From: Hengki Tjiang <[EMAIL PROTECTED]>
To: MABINDO@yahoogroups.com
Date: Thu, 13 Mar 2008 21:11:20 -0700 (PDT)
Subject: Kasus2 penyembuhan melalui Meditasi Vipassana (4)
3. Seorang umat awam yang tumor besarnya hancur.

U Aung Shwe yang berusia lima puluh empat tahun dari Daing Wun Kwin,
Moulmein, mempunyai tumor yang besar di perutnya. Sewaktu ia mengunjungi
dokter untuk pemeriksaan medis, ia diberitahukan bahwa tumornya harus
dioperasi. Jadi dengan niat untuk mendapatkan Dhamma, yang merupakan sumber
perlindungan yang dapat diandalkan, sebelum melakukan operasi, ia datang ke
MTY, Yangoon dan memulai latihan meditasi Vipassana kira2 bulan Juni 1968.

Pada suatu hari, sewaktu sedang latihan meditasi Vipassana, ia mengetahui
melalui pandangan batin, tiba2 tumor yang ada di dalam perutnya pecah,
diikuti oleh kehancuran dan darah keluar dengan derasnya. Ia merasa
seolah-olah mendengar semua ini dengan telinganya dan melihat semuanya
dengan matanya. Sejak itu ia terbebas seluruhnya dari penyakit tumornya.
Setelah melanjutkan latihan meditasi sesuai dengan petunjuk guru
pembimbingnya, ia akhirnya memperoleh seluruh pandangan terang Vipassana
hingga lengkap.

Sampai hari ini ia masih sehat-sehat dan dengan bahagia memberikan
pelayanan2nya dalam Sasana (Ajaran Sang Buddha) di kedua bidang, yaitu
bidang pariyatti (teori) dan bidang patipatti (praktek).

4. Seorang Yogi sembuh dari encok di lutut.

Kira2 bulan Agustus 1951, Ko Mya Saung yang berumur 40 tahun tiba di Myin
Gyan Yeikhta, sebuah pusat meditasi cabang Mahasi dan memulai latihan
meditasi Vipassana di bawah pimpinan Sayadaw di sana. Ko Mya Saung telah
menderita encok di lutut (arthritis) selama 5 tahun. Karena penyakitnya
tidak tersembuhkan, walaupun telah mencoba pengobatan ke beberapa dokter,
karena tergerak oleh Samvega (perasaan yang mendesak untuk kerohanian) ia
datang ke pusat latihan meditasi Myin Gyan Yeikhta untuk latihan meditasi
Vipassana.

Sewaktu sedang berusaha berlatih meditasi, lututnya membengkak, dan lebih
banyak rasa sakit yang dicatat dalam hati, rasa sakitnya menjadi-jadi.
Seperti yang telah diinstruksikan Sayadaw, ia tetap bersikeras mencatatnya
tanpa henti. Rasa sakit itu menyiksanya begitu parah sampai air matanya
mengalir dari kedua pipinya, dan badannya seakan terhempas ke depan dan ke
belakang atau tertarik tiba2 ke atas dalam posisi yang aneh. Ini berlangsung
selama kira2 empat hari.

Dan dengan penuh perhatian ia mencatat dalam hati, dalam meditasi ia melihat
lututnya bersama dengan tulang2nya terlepas. Dalam ketakutannya, ia
berteriak, "Aduh! Tulangnya patah! Lutut besar saya patah!"

Setelah insiden itu, ia begitu ketakutan sampai ia tidak berani untuk
meditasi. Tetapi berkat dorongan semangat dari Sayadaw, ia melanjutkan lagi
meditasinya. Akhirnya pembengkakan dan sakit di lututnya hilang total, dan
Ko Mya Saung tidak lagi terganggu dengan penyakitnya sampai sekarang.


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke