Guru Yun Gu bilang kepada Liao Fan, “Jadi menurut engkau, banyak hal di dunia 
yang tidak pantas engkau dapatkan, tidak cuma kemahsyuran ataupun anak! Mereka 
yang memiliki uang jutaan dalam kehidupan ini pasti telah menumbuhkan nasib 
baik di masa lampau yang bernilai jutaan. Mereka yang memiliki uang ribuan, 
pasti telah mengembangkan nasib baik bernilai ribuan di masa silam. Mereka yang 
mati kelaparan, sebetulnya memang ditentukan untuk mati seperti itu. Akibat 
karma yang diterima hari ini cuma merupakan buah dari perbuatan mereka 
sebelumnya. Makhluk-makhluk langit tidak punya niat apa2 terhadap diri kita.”
   
  Nasehat Guru Yun Gu ini paling penting dan jangan dianggap sebagai takhyul! 
Karena berpikiran seperti itu berarti digelapi batinnya dan karenanya tidak 
mampu meyakini kata-kata Orang Suci, tidak mampu percaya pada realitas sejati. 
Guru Yun Gu mengajar Tuan Liao Fan untuk secara jujur merenung di dalam hati 
dan bersikap kritis pada diri sendiri. Ini membuat dia mampu mengenali banyak 
kesalahannya. Dengan demikian, kebajikan terbesar adalah mengenali dan mengubah 
jalan yang salah diri sendiri.
   
  Mengadakan Persembahan kepada tidak terhitung banyaknya Makhluk Suci adalah 
perbuatan yang sangat baik. Namun, kita belajar dari Sutra Kehidupan Tanpa 
Batas bahwa lebih baik lagi jika kita memalingkan diri dari kegelapan batin dan 
mengembangkan batin dengan gigih dan rajin. Melaksanakannya berarti membuka 
sebuah lembaran baru, apa yang digambarkan oleh Orang-Orang Suci zaman dahulu 
kala sebagai kebajikan besar dari Pertobatan dan Perbaikan Diri.
   
  Guru Yun Gu memberitahu Tuan Liao Fan, bahwa jelas sekali ia merasa ada 
banyak hal yang tidak pantas ia dapatkan dalam hidup ini, tidak hanya putra 
ataupun pengangkatan oleh kaisar. Mendapatkan ranking tinggi dalam ujian Negara 
berikut pengangkatan oleh kerajaan sebagai hasilnya sama2 tergantung dari 
pengembangan dan pengumpulan pahala kita dalam kehidupan yang lampau. Kalimat 
“Mereka yang memiliki jutaan uang dalam kehidupan kali ini” membahas tentang 
kekayaan dan kedudukan sosial yang untuk mendapatkannya kita juga perlu nasib 
yang tepat. Semua itu tidak diperoleh secara kebetulan. Dalam Agama Buddha, 
dikatakan bahwa untuk bisa memperoleh banyak kemakmuran dalam hidup ini, kita 
perlu melaksanakan secara intensif praktek memberikan kemakmuran dalam 
kehidupan2 sebelumnya. Dapatkah kita memaksa alam memberi kita kekayaan? Tidak 
mungkin. Mencoba melakukannya akan mengundang bencana dan nasib jelek. “Tidak 
ada nasib buruk ataupun nasib baik yang datang tanpa sebab dan
 kondisi, kita yang menimbulkannya.”
   
  Orang-orang Tiongkok zaman dahulu kala yang menciptakan aksara kanji memiliki 
kebijaksanaan yang besar. Aksara untuk “Nasib Baik” dan “Nasib Jelek” sangat 
mirip, hanya berbeda sedikit. Oleh karena itu, penyimpangan kecil membawa 
kesalahan besar. Ini semua membantu kita memahami hokum sebab dan akibat. 
Menjadi paham bahwa ketika mengupayakan kemahsyuran, kekayaan, dan kedudukan 
dengan cara selaras dengan Ajaran, kita akan menemukan bahwa semuanya dapat 
dicapai.
   
  “Jutaan uang” melambangkan kemakmuran kelas atas. “Ribuan uang” mewakili 
kemakmuran kelas menengah. Oleh sebab2 baik yang telah ditanam dalam kehidupan 
sebelumnya, sebagian orang akan memiliki kemakmuran kelas atas atau kelas 
menengah. Mereka yang bernasib mati kelaparan telah melakukan banyak 
pelanggaran berat dalam kehidupan sebelumnya. Mereka tidak menjalankan praktek 
memberi, sebaliknya kikir dan pelit. Sayang sekali, banyak orang seperti ini 
dalam dunia hari ini. Mereka tidak mampu berbuat baik sedikitpun atau 
mendermakan satu sen pun. Mereka mendorong orang lain untuk memberi, tapi tidak 
mengikuti saran mereka sendiri. Kita tahu mereka akan mengalami akibatnya 
dengan hidup miskin dalam kehidupan yang akan datang. Kita semua mengalami 
akibat dari sebab2 yang kita timbulkan. Semua itu tidak ditimpakan kepada kita 
oleh suatu kekuatan di luar sana yang mengendalikan hidup kita.
   
  Guru Yun Gu berkata bahwa makhluk-makhluk langit cuma sekedar menghukum 
mereka yang jahat dengan penderitaan yang mereka ciptakan sendiri dan 
memberkahi orang-orang baik hati dengan nasib baik yang pantas mereka dapatkan. 
Sebagian orang dalam dunia ini menganggap bahwa segalanya telah diatur 
sekehendak hati makhluk-makhluk dewata. Tapi tidak demikian halnya. Sebab 
sebenarnya segala yang terjadi pada kita adalah hasil dari perilaku kita 
sendiri. Makhluk-makhluk dewata tidak memiliki keinginan terhadap diri kita. 
Hanya pertapa-pertapa agung dengan kebijaksanaan sejati yang mampu melihat 
dengan jernih kebenaran realitas. Apakah kaya dengan kedudukan sosial yang baik 
atau miskin tanpa memiliki apapun semuanya ada di dalam nasib kita sendiri.
   
  Sumber : Seni Mengubah Nasib, Empat Ajaran Liao Fan. Ulasan oleh Master Chin 
Kung
   

       
---------------------------------
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke