--- In [EMAIL PROTECTED], Leo Imanov <[EMAIL PROTECTED]> wrote: bismi-lLah wa-lhamdu li-lLah wa-shshalatu wa-ssalamu 'ala rasuli-lLah wa 'ala alihi wa ashhabihi wa ma-wwalah, amma ba'd, assalamu 'alaikum wa rahmatu-lLahi wa barakatuH.
diambil dari catatan salah seorang saudara kita. silah! insya Allah 'tak 'kan menyesal dech. bener! wa bi-lLahi-ttaufiq wa-lhidayah, subhanaka-lLahumma wa bihamdiKa asyhadu alla Ilaha illa Anta, astaghfiruKa wa atubu ilaiK. wassalamu 'alaikum Hadits Itu Bukan Lelucon! Apr 25, '07 4:51 AM for everyone Beberapa hari ini, hati saya gundah dan ingin segera menuangkan perasaan itu dalam sebuah tulisan. Ini terkait dengan tulisan disini yang cukup membuat saya terkaget-kaget. Kalau ummat Islam dibuat marah karena karikatur Nabi beberapa waktu lalu, maka seharusnya ummat Islam juga marah melihat tulisan ini (link sengaja saya hapus). Apa sebabnya? Dengan sedikit bermain logika saja, si penulis artikel itu menyatakan sejumlah hadits yang ada di shohih Bukhori sebagai hadits yang aneh. Wa iyadzubillah!! Mempertanyakan tata cara menverifikasi hadits ini shohih dan tidaknya dengan akal logikanya, sehingga hadits-hadits itu dianggap aneh oleh yang bersangkutan. Entah julukan apa yang sesuai dengan yang bersangkutan kalau tidak sebagai jahil murakkab!! Ada beberapa hal yang saya tulis disini, yang mudah-mudahan subhat yang terjadi kepada penulis artikel yang panjang dan (sok) ilmiah itu dapat diterangkan disini. Mengenai masalah isnad atau bersilsilahnya perawi hadits, penulis yang sok ilmiah ini menulisnya dalam deskripsi berikut; Boleh dikatakan nyaris nyaris nyaris tidak ada catatan tertulis akan hadith. Semuanya dilakukan secara oral. Mulut ke mulut. Perhatikan perbedaannya dengan apa yang disampaikan oleh ulama hadits, Abdullah bin Mubarak, mengenai isnad ini; Isnad itu bagian dari agama, dan kalau sekiranya tidak ada isnad, niscaya siapa saja dapat mengatakan apa yang mau katakan (Riwayat Imam Muslim di mukadimah Shahihnya). Juga mengenai perkataan penulis, bahwa para sahabat tidak menuliskan hadits-hadits nabi; Apa alasan di balik usaha para sahabat menghalangi penulisan hadith? Karena kasus pemalsuan. Hadith sangat rentan untuk dipalsukan. Saya amat yakin, bahwa penulis baru melihat hadits yang saya kutipkan berikut ini; Dari Abdullah bin Amr, dia berkata: Aku biasa menulis segala sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam keinginanku untuk menghapalnya. Lalu sebagian kaum Quraisy melarangku dan mereka berkata: apakah (patut) engkau mencatat segala sesuatu yang engkau dengar dari beliau, padahal Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam seorang manusia yang dapat berbicara didalam keadaan marah dan ridha/senang? Lalu akupun berhenti menulis (dari hadits-hadits beliau), kemudian hal itu aku khabarkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, maka beliau mengisyaratkan dengan jarinya ke mulutnya kemudian bersabda, ”Tulislah! Demi Allah yang jiwaku ditanganNya, tidak akan keluar dari sini (beliau mengisyaratkan kemulutnya) –didalam riwayat yang lain : tidak keluar dariku- melainkan kebenaran. (Hadits Shahih Riwayat Imam Abu Dawud 3646, Ahmad, juz 2 hal 162 &192, Hakim) Inilah dalil , sekuat-kuatnya dalil, bahwa penulisan hadits Nabi sudah ada –bahkan- pada saat Nabi masih hidup, sehingga subhat bahwa hadits baru ditulis setelah Rasulullah wafat akan menjadi sirna! Maka kemudian lihatlah, siapa yang berbuat didasarkan hanya kepada akalnya sahaja? Dengan mudah membuat subhat bahwa hadits tidak pernah ditulis dan cara memvalidasinya ’hanya’ percaya kepada omongan dari mulut ke mulut saja. Apakah si penulis itu tidak pernah membaca kitab-kitab hadits (dimana, hadits-hadits di dalam shahih Bukhari itu dikatakan aneh), padahal imam Bukhori sahaja sebagai imam Ahli Hadist, adalah seorang yang sangat wara’ sehingga beliau ketika mencantumkan satu hadits didalam kitab shahihnya, beliau melakukan shalat terlebih dahulu. Demikian takutnya dengan ancaman Nabi Shallallahu alaihi wa sallam; "Barangsiapa yang berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka". Hadits shahih, dikeluarkan Bukhari (1/35), Abu dawud (No. 3651) dan Ibnu Majah (No. 36 dan ini lafadznya) Hal-hal yang disampaikan penulis artikel tersebut adalah hal yang dilakukan oleh para orientalis, yang sengaja