From: Cindy Ariesta Pelayanan vs Pertumbuhan Rohani Ev. Eddy Fances, Mengapa topik ini bisa muncul dalam pembicaraan orang-orang Kristen? Ada dua fakta yang terjadi. Pertama, ada sebagian orang Kristen yang aktif melayani Tuhan, khususnya dalam konteks pelayanan gerejawi merasakan "kejenuhan"-tentunya bisa disebabkan berbagai alasan: kesibukan bekerja atau sekolah, masalah keluarga, kerohanian yang keropos, cobaan dunia, dan/atau berbagai masalah pribadi lainnya. Lalu timbulah dugaan, bahwa jangan-jangan kesibukan pelayanan gereja telah menyebabkan kejenuhan ini, lalu mencoba refleksi diri: "Mungkin saya harus terlebih dahulu memfokuskan diri kepada pertumbuhan rohani pribadi saya-baik melalui meditasi, doa, mengikuti kelompok sel, penyelidikan Alkitab, atau acara pembinaan lainnya-daripada mementingkan pelayanan gerejawi." Akhirnya, munculah pertanyaan: "Manakah yang harus didahulukan? Pelayanan? Ataukah pertumbuhan rohani?" Kedua, ada sebagian orang Kristen yang tidak mau terlibat dalam pelayanan gerejawi karena merasakan pertumbuhan rohaninnya belum cukup. Ketika ditanya, mereka akan menjawab dengan penuh 'rendah hati,' "Aduh, saya kayaknya belum siap deh. Ntar saja, kalau rohani saya sudah bertumbuh lebih baik dan lebih sehat." Atau jawaban yang lebih pesimis, "Wah, jangan dulu deh, saya takut kalau-kalau sibuk pelayanan, malah nanti kayak si 'majelis' itu. Aktif sih aktif, tetapi karakternya, ih... mengerikan. Masih lebih baik orang yang tidak percaya." Maka timbulah pertanyaan yang sama, "Manakah yang harus didahulukan? Pelayanan? Ataukah pertumbuhan rohani?" Sesungguhnya masalah orang yang pertama dan kedua adalah sama, yaitu tidak memiliki definisi yang jelas tentang pertumbuhan rohani. Pertumbuhan rohani secara pribadi tidak boleh diartikan sebagai beberapa kegiatan 'rohani' misalnya: meditasi, berdoa, ikut kelompok sel, penyelidikan Alkitab, atau seminar pembinaan Kristen lainnya. Pertumbuhan rohani yang sejati sebenarnya mencakup semua aspek dalam kehidupan ini, baik pertumbuhan secara kognitif, emosionil, karakter, kualitas buah Roh, relasi vertikal (iman dan pengenalan terhadap Tuhan), horizontal (sosial: keluarga, masyarakat), aspek pelayanan gerejawi dan non-gerejawi, serta pengalaman-pengalaman mengalahkan cobaan iblis, cobaan dunia, dan mengalahkan nafsu kedagingan diri sendiri. Sesungguhnya pelayanan gerejawi adalah salah satu aspek dalam pertumbuhan rohani yang sejati. Dengan demikian sebenarnya pertanyaan "manakah yang harus didahulukan, pelayanan atau pertumbuhan rohani?" adalah pertanyaan yang salah. Keduanya tidak harus dipertentangkan. Jikalau dalam pertumbnuhan jasmani yang sehat kita membutuhkan "olah-raga" demikian pula dalam pertumbuhan rohani yang sehat, kita membutuhkan "oleh-jiwa" atau "olah-roh," yaitu pelayanan bagi Tuhan. Sebagaimana olah-raga tidak bisa dipisahkan dari pertumbuhan jasmasni, demikian pula pelayanan tidak bisa dipisahkan dari pertumbuhan rohani orang Kristen. Coba perhatikan perbandingan dibawah ini: *Jasmani yang sehat membutuhkan: **Rohani yang sehat membutuhkan: 1.*Udara segar untuk bernafas.**Roh yang disiplin dalam berdoa. 2.*Makanan yang sehat dan teratur.**Firman Tuhan yang teratur dan progresif, al: meditasi pribadi, ibadah, 'Bible study." 3.*Minuman yang sehat dan cukup.**Hati yang sensitif terhadap pimpinan Roh Kudus. 4.*Olah raga yang teratur.**Pelayanan yang membangun. 5.*Vitamin yang bermanfaat.**Pembinaan tambahan, a.l.: ceramah, buku rohani, majalah rohani, Sekolah Alkitab Awam. 6.*Istirahat yang cukup.**Retreat, perenungan Firman Tuhan, belajar menantikan waktu Tuhan. 7.*Bekerja dengan teratur.**Berbuah bagi Tuhan, a.l.: mengabarkan Injil, dan bersaksi dalam kehidupan sehari-hari. 8.*Hiburan dan Liburan.**Musik rohani, acara kebangunan rohani, dan kegiatan rohani sejenisnya. 9.*"Upah" atau "hadiah" sebagai insentif dalam bekerja.**Pengalaman-pengalaman menang atas cobaan Iblis, cobaan dunia, dan cobaan kedagingan. 10. Rasa aman dalam masa pensiun. Jaminan hidup kekal dan mahkota yang dijanjikan Allah kelak di sorga yang bahagia. Saudara, perbandingan diatas hanyalah sebuah contoh bahwa kita adalah manusia ciptaan Tuhan yang memiliki aspek jasmani dan aspek rohani. Dan, keduanya, baik pertumbuhan jasmani maupun pertumbuhan rohani itu sesungguhnya mencakup semua aspek yang ada dalam kehidupan ini. Kembali kepada isu kita diatas, kesimpulan kita adalah bahwa pelayanan itu adalah salah satu aspek dalam pertumbuhan rohani yang sehat yang tidak boleh diabaikan, apalagi dihapuskan. Sebab itu, himbauan saya, bagi Saudara yang sudah melayani, setialah sampai akhir sambil menjaga keseimbangan pertumbuhan dalam aspek-aspek lainnya. Pengaturan waktu yang bijaksana adalah kunci untuk menaklukkan "kejenuhan" yang tidak seharusnya ada dalam pelayanan bagi Tuhan. Bagi Saudara yang belum melayani, atau takut melayani, atau pesimis, atau 'ogah' melayani, saya menghimbau Saudara untuk memulainya sesuai dengan karunia yang sudah Tuhan titipkan bagi Saudara. Tidak ada pilihan lain jikalau Saudara mau bertumbuh secara sehat: Layanilah Tuhan dengan segenap hati. Bacalah: Rom. 12:1; I Kor. 15:58; Kol. 3:23; II Tim. 4:7-8. Salam, Ev.Eddy Fances ============================================ From: andreas wurangian
*selamat memasuki masa advent* Adven Pertobatan Tanpa Henti Oleh : Andre Wurangian*) Minggu 28 Nopember, umat Kristen khususnya Katolik memasuki suatu tahun liturgi Gereja yang disebut Masa Adven. Dalam tradisi Gereja Katolik Roma, sebelum memasuki masa Adven, tahun liturgi gereja dipuncaki dengan (baca: masa biasa) hari raya Kristus Raja Semesta Alam. Hampir mirip dengan umat Muslim yang 'mempersiapkan' diri selama sebulan penuh untuk merayakan Lebaran, masa Adven bagi umat Katolik juga merupakan 'masa persiapan' sebelum merayakan Natal. Saat Adven, empat minggu sebelum hari Natal tiba, nuansa gereja berubah. Tidak terlihat lagi dekorasi warna-warni. Corona, roda, mahkota atau lingkaran Adven dihiasi daun cemara dan empat buah lilin merupakan tanda yang menonjol. Minggu I, salah satu lilin dinyalakan, minggu II ditambah satu lagi, dan seterusnya. Semuanya itu melambangkan harapan akan kepenuhan janji Tuhan. Kalau hiasan corona itu dari daun cemara, tentu tak lepas dari alasan praktis-awet, di samping kedekatan dengan suasana Natal. Selama masa Adven tak lagi ada nyanyian Te Deum Laudamus (baca: Kami Memuji Dikau Tuhan) dan Gloria in Exelcis Deo (Kemuliaan Bagi Allah di Surga). Tetapi, 'alleluia' tetap dimadahkan, sebagai ungkapan kegembiaraan, optimisme akan kedatangan Kristus pada akhir zaman. Dan, kedatangan Tuhan itu menuntut pertobatan. Penghayatan akan semu itu terwujud dalam liturgi yang diwarnai dengan suasana pertobatan, kerinduan dan harapan akan kedatangan ini. Harapan dan kerinduan itu misalnya diungkapkan lewat kata-kata, 'Datanglah Ya Tuhan.' Sedangkan pertobatan dilambangkan lewat warna unggu-baik pakaian liturgis yang dikenakan imam dan petugas liturgi, maupun hiasan-hiasan di seputar altar. Kata Adven itu sendiri memang berasal dari kata Latin Adventus, yang artinya kedatangan. Maka kata ini, sebenarya bukan khusus milik gerjea Katolik. 