakiti dan mengecewakan kita, seperti yg dilakukan oleh janda tsb diatas. Bukankah Tuhan Yesus sendiri berfirman "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Matius 5:44) Sebab apabila kita hanya mengasihi orang yg kitas kasihi, apa bedanya kita dgn para koruptor, pemerkosa maupun pembunuh mereka juga melakukan hal yg sama. Yesus sendiri telah memberi teladan, Ia dilahirkan dan di salib bukan untuk orang2 yg Ia kasihi melainkan untuk kita umat manusia yg belum bertobat yg masih berkubang dlm lumpur dosa. Sejak Adam & Hawa jatuh ke dlm dosa, manusia berdosa dianggap menjadi seteru Allah, karena mereka telah berontak melawan Allah. Ketika Tuhan Yesus mau menyembuhkan orang sakit, apakah pernah Ia menanyakan sebelumnya "Eh agama yg Lho anut apa?" ato "Jangan lupa yah setelah Lho sembuh Lho harus percaya ama Gue", boro2 menanyakan ras ato agama ataupun menutut balesan ato syarat apapun juga kepada mereka yg ditolongNya, ucapan terima kasih azah tidak pernah di tuntut oleh Nya. Kenapa kita yg menyatakan sebagai pengikut-Nya tidak mampu melakukan hal yg sama, dimana kita bukan hanya membuka pintu rumah kita melainkan juga hati kita bagi mereka yg beda dari kita, entah agamanya maupun rasnya, entah ia itu orang kaya, miskin, budukan ato penyandang penyakit HIV-AIDS, bisakah kita memperlakukan mereka sama seperti orang yg kita kasihi. Dapatkah kita mengirim kartu ucapan selamat hari Natal ato Th Baru bagi musuh2 dan orang2 yg kita benci, sebagai awal tanda kasih kita kepada mereka, sebagai awal dan pertanda, bahwa kita telah bisa dan mampu memaafkannya. Undanglah mereka untuk datang berkujung kerumah kita atau berikanlah mereka kado yg lebih istimewa daripada kado yg kita berikan kepada mereka yg kita kasihi. Pasti Anda akan berpikir mana mungkin sih kita akan bisa mendoakan orang2 yg kita benci ato musuh2 kita, apalagi mengirim kartu Natal ataupun memberikan kado, mungkin hanya orang2 gendheng azah yg bisa melakukannya, sebab seharusnya mereka lah yg melakukan hal tsb kepada kita, sebab mereka yg bersalah bukannya gue! Memang benar kita tidak akan mungkin bisa melakukan ini hanya dgn sekedar usaha kita sendiri saja, tetapi tercantum di Roma 5:5 "Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." Kalau kita begitu terbatas hingga tak dapat mengasihi musuh kita, gunakanlah kasih Allah yang telah dicurahkan bagi kita itu. Dengan rendah hati kita datang ke hadirat Tuhan, mohon Dia untuk membantu kita. Tuhan pasti akan mendengar dan mengabulkan doa kita. Kita mulai dgn yg kecil saja dahulu dimana kita mengirim email ato SMS "just to say hello" kepada orang2 yg telah mengecewakan kita, maupun orang2 yg kita benci, maupun kepada musuh2 kita, saya yakin benang merah ini akan menjadi berkat bagi kita semua, sebagai hadiah Natal yg indah! Dan percayalah pada saat menjelang Natal dan Tahun Baru hati setiap orang pada umumnya menjadi lebih lembut dan lebih mudah untuk memaafkan Semoga benang merah ini bisa dibaca dan dipraktekan oleh banyak orang, agar kita bisa menjadi garam bagi sesama kita. Dlm kesempatan ini juga mang Ucup hendak mengucapkan "Selamat hari Natal" kepada rekan2 semua dan sekalian ucapan terima kasih kepada Modie kita yg telah sedemikian baik dan sabarnya selalu meloloskan oret2an maboknya Mang Ucup. Maranatha Mang Ucup Email: [EMAIL PROTECTED] Homepahe: www.mangucup.org ====================================== From: ziip_me Kesaksian : Hadiah untuk Istri di Hari Ibu Dear All, Kemarin, tanpa kita sadari, hari ibu telah kita rayakan. Walaupun saya seorang pria, saya mengingat masa yang telah dilewati bersama dengan ibu saya (telah berpulang ke rumah BAPA di SURGA) adalah masa dimana saya