menghembus-hembuskan keraguan didalam dada kaum muslimin sehingga mereka menjadi ragu atas hadits-hadits yang disampaikan oleh Rasulullah, dan menjadikan Islam rusak karenanya! Maka perhatikanlah ucapan sahabat besar Nabi, Ali bin Abi Thalib radiyallahu anhu mengenai penggunaan akal yang dipakai didalam agama ini; “Andaikata agama itu cukup dengan ra’yu (akal), maka bagian bawah khuf (alas kaki) lebih utama untuk diusap daripada bagian atasnya. Aku benar-benar melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengusap bagian atas khuf-nya.” (HR. Abu Daud dengan sanad yang baik. Dalam Al-Talkhishul Habir, 1/160 Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Atsqalani berkata hadits ini shahih, dan juga telah disepakati Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam Shahihul Abu Daud, 1/33) Maka akal tunduk pada dalil, bukan karena dalil tidak sesuai dengan akal maka dalil ditolak!, maka perhatikan kalimat berikutnya. Sebenarnya juga, jika ia (sipenulis) mau mengkaii Islam dengan cara yang inshaf, hal yang membuat otaknya tidak bisa memahaminya akan menjadi suatu hal yang mudah, sebagaimana diperlihatkan oleh sahabat besar Nabi lainnya, Abu Bakar Ashiddiq. Darimanakah beliau bergelar Ashiddiq ini? Maka, ketika Rasulullah melakukan Isra’ dan Mi’raj, menempuh perjalanan dari Mekkah ke Masjidil Aqsa lantas naik ke langit ke tujuh, maka akal mana yang sanggup memahaminya? (bahkan ketika itu menempuh perjalanan dari Mekkah ke Masjidil Aqsa memakan waktu berbulan-bulan, namun datang Rasulullah yang mengaku dalam semalam saja pergi dan pulang dari sana, wahai akal sanggupkah engkau memahaminya?) Saat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam diisra’kan ke Masjid al-Aqsha, subuhnya orang-orang membicarakan hal itu. Maka sebagian orang murtad dari yang awalnya beriman dan membenarkan beliau. Mereka memberitahukan hal itu kepada Abu Bakar radhiya`llahu anhu. Mereka bertanya: "Apa pendapatmu tentang sahabatmu yang mengaku bahwasanya dia diisrakan malam tadi ke Baitul Maqdis?" Dia (Abu Bakar) menjawab: "Apakah ia berkata demikian?" Mereka berkata: Ya. Dia menjawab: "Jika ia mengatakan itu, maka sungguh ia telah (berkata) jujur." Mereka berkata: "Apakah engkau membenarkannya bahwasanya dia pergi malam tadi ke Baitul Maqdis dan sudah pulang sebelum subuh?" Dia menjawab: "Ya, sungguh aku membenarkannya (bahkan) yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya terhadap berita langit (yang datang) di waktu pagi maupun sore." Maka karena hal itulah, Abu Bakar diberi nama ash-Shiddiq (orang yang membenarkan). HR al-Hakim dari Aisyah radhiyallahu anha. Shahih lighairih menurut al-Albani dalam ash-Shahihah (I: 306). Lihatlah, ketika sebahagian orang memutar badan kembali kepada kekafirannya (karena tidak masuk akalnya khabar dari Nabi), shahabat besar ini tetaplah kokoh! Ia, bahkan percaya kepada berita yang lebih dasyat dan lebih tidak masuk akal, jika yang menyampaikan adalah Rasulullah! Kepada penulis, jika belum mengetahui beriman kepada khabar yang disampaikan oleh Rasulullah adalah bagian dari akidah. Ketika kita mengikrarkan Muhammad adalah Utusan Allah, maka ada empat makna yang wajib diketahui oleh seorang muslim dari syahadat kedua itu; Membenarkan apa-apa yang beliau Shallallahu alaihi wa sallam khabarkan. Mentaati apa yang diperintahkannya. Menjauhi apa yang dilarang dan dihinakannya. Tidaklah Allah Rabbuna azza wa jalla, diibadahi melainkan dengan syariat Allah yang dibawa oleh beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Maka mempercayai hadits walaupun bertentangan dengan akal kita yang memang terbatas ini, adalah masuk dalam bagian dari akidah, maka barangsiapa mendustakannya ia (bisa) keluar dari agama fithrah ini. Mudah-mudahan kecemburuan didalam hati ini dengan menuliskan sedikit bantahan terhadap ’penghinaan’ penulis yang jahil terhadap hadits-hadits Rasulullah ini,hanya karena mengharapkan balasan WajahNya di hari akhir nanti. Wallahu ta’ala a’lam "Fa maadza ba'da-lhaqq, illa-dl_dlalaal" Leo Imanov Abdu-lLah AllahsSlave phone: +49 241 1 89 93 69 mobile: +49 1 76 63 01 56 79 ___________________________________________________________ Copy addresses and emails from any email account to Yahoo! Mail - quick, easy and free. http://uk.docs.yahoo.com/trueswitch2.html --- End forwarded message ---