From: Billy Kristanto 
Memuji Tuhan

Ketika kita datang beribadah, pada bagian akhir kebaktian kita menyanyikan Doxology, 
suatu pujian kepada Allah Tritunggal. Kita mengatakan "Puji Allah Bapa, Putera, Roh'ul 
Kudus ..." Allah memang berhak menerima segala kemuliaan, hormat dan pujian dari 
seluruh ciptaanNya, karena hanya Dialah yang layak menerimanya (Soli Deo Gloria). 
Solus artinya sole atau alone. Pujian yang benar tidak mungkin tidak berkaitan dengan 
penglihatan akan kemuliaan Allah. Lloyd-Jones, seorang pengkhotbah yang diurapi Tuhan, 
dalam salah satu khotbahnya pernah mengatakan bahwa kita tidak mengenal kemuliaan 
Allah sebagaimana dimengerti oleh para nabi dan para rasul (mungkin Saudara 
berpendapat perkataan ini terlalu keras). Saya pribadi berpendapat Lloyd-Jones bukan 
tidak mengenal kemuliaan Allah, melainkan ketika dia melihat dirinya dibandingkan 
dengan para orang kudus yang terbentang sepanjang Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, 
dia melihat dirinya begitu kecil dan tidak berarti, hingga tampak seolah dia pun tidak 
mengenal kemuliaan Allah yang begitu besar. Berapa dalam hidup kita dipengaruhi oleh 
kerinduan yang besar untuk mengerti dan mengecap kemuliaan Allah ini? Adakah kita 
berpendapat ini sangat penting (kalau bukan yang terpenting) dalam kehidupan ini? 
Seluruh kekuatan kita untuk hidup, menyembah dan memuji Tuhan, melayani Tuhan, menjadi 
berkat bagi sesama, semuanya bergantung dari penghayatan akan kemuliaan Allah ini.  

Pujian adalah suatu sikap yang terekspresi secara wajar dan alamiah ketika seseorang 
masuk dalam kekaguman (wondering). Tanpa kekaguman, memuji Tuhan akan menjadi tugas 
dan kewajiban yang harus ditunaikan, atau menjadi basa-basi yang munafik dan kosong. 
Mari kita belajar untuk mengagumi yang kita percaya, meninggalkan sikap memperobyek 
dan menganalisa tanpa mau 'tercebur' ke dalam. Kekaguman adalah sikap seorang anak 
kecil yang tidak pernah merasa malu untuk kedapatan melakukan hal itu (kagum), 
sebaliknya orang dewasa banyak memiliki gengsi dan sangat menjaga diri agar dia tidak 
selalu tampak kagum di hadapan orang lain (orang yang banyak kagum seringkali dianggap 
belum memiliki banyak kesempatan untuk mengenal hal-hal yang indah, dalam bahasa Jawa 
disebut ndeso, orang dari desa). Celakanya, kriteria hidup yang seperti ini hanya 
semakin menjauhkan kita dari penghayatan iman kepercayaan yang benar. Kagum tidak bisa 
tidak, lahir dari kerendahan hati. Kapan kita kagum? Ketika apa yang kita lihat 
merupakan suatu yang baru yang belum pernah kita jumpai sebelumnya, sehingga sambil 
kagum sambil di situ kita menyatakan kebelum-tahuan kita akan hal itu. Bagi orang 
congkak, kagum tentu saja sangat sulit. Karena sekalipun itu merupakan sebuah 
pengalaman yang baru dan menarik, dia akan berpura-pura bahwa itu bukanlah hal yang 
baru bagi dia, dia menganggap diri sudah tahu, itu adalah hal biasa baginya. 
Kecongkakan menghambat seseorang untuk kagum. Sebaliknya kerendahan hati selalu 
membawa seseorang untuk siap menjadi kagum, sifatnya yang terus ingin mengenal dan 
memperoleh hal-hal yang belum diketahuinya menjadikan dia amazed.  

Yang berikutnya, pujian yang tulus dan alamiah tidak dapat dipisahkan dengan 
keseluruhan kehidupan kita dari hari ke hari. Ambillah sebuah contoh kita menyanyikan 
lagu yang memuji kehadiran Allah di tengah pencobaan dan penderitaan yang berat. Akan 
sulit untuk menyanyikan kalimat-kalimat ini dengan jujur jika di dalam penderitaan 
kita biasa mengeluh bahkan mempertanyakan kedaulatan dan keadilan Tuhan. Lagu itu akan 
menjadi semacam kontradiksi dengan kehidupan nyata yang biasa kita hidupi. Kita dapat 
memuji Tuhan dengan baik jika dalam kehidupan sehari-hari kita melatih diri untuk 
bersyukur dan memuji Tuhan atas segala kebaikanNya. Memuji Tuhan seminggu sekali tentu 
saja tidak cukup. Daud memuji Tuhan tujuh kali dalam sehari. Semakin banyak kita 
memuji Tuhan, semakin hidup kita dipenuhi dengan kebahagiaan dan sukacita sorga. 
Malaikat di sorga terus-menerus memuji Tuhan. Ini adalah pelayanan yang langsung 
ditujukan kepada Tuhan. Kita biasanya memikirkan melayani Tuhan dengan menginjili 
orang lain, mendoakan orang sakit, menolong mereka yang kekurangan dlsb. Itu semua 
memang pelayanan yang diajarkan oleh Tuhan untuk kita kerjakan. Namun, semuanya itu 
merupakan pelayanan kepada sesama manusia yang kita lakukan dalam namaNya. Pelayanan 
pujian adalah pelayanan yang kita lakukan terutama kepada Tuhan. Di situ kita berdiri 
seorang diri di hadapan Tuhan. Tanpa kemurnian dan kesucian motivasi tidak mungkin 
kita memperkenan Tuhan dalam pujian yang kita naikkan. 