harus berterima kasih kepada seorang ibu. ..... Untuk lanjutan ceritannya, bisa dilihat di situs AnakTerang.Org Dan ada kesaksian lainnya juga, bagi saudara-saudara yang ingin bersaksi, feel free untuk posting di situs anakterang.org cheers, ZiiP_Me http://anakterang.org *** Mari Bersaksi Untuk Kemuliaan TUHAN *** =============================================== From: Mundhi Sabda Lesminingtyas KELUARGA SEBAGAI PUSAT PENDIDIKAN Oleh Lesminingtyas TANGGUNG JAWAB KELUARGA KRISTEN Keluarga merupakan lingkungan pertama di mana anak-anak hidup, tumbuh dan berkembang. Jadi pantaslah kalau keluarga disebut sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Bahkan dalam banyak kasus, keluarga merupakan lembaga pendidikan satu-satunya bagi anak-anak hingga usia balita. Oleh sebab itu keluarga seharusnya memberikan didikan yang memadai, sebelum anak-anak mengenal dan bergaul dengan lingkungan di luar keluarga. Mengingat di dunia ini tidak ada sekolah moral, sekolah iman ataupun sekolah spiritual, maka sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama, keluarga Kristen harus mampu menyiapkan anak-anak sebagai pribadi yang bermoral, beriman kepada Kristus, percaya dan berpengharapan akan janji keselamatan dari Tuhan serta menjadi anak-anak terang yang memancarkan Kasih Kristus. Lima tahun pertama kehidupan anak (sebelum anak masuk SD) merupakan hak emas bagi keluarga untuk membentuk anak. Dikatakan hak emas karena pada umur tersebut, keluarga memiliki hak yang penuh untuk memutuskan jam berapa anak harus melakukan atau mempelajari apa. Setelah anak berusia 5 atau 6 tahun, sekitar 6-8 jam per hari anak berada di sekolah. Sepulang sekolah, anak-anak masih harus mengerjakan PR/tugas dan menghafal pelajaran dari sekolah serta mengikuti berbagai les yang mungkin bisa menyita waktu 3-4 jam per hari. Jika anak menggunakan waktu untuk kegiatan pribadi seperti mandi dan tidur/ istirahat sekitar 7-9 jam per hari, maka tinggal berapa jam lagi yang tersisa bagi keluarga untuk menjalankan fungsinya sebagai pendidik bagi anak? Belum lagi kalau waktu yang tersisa itu dihabiskan oleh anak untuk bermain, makan, membaca buku-buku atau kegiatan lain sendiri (solitaire) tanpa berinteraksi dengan orang tua atau saudara seiman, tinggal berapa menit lagi yang tersisa bagi keluarga Kristen untuk menjalankan proses belajar mengajar moral, keimanan dan spiritualitas? Kalau saja pada lima tahun pertama kehidupan anak, kedua orang tua memegang teguh Janji Baptis untuk mendidik anak dalam ajaran dan terang Kristus, maka sudah seharusnya keluarga menabur tiga benih kekristenan yaitu : Iman, Pengharapan dan Kasih sejak usia dini. Saat anak keluar rumah untuk bergaul dengan orang-orang di lingkungan tempat tinggal dan sekolah yang belum tentu seiman, benih-benih kekristenan tersebut setidaknya telah berakar kuat dan siap untuk dirawat dan dikembangkan lebih lanjut. Seiring dengan perjalanan usia anak yang semakin bertambah, waktu mereka bersama keluargapun semakin sempit. Oleh sebab itu keluarga perlu semakin kreatif dalam meningkatkan mutu interaksi dan komunikasi dalam keluarga. Dengan demikian diharapkan setiap ucapan, sikap dan perbuatan semua orang dewasa dalam keluarga harus layak dilihat, didengar, dipelajari dan diteladani oleh anak-anak. Saat anak-anak tumbuh menjadi remaja atau ABG (anak baru gede), merekapun akan melangkah ke dunia pergaulan yang lebih luas. Dasar iman yang kuat dan takut akan Tuhan yang ditanamkan dengan benar sejak usia dini akan sangat berguna sebagai pedoman mereka untuk mengatakan mana yang "Yes" dan mana yang "Noway" terhadap segala daya tarik yang ditawarkan oleh lingkungan pergaulannya. Dengan semakin bertambahnya umur anak, tentunya pengajaran serta teladan keimanan dan spiritualitas di dalam keluargapun perlu semakin ditingkatkan kualitasnya sesuai dengan kebutuhan anak-anak yang terus berkembang. Saat anak tumbuh menjadi pemuda/pemudi, tanggung jawab keluarga semakin besar. Paling tidak keluarga masih harus "mempertanggungjawabkan" janji baptis, untuk mengantarkan anak-anak mereka menjadi pribadi yang matang dan layak di hadapan Allah, hingga mereka siap melangkah ke depan jemaat untuk mengaku percaya (sidhi). Sesuai dengan tata gereja, ketika anak-anak telah menjadi warga sidhi, tanggung jawab keluarga terhadap kehidupan keimanan dan spiritualitas anak-anak sudah mulai berkurang. Apapun yang dilakukan oleh warga sidhi merupakan tanggung jawab mereka sepenuhnya. Dalam tahap ini, orang tua hanya memiliki tanggung jawab moral yang tidak diikat lagi oleh Tata Gereja, untuk selalu mendampingi anak-anak sampai mereka menemukan pasangan hidup yang sepadan di hadapan Allah dan siap membentuk keluarga Kristen yang baru dan kudus. TANTANGAN BAGI KELUARGA KRISTEN Dengan berbagai perkembangan jaman yang ada, tantangan bagi keluarga Kristen untuk membangun keluarga yang kudus menjadi semakin banyak. Terlebih lagi dalam menyiapkan anak-anak mereka untuk membentuk keluarga Kristen yang baru di tengah-tengah dunia. Beberapa tantangan yang dihadapi oleh keluarga dalam menaburkan, merawat dan mengembangkan benih-benih keimanan dan spiritualitas anak-anak mereka, antara lain : 1. Tidak semua keluarga menyadari dan memegang teguh janji baptis. Saat orang tua membaptiskan anaknya, mereka berjanji untuk mengajarkan kepada anak tentang arti Janji Keselamatan dan selalu mendidik mereka menurut Firman Tuhan. Karena janji baptis merupakan janji orang tua kepada Allah, maka sudah seharusnya orang tua memegang teguh dan berusaha menepati janji tersebut. Sebagai pemenuhan atas janjinya, orang tua harus mendidik anak-anak dalam terang dan kasih Kristus hingga mereka tumbuh menjadi pribadi dewasa yang layak di hadapan Allah dan mengaku percaya atau sidhi. Namun pada kenyataannya ada begitu banyak keluarga Kristen yang membaptiskan anaknya hanya untuk memenuhi tata gereja. Banyak diantara orang tua yang merasa sudah lega setelah menyerahkan anaknya kepada Tuhan melalui ritual sakramen baptisan. Mereka menyangka bahwa baptisan identik dengan keselamatan. Mereka lupa bahwa baptisan hanya merupakan meterai dan justru merupakan awal perjanjian orang tua dengan Tuhan. 2. Ketidakharmonisan dalam keluarga Ketidakcocokan dan kurangnya saling pengertian antara suami istri sering berakibat pada ketidakharmonisan keluarga. Ketidakharmonisan tersebut tentunya akan menghambat anak-anak untuk belajar tentang kasih. Dan anak-anak yang tidak belajar kasih dengan sempurna akan mengalami kesulitan untuk mengasihi, terlebih lagi untuk memberikan kontribusi yang positif dalam membangun keluarga kudus. Suasana keluarga yang tidak harmonis tentunya membuat suami, istri atau keduanya serta anak-anak berada dalam situasi yang tidak damai sejahtera. Kondisi yang demikian tentunya sangat merugikan pertumbuhan benih kekristenan anak. Bahkan beberapa teolog berpendapat bahwa figur orang tua (ayah) yang tidak penuh kasih, akan menyulitkan anak-anak untuk belajar dan menerima konsep tentang Bapa Yang Maha Pengasih. Ketidakharmonisan keluarga itu sendiri dapat merupakan akibat tetapi juga dapat menjadi penyebab timbulnya masalah-masalah lain dalam keluarga, seperti kekecewaan, luka batin, ketidaksejahteraan, ketidaksetiaan, perselingkuhan, percabulan dan bahkan bisa berakibat pada perceraian. Sudah bukan rahasia lagi bahwa kasus perceraian dalam masyarakat kian hari kian meningkat. Sayangnya, tingkat perceraian keluarga Kristenpun menunjukkan peningkatan yang sama dengan tingkat perceraian di masyarakat pada umumnya. Tentunya hal ini merupakan tantangan bagi gereja untuk memenangkan kebenaran Firman Tuhan melalui kehadiran keluarga jemaat yang kudus di tengah-tengah carut marutnya dunia. 3. Kesibukan orang tua Adakalanya salah satu atau kedua orang tua harus bekerja atau melakukan usaha di luar rumah. Kesibukan kerja atau usaha sering kali dipakai sebagai alasan keluarga untuk melepaskan tanggung jawabnya sebagai pendidik anak. Waktu orang tua di rumah yang sangat terbatas sering kali tidak dimanfaatkan secara baik dan berkualitas untuk kebersamaan keluarga ataupun untuk mendidik anak. Dalam banyak kasus ketika kedua orang tua berada di rumahpun, mereka tetap tidak melaluinya dalam kebersamaan. Adakalanya kedua orang tua terlalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing dan membiarkan anak yang lebih besar bermain game atau komputer/internet, sementara anak-anak yang lebih kecil dibiarkan bergaul bersama baby sitter atau pembantu. 4. Sulitnya pengasuh pengganti yang seiman Iman, pengharapan dan kasih hanya bisa diajarkan melalui kata-kata dan teladan nyata dari orang-orang yang mengenal kasih Kristus. Idealnya anak-anak harus mendapatkan pengasuhan dan bimbingan yang tepat dari orang yang seiman. Hal ini tentunya sulit sekali dinikmati oleh anak-anak yang salah satu atau kedua orang tuanya bekerja atau melakukan usaha di luar rumah. Sudah barang tentu ketika salah satu atau kedua orang tua bekerja, pengasuhan dan perawatan anak diserahkan kepada pengasuh pengganti. Sebenarnya hal tersebut tidak menjadi masalah kalau saja keluarga bisa memberikan pengasuh pengganti yang seiman. Sayang sekali untuk mendapatkan pengasuh anak, baby sitter atau pembantu yang seiman bukanlah perkara yang mudah. 5. Pengaruh media massa Kalau dihitung-hitung waktu anak di depan TV, internet dan media lainnya, lebih banyak dibandingkan dengan waktu mereka untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang tuanya. Kalau tidak disikapi dengan bijakasana, kehadiran media masa dapat menjadi pedang bermata dua bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Di satu sisi, media masa dapat memberikan informasi, pengetahuan dan hiburan. Di sisi lain media masa dapat memberikan pengaruh buruk yang dapat merusak moral, spiritual dan keimanan anak. Terlebih lagi saat ini banyak informasi dan contoh-contoh kekerasan, percabulan, kuasa gelap, sihir, alam gaib atau kuasa-kuasa setan dan hal-hal lain yang tidak berkenan di hadapan Allah, yang masuk ke dalam rumah tanpa permisi, melalui media TV, koran dan internet. 6. Makin maraknya alat-alat permainan yang tidak edukatif. Saat ini anak-anak dimanjakan dengan hadirnya berbagai alat permainan, dari yang murah hingga yang mahal yang belum tentu edukatif. Maraknya game, play stasion (PS), boneka Barbie dan jenis mainan lainnya semakin membuat anak menikmati hidup solitaire (sendiri) dan merasa tidak membutuhkan orang lain. Berbagai jenis permainan perang-perangan seperti game/zega VirtuaCop, pedang-pedangan, pistol-pistolan dan sebagainya sedikit banyak mendorong timbulnya skap agresif dan destruktif pada anak. 7. Pelecehan sexual pada anak-anak Dulu kita berpikir bahwa pelecehan dan tindak kekerasan seksual merupakan masalah yang hanya dialami oleh anak-anak perempuan ketika mereka berada di luar rumah . Tetapi pada kenyataannya saat ini banyak sekali anak perempuan maupun laki-laki yang menjadi korban pelecehan dan kekerasan seksual baik di luar maupun di dalam rumah. Dalam banyak kasus, anak-anak perempuan menjadi korban pelecehan dan pemerkosaan bukan hanya oleh orang asing yang belum dikenal, tetapi juga oleh ayah/papa, kakek, om/pamannya sendiri. Tidak sedikit anak laki-laki di bawah umur menjadi korban pelecehan seksual atau sodomi dari orang-orang terdekatnya. Dari buku "Kekerasan Seksual pada Anak dan Remaja" terungkap bahwa 25% perempuan dewasa pernah mengalami pelecehan seksual semasa kecilnya. Selain itu diperkirakan 80% pelaku percabulan terhadap anak-anak di bawah umur adalah orang-orang yang dikenal oleh anak, dan 40% pelaku tindak percabulan tersebut adalah orang tuanya sendiri, baik ayah kandung, ayah tiri maupun ayah angkat. 8. Narkoba Kasus penyalahgunaan serta peredaran narkotika dan obat-obat psikotropika lainnya semakin hari semakin marak. Dapat dikatakan bahwa peredaran narkoba sudah merambah sampai di depan pintu rumah kita. Jaringan peredaran narkoba yang begitu rapi dan menggunakan cara-cara pemasaran yang kreatif dan menarik, mudah sekali mengelabui dan menyeret anak-anak dari keluarga baik-baik masuk ke dalamnya. Cara peredaran yang sungguh mengena di hati, sering kali membuat anak-anak tidak sadar bahwa dirinya telah menjadi korban dan budak narkoba. Bahkan menurut catatan Depdiknas, 70 % dari 4 juta pengguna narkoba adalah anak usia sekolah mulai umur 14-20 tahun. Bahkan banyak ditemukan pengguna narkoba yang mulai mengkonsumsi obat-obatan tersebut sejak usia SD (Suara Pembaharuan Senin, 2 Agustus 2004). Dalam banyak kasus terungkap bahwa remaja terdorong untuk menggunakan obat-obatan terlarang supaya fly, on atau giting sebagai strategi atau alat untuk mengatasi masalah-masalah mereka. Bahkan benda-benda tersebut juga menjadi pilihan yang cukup populer di kalangan remaja putri karena dirasakan dapat memberikan kenyamanan sesaat. Acap kali mereka sebenarnya hanya butuh perhatian dan kehangatan yang lebih dari orang tua atau keluarga. 9. Pergaulan bebas Ketika anak tumbuh menjadi remaja atau ABG, orang tua dihadapkan kembali pada dilema; antara mengekang anaknya untuk diam di dalam rumah atau membiarkannya bebas bergaul dengan teman sebayanya. Kalau moralitas, spitirualitas dan keimanan yang ditanamkan oleh keluarga kurang kuat berakar, tumbuh dan berkembang serta mewarnai setiap gerak dan langkah anak, maka bisa dipastikan remaja akan menjadi sama dengan lingkungan pergaulannya. Banyak sekali kita jumpai anak-anak remaja/ABG yang nongkrong di mal-mal dengan gaya hampir seragam; berpakaian trendi dan model rambut mutakhir atau memakai sepatu merek yang sama, berbicara dengan kosa kata dan berpendapat yang tidak jauh berbeda satu sama lain. Bukan rahasia lagi bahwa kebiasaan merokok, dugem di diskotik dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol, narkoba dan seks bebas mulai bisa dinikmati oleh remaja atau ABG yang tidak beriman, pada usia yang masih sangat dini. Young Adult Reproductive Health Survey, sebuah organisasi yang sejak tahun 1985 melakukan survey di beberapa kota Amerika Latin, menyatakan bahwa rata-rata remaja melakukan hubungan seks pertama kali pada saat mereka berumur 15 tahun untuk anak laki-laki dan 17 tahun untuk anak perempuan. Berdasarkan data ESCAP, Population Research Leads, terungkap bahwa 1 dari 5 perempuan di Indonesia melahirkan anak pertama yang merupakan buah dari hubungan seks pra nikah. Sebenarnya komitmen pada kesucian sebelum nikah yang merupakan standar hidup dari Alkitab yang juga didukung oleh norma masyarakat telah ada sejak lama. Namun sejak akhir tahun 1960an perilaku seks pra nikah dikenal sebagai moral baru, yang sebetulnya hal tersebut bukan baru dan bukan moral. Sebagai keluarga Kristen, kita tidak boleh terlalu mengekang anak tetapi juga tidak boleh membiarkan anak-anak memulai kebiasaan buruknya yang tidak berkenan di hadapan Allah. Saat seperti inilah yang merupakan saat terberat bagi keluarga Kristen untuk memenuhi janji baptis yang telah diucapkannya. Di saat-anak anak ingin menikmati kebebasannya, saat itu pula keluarga berkewajiban mempersiapkan mereka menuju kedewasaan iman supaya mereka hidup layak di hadapan Allah dan berani mengaku percaya/sidhi. 