'Agama' yang memuja dewa-dewi pada zaman Romawi kuno juga menggunakan istilah ini dalam ibadah penyambutan kedatangan dewa di kuil. Adven bahkan juga dipakai dalam dunia politik, kunjungan resmi seorang pejabat tinggi ke sebuah desa atau kota, sesudah memangku jabatan. Meruntut sejarah masuknya masa Adven dalam penanggalan liturgi Gereja Katolik tak mudah. Tapi ada satu bukti sejarah, yaitu Konsili di Saragosa, Spanyol (380) yang menghimbau umat beriman melakukan persiapan sejak tanggal 17 Desember untuk menyambut pesta Epiphani (penampakan Tuhan) 6 Januari yang dalam gereja Katolik lazim dikenal sebagai Pesta Tiga Raja dari Timur yang mengunjungi kanak-kanak Yesus. Dan pada akhir abad ke-V, Uskup Tours Perancis, Mgr Perpetuus menetapkan masa puasa selama tiga hari selama seminggu dari pesta St. Martinus (11 November) sampai hari raya Natal. Masa ini disebut Quadragesima Sancti Martini (40 hari St. Martinus). (sebagai catatan tambahan bahwa dalam tradisi Gereja Katolik ada perbedaan yang sangat tajam antara hari raya, pesta, dan peringatan. Peringatan juga dibagi menjadi peringatan wajib dan fakultatif). Praktek persiapan menjelang Natal juga diadakan di Gereja Ravanna dan Milan, Italia, pertengahan abad ke-5. Bila di gereja Milan, masa persiapan ditetapkan 6 minggu, gereja Roma menetapkan 4 minggu. Angka empat itu dikaitkan dengan peristiwa besar dalam sejarah keselamatan umat manusia: kelahiran, kematian, keruntuhan Kota Suci Yerusalem dan kedatangan Yesus kedua pada hari Pengadilan terakhir/akhir zaman. Pada awal abad pertengahan, penekanan lebih dititik-beratkan pada arti Adven sebagai saat penantian Kristus akhir zaman. Maka, tobat menjadi sarana yang paling tepat. Adven pun berkembang menjadi masa tobat. Itulah mengapa mada pujian 'kemuliaan' dihilangkan dalam perayaan Ekaristi, dan warna unggu menjadi khas masa Adven, seperti juga Prapaska. Pada abad XII, saat tobat masa Adven dimasukkan ke dalam liturgi Romawi dan diberlakukan sampai sekarang. Dalam liturgi gereja, sikap tobat ini sangat terasa misalnya melalui bacaan-bacaan Kitab Suci yang diwartakan selama masa Adven, terutama dengan menampilkan tokoh-tokoh sentral pada masa Adven yaitu Maria dan Yohanes Pembaptis dan pewartaan-pewartaan nabi Yesaya. Misalnya, Yohanes Pembatis dalam pewartaannya mengatakan, 'Bertobatlah, Pesiapkanlah jalan bagi Tuhan,....jalan yang bengkok diluruskan, jalan yang berlubang ditimbun...." dan sebagainya. Sebelumnya, abad X dan XI, Adven dipandang sebagai awal tahun liturgi karena teks-teksnya ditempatkan pada permulaan buku misa. Akibatnya, sering terjadi salah tafsir bahwa tahun liturgi dimaksudkan untuk memaparkan kehidupan Kristus: kelahiran, kematian, kebangkitan sampai kedatangan-Nya pada akhir zaman. Padahal, seluruh tahun liturgi berpusat pada Hari Raya Paska. Lalu, bagaiman Adven ini dihayati? Pastor DR. Nico Hayon, SVD, mantan dosen STFT Ledalero yang bekerja di Komisi Liturgi KWI (Konfrensi Waligereja Indonesia) pernah mengatakan bahwa Adven dihayati dalam konteks tiga arti yaitu kedatangan Tuhan: Natal, kedatangan di akhir zaman dan kedatangan dalam bentuk tanda dan lambang.. Maka sikap yang harus dimiliki seorang Kristen adalah, pertama, sikap siaga dan hidup sebagai pengikut Kristus; hidup damai, dan menerima orang lain apa adanya dan bertobat. Kedua, optimisme, penuh harapan dengan terus menerus menjaga sikap tobat. Ketiga, kesiapan menyambut Tuhan lewat tanda dan lambang; dalam sakramen-sakramen, terutama Ekaristi dan dalam Sabda-Nya. Melalui tanda-tanda itu, khususnya Ekaristi, kita dibentuk menurut Citra Allah (imago Dei), berubah menjadi serupa dengan Kristus dan diutus memberi kesaksian tentang kasih Allah. Dengan demikian tobat dan memberi kesaksian tentang kasih Allah merupakan sikap terbaik menyongsong Tuhan yang akan datang. Selamat mempersiapakan diri menyambut Natal. "Penulis : Wartawan Papua [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> $9.95 domain names from Yahoo!. Register anything. http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/IYOolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM - Daftar : [EMAIL PROTECTED] Keluar : [EMAIL PROTECTED] Posting: [EMAIL PROTECTED] Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED] WebSite: http://jnm.clear-net.com (Webmaster wanted!) -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/jesus-net/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/