Saya coba jawab yah walau Dhamma saya masih minim :o)
  Untuk pemula sebaiknya tidak usah memikirkan yang muluk2 atau terlalu tinggi 
karena nanti bisa pusing sendiri :o))
   
  Praktekkan aja hal2 yang sederhana seperti benar tidak yang diajarkan oleh 
Liao Fan bahwa nasib itu bisa dirubah dengan cara banyak berbuat baik dan tidak 
berbuat jahat.
  Saya sendiri sampai sekarang belum bisa membuktikan adanya kehidupan di luar 
bumi dan alam2 lain seperti alam neraka, setan kelaparan, dll. Karena itu hanya 
bisa dibuktikan dengan Meditasi dan harus berada dalam keadaan konsentrasi yang 
mendalam dan saya sama sekali belum mencapai tahap itu. :o)
   
  Tapi teori bahwa Nasib itu bisa berubah dengan cara banyak Berbuat Baik dan 
tidak berbuat Jahat sudah saya buktikan kebenarannya karena sejak saya 
mempraktekkannya, Nasib saya banyak mengalami kemajuan.
   
  Jadi terus Praktek Dhamma dari yang sederhana. Nanti kalau sudah tiba 
waktunya pasti anda bisa membuktikan sendiri.
   
  Metta,
  Hengki

do ra <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          *Cara Meyakini Dhamma*

*Tanya:
*Setahu saya, Agama Buddha menekankan pada keyakinan setiap pengikutnya.
Namun banyak sekali ajaran Dhamma yang tidak dapat dinalar dengan pikiran
umat awam, seperti adanya kehidupan di luar bumi atau berbagai jenis alam
kehiduapan. Bagaimanakah cara meyakini hal-hal seperti itu?

Mettacittena,

*Irawan F, Bogor*

*Jawaban dari Samaggi Phala <http://www.samaggi-phala.or.id/> (Y.M. Uttamo
Thera) dan Dhamma Study Group Bogor <http://dsgb.buddhistonline.com/> (Sdr.
Selamat Rodjali):*

Namo Buddhaya,

Ajaran Sang Buddha bertujuan untuk mengatasi stres yang dihadapi manusia
akibat tidak bisa mengendalikan pikirannya dari ketamakan, kebencian, dan
kegelapan batin. Oleh karena itu, sistematika perubahan perilaku yang
bertujuan untuk meningkatkan kebahagiaan inilah yang bisa dinalar oleh
setiap orang.

Sedangkan, adanya alam-alam kehidupan dan lain sebagainya, sebenarnya tidak
bertujuan langsung untuk mengendalikan seseorang dari ketamakan, kebencian
dan kegelapan batin. Oleh karena itu, kalau seseorang tidak mampu memiliki
penalaran serta pembuktian tentang adanya hal-hal ini, tidaklah masalah.
Karena, memang bukan unsur yang penting dalam Ajaran Sang Buddha.

Jadi, sebaiknya, seorang umat Buddha bisa lebih berkonsentrasi pada
perubahan perilaku daripada menjadikan agama Buddha sebagai ilmu pengetahuan
umum yang tidak membawa manfaat untuk perbaikan kualitas batin.

Irawan yang baik, keyakinan tidak demikian saja muncul oleh nalar semata.
Nalar hanya salah salah satu pengkondisi meningkatnya keyakinan. Ada hal
lain yang lebih banyak berpengaruh, misalnya bila Saudara mengalami sendiri
akan sesuatu, maka keyakinan Saudara akan keberadaan sesuatu itu pasti akan
meningkat dan tidak mudah digoyahkan. Keyakinan umat selalu berubah-ubah
sesuai dengan kebaikan yang dipupuknya. Semakin tinggi tingkat kebaikan dan
frekuensi kebaikan yang dipupuknya, maka tingkat keyakinannya akan
meningkat, karena tiap kebaikan selalu ada *saddha* di dalamnya. Oleh karena
itu, *vipaka*-nya pun mengkondisikan peningkatan saddha berikutnya. Proses
induksi *saddha* pada *kusala citta* ini dipelajari di Abhidhamma, dan
dialami langsung bila diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Selamat
mencoba, semoga berbahagia.

Semoga bermanfaat.

Semoga semua mahluk berbahagia.

Kirim email ke