10. Keterbatasan teman seiman bagi anak Ketika anak-anak masih Sekolah Minggu, mereka sungguh bersuka cita karena memiliki banyak teman yang seia sekata di dalam Tuhan. Begitu anak memasuki usia remaja atau ABG, kemudian menjadi pemuda/pemudi, sudah dipastikan bahwa teman seimannya makin lama makin sedikit karena kesibukan studi, pekerjaan/karir atau karena alasan lainnya. Bahkan sangat dimungkinkan pemuda/pemudi bergaul dengan teman yang tidak seiman 5 atau 6 hari dalam sepekan di sekolah/kampus atau tempat kerjanya. Untuk bergaul dan berbagi dengan teman yang seiman paling-paling hanya bisa dilakukan beberapa jam setiap minggu. Itupun hanya berlaku bagi pemuda/pemudi aktivis gereja. Keterbatasan pergaulan dengan teman seiman inilah yang sering membuat banyak pemuda/ pemudi yang aktif di gereja akhirnya menjadi jomblo yang kesepian. Bahkan banyak pemuda/pemudi Kristen yang memutuskan untuk mengikuti jejak Yudas Iskaryot, rela menukarkan Juru Selamat dengan kekasih pujaan hati yang tidak seiman. Seandainya semua pemuda/pemudi Kristen memegang teguh janji sidhinya, dapat dipastikan mereka tidak akan meninggalkan Tuhan, terlebih lagi hanya karena untuk mendapatkan kekasih atau jodoh. 11. Trend hidup yang rawan dengan percabulan Tekanan hidup di kota metropolitan seringkali membuat penduduknya, terutama eksekutif muda mencari hiburan untuk sekedar rileks ataupun untuk memperlancar urusan bisnis atau karirnya dengan seks. SAL (Sex After Lunch) atau BBS (Bobo Bobo Siang) dengan rekan kerja atau koleganya menjadi gaya hidup sebagian warga kota metropolitan. Semakin hari semakin banyak laki-laki bersuami yang menyukai WIL (Wanita Idaman Lain), demikian juga banyak perempuan bersuami menyukai PIL (Pria Idaman Lain). Bahkan Robert Nio, seorang hamba Tuhan pernah menulis di beberapa milis Kristen bahwa 70 % perempuan di Jakarta berselingkuh dan memiliki PIL. Ketika gaya hidup yang seperti ini menjadi trend, keluarga Kristen kembali dihadapkan pada tantangan bagaimana memelihara kekudusan cinta dalam kehidupan sehari-hari. Bila salah satu atau kedua orang tua terlibat dengan percabulan, tanpa disadari mereka telah membawa dosa percabulan ke dalam keluarga. Dosa percabulan sendiri akan menghambat dan merusak hubungan mereka dengan Tuhan dan juga dengan pasangan, yang bisa menjadi malapetaka bagi keharmonisan keluarga. Dosa percabulan tersebut juga akan berdampak pada hilangnya keteladanan orang tua di hadapan anak-anak. -- APA YANG PERLU DILAKUKAN KELUARGA KRISTEN ?-- -- APA YANG HARUS DILAKUKAN OLEH GEREJA?-- Baca selengkapnya di buku "Menjadi Mitra Allah : Kemarin, Kini dan Esok" yang diterbitkan dan didistribusikan oleh GKI Kwitang. Untuk pemesanan, bisa hubungi Sisca Nan cantik ke [EMAIL PROTECTED] [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar. Now with Pop-Up Blocker. Get it for free! http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/IYOolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM - Daftar : [EMAIL PROTECTED] Keluar : [EMAIL PROTECTED] Posting: jesus-net@yahoogroups.com Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED] -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/jesus-net/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/