Tuma'ninah Para Penghuni Penjara  [image: Cetak halaman
ini]<http://hidayatullah.com/index2.php?option=com_content&task=view&id=3912&pop=1&page=0&Itemid=62>
[image:
Kirim halaman ini melalui
E-mail]<http://hidayatullah.com/index2.php?option=com_content&task=emailform&id=3912&itemid=62>
  Rabu,
29 November 2006

*Mata mantan pembunuh itu berkaca-kaca. Mungkin, ia menyesali dosa-dosa masa
lalunya. Itulah yang tersisa dari pelatihan shalat khusu' di LP Porong,
Sidoarjo*

*Hidayatullah.com—*Mata Hasan berkaca-kaca. Mungkin, ia menyesali dosa-dosa
masa lalunya. Tangannya memegang erat kawan sebelah kanan dan kirinya,
seakan merasa senasib dan sepenanggungan.

Hasan, salah seorang narapidana yang mengikuti latihan shalat khusuk yang
dilaksanakan BMH dan DPD Hidayatullah Sidoarjo. Bekerja sama dengan Sekar
Mentari, latihan itu digelar di Lembaga Pemasyarakat (LP) Porong, Sidoarjo,
Jawa Timur, Kamis (23/11).

"Tolong, do'akan saya Ustadz," katanya meminta. Hasan napi terpidana
mati  kasus
pembantaian sebuah keluarga di Sukodari, Lamongan, Jawa Timur.

Lain lagi dengan Zakaria. Ia mengikuti latihan itu dengan tenang. Di
jidadnya ada setitik hitam, mungkin tanda sujud saat shalat. "Alhamdulillah,
saya sudah lama ingin belajar agama. Justru di LP ini saya mendapatkan,"
katanya.

Zakaria, napi kasus perampokkan dan pembunuhan saudagar emas di Bawean,
pulau terpencil dekat Gresik, Jawa Timur.

Bertempat di masjid komplek LP, latihan shalat khusuk itu diikuti sekitar 70
napi, dibimbing Ustadz Endang Abdurrahman, dari Pondok Pesantren Hidayullah
Surabaya. Endang mengatakan, banyak di antara kita sudah shalat sejak kecil,
tapi belum pernah merasakan nikmatnya shalat. "Akibatnya, shalat dianggap
beban, bukan sebagai kenikmatan," katanya.

Karena beban, katanya, seringkali kita melaksanakan shalat dengan perasaan
malas. Atau melaksanakannya hanya sekedar agar gugur kewajiban. "Yang
penting shalat," ujar dosen STAIL Surabaya itu.

Untuk mencapai kekhusukan dalam shalat, menurut Endang, pertama-tama harus
mempersiapkan mental. "Lepaskan seluruh beban pikiran, lalu fokuskan kita
hanya kepada Allah," jelasnya.

Kedua, melaksanakan shalat dengan *tuma'ninah* atau tenang. "Jangan
terburu-buru, hayati bacaan shalat itu," ujarnya.

Di sisi lain, Endang juga meyakinkan kepada para napi bahwa Allah itu maha
pengampun. Hanya dosa syirik atau menyekutukan Allah yang tak terampuni.
Jadi, sekotor apapun pekerjaan seseorang di dunia –termasuk penjahat- masih
terbuka peluang untuk mendapat ampunan dari Allah.



*****

Medan Dakwah

Pelatihan shalat khusuk di hotel prodeo seperti ini mungkin hal baru yang
sedang dijalani Hidayatullah. Sebelumnya, Ramadhan lalu, DPD Hidayatullah
Gresik bekerjasama dengan badan zakatnya, Baitull Maal Hidayatullah (BMH)
mengadakan safari dakwah di penjara Gresik dengan mendatangkan para
ustadz  untuk
mengadakan siraman rohani.

Menurut Bambang Subagyo, panitia acara tersebut, penjara adalah sebagai
sasaran dakwah Hidayatullah. "Selama ini, orang sering memandang sebelah
mata penghuni penjara. Akibatnya, penjara sering menjadi obyek pemurtadan."

Karena itu, Hidayatullah menganggap, penjara adalah obyek dakwah yang tidak
kalah pentingnya.

Sebelum menjadikan penjara sebagai Medan dakwah, Hidayatullah juga menyemai
dakwah pada para gelandangan, anak-anak jalanan dan pemulung.

Di Surabaya, misalnya, ada sekitar tujuh titik kampung pemulung dan anak
jalanan yang dibina oleh Hidayatullah. Di antaranya; di daerah Putat Jaya,
Barata Jaya Tangkis, di Kampung Beling, bekas Tempat Pembuangan Akhir (TPA),
Keputih, daerah Kuburan Rangkah, dan pemukiman pemulung Bhaskara.

Menurut Ihya' Ulumuddin, Ketua Program Pemulung, dai-dai Hidayatullah
menjadikan kaum pemulung dan penghuni penjara yang tadinya menakutkan
sebagai sahabat dan garapan dawah. "Mereka juga manusia seperti kita, yang
butuh kebahagiaan dan sentuhan ruhani, " ujarnya.

Sudah barang tentu, apa yang dilakukan masih jauh dari harapan. Namun
setidaknya, ada secercah harapan, sekaligus tantangan, bahwa obyek dakwah ke
depan semakin beragam dan membutuhkan perhatian dari semua fihak. [bas/cha]

Kirim email ke