Tuhan menyatakan kemuliaanNya dengan berbagai macam cara. Melalui alam ciptaan yang 
begitu agung, dalam diri manusia sebagai ciptaan yang tertinggi, dalam karya penebusan 
yang membawa manusia berdosa kembali kepadaNya, dalam pekerjaanNya yang terus 
berlangsung sampai saat ini. Alkitab mencatat Allah juga secara khusus menyatakan 
tahta kemuliaanNya di atas puji-pujian orang Israel. Tidak ada pujian yang lebih indah 
daripada pujian yang di atasnya Allah sendiri bertahta! Bukan keindahan suara manusia, 
bakat atau keahlian musik yang di atas rata-rata, melainkan kehadiran Allah sendiri. 
Saya seringkali berkesempatan menghadiri pagelaran musik/konser yang baik yang 
dipertunjukkan di gedung konser yang bermutu dengan penyanyi serta pemain musik yang 
bermutu pula. Ada kalanya musik yang digelar adalah musik sakral dengan teks atau 
syair yang berasal dari Kitab Suci. Sebuah pengalaman yang menarik menyaksikan ada 
orang yang menyanyi dengan teknik vokal yang sangat tinggi bahkan dengan penghayatan 
artistik yang lebih daripada sekedar lumayan, namun tetap tidak dapat menjangkau 
wilayah spiritual yang seharusnya diekspresikan, mereka menyanyi sungguh sangat indah, 
namun below the spiritual line. Sebaliknya sebagian lagi membawakan bukan hanya dengan 
penguasaan teknik dan artistik melainkan sedang membawa suatu pesan dan berita dari 
tempat yang di atas. Mereka ini seperti mewakili kehadiran Tuhan dalam pujian mereka. 
Membandingkan lagi dengan yang pertama, sungguh merupakan suatu perbedaan kualitativ 
seperti jauhnya langit dan bumi, dan penguasaan teknik serta artistik tanpa 
penghayatan spiritual, betapapun hebatnya menjadi seperti kosong dan tidak berarti 
apa-apa! Itulah beda kekekalan dan kesementaraan. 

Seperti telah kita ketahui, Tuhan tidak akan bertambah kemuliaanNya ketika kita 
memuji-muji namaNya, akan tetapi Dia sungguh-sungguh berkenan dan bersukacita menerima 
puji-pujian orang tebusanNya. Tuhan bukanlah suatu esensi atau subtansi kekal yang 
apathos, jiwa perasaan kekal yang statis dan tidak pernah berubah. Dia adalah Allah 
yang berelasi dengan manusia ciptaanNya, dan dalam relasiNya itu Ia bisa marah, sedih, 
kecewa, bersukacita dan berkenan. Adakah 'perubahan' dalam emosi atau afeksi Tuhan? 
Jawabnya adalah firman Tuhan mengatakan ada. Tuhan menikmati puji-pujian yang 
dinaikkan dengan tulus dan jujur yang disertai dengan rasa syukur. 

Yang terakhir, seperti dikatakan oleh Augustinus, memuji Tuhan sesungguhnya lebih 
menguntungkan pemuji daripada yang dipuji. Ketika kita berhenti memuji Tuhan, Dia 
tidak akan rugi apa-apa. Alkitab bahkan mengatakan bahwa Tuhan dapat menjadikan 
batu-batu yang mati menjadi alat yang memuji-muji Tuhan sekalipun orang berhenti 
berteriak "Hosanna, hosanna". Seorang yang tidak suka memuji Tuhan akan segera diganti 
tempatnya oleh orang lain yang Tuhan anggap layak. Akan tetapi ketika kita memuji 
Tuhan, sesungguhnya kitalah yang mengalami kenikmatan yang Tuhan sudah sediakan. 
Ketika kita memuji Tuhan kita dipenuhi dengan penyataan kehadiran Tuhan secara khusus 
dalam diri kita. Kita, bersama dengan para malaikat di sorga, memandang tahta 
kemuliaan Tuhan. Sebuah pandangan yang sangat menyenangkan, lebih daripada apapun yang 
lain. Orang yang memuji Tuhan, menikmati Tuhan sendiri. Hal ini dicatat dengan begitu 
jelas dalam Westminster Shorter Catechism dalam pertanyaan yang pertama tentang tujuan 
hidup manusia, di mana dikaitkan antara memuliakan serta menikmati Tuhan. Dan ketika 
manusia sungguh-sungguh hidup menikmati Tuhan, dia akan semakin sadar bahwa hidup 
manusia tidak mungkin tanpa pujian kepadaNya. 

"Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasannya untuk selama-lamanya kasih 
setiaNya" (Mzm 136:1).

"Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Raja, dan aku hendak memuji namaMu 
untuk seterusnya dan selamanya. Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak 
memuliakan namaMu untuk seterusnya dan selamanya" (Mzm 145:1-2).   


Ev. Billy Kristanto
Gereja Reformed Injili Indonesia - Singapore   
Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus 
hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Fil 1:21-22



[Non-text portions of this message have been removed]



-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
     Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM -
Daftar : [EMAIL PROTECTED]
Keluar : [EMAIL PROTECTED]
Posting: [EMAIL PROTECTED]

Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED]
WebSite: http://jnm.clear-net.com (Webmaster wanted!)
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
     http://groups.yahoo.com/group/jesus-net/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
     [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
     http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke