-----Original Message-----
From: Bukit R [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: 30 Maret 2004 11:49
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [tasawuf] Sedikit Wacana ???


Bersumber dari : http://www.suaramerdeka.com/harian/0110/06/kha2.htm
Sedikit menambah wacana bagi kita.


Tasawuf di Kalangan Muhammadiyah
Oleh: Ibnu Djarir

DI kalangan umat Islam di Indonesia masih sering timbul pertanyaan, 
apakah warga Muhammadiyah mengamalkan tasawuf? Pertanyaan itu timbul 
karena istilah tasawuf dalam Persyarikatan Muhammadiyah kurang 
populer. 

Demikian juga tariqat, Muhammadiyah secara organisatoris tidak 
mempunyai afiliasi dengan tariqat mana pun. 

Persyarikatan bisa juga dikatakan sebagai tariqat, dalam arti sebagai 
satu organisasi yang mempunyai cara tertentu dalam memahami ajaran 
Islam.

Persyarikatan sering disoroti orang luar sebagai organisasi Islam yang 
"kering spiritual''. Ada anggapan dari orang luar, Muhammadiyah 
sebagai ormas Islam yang berbasis masyarakat kota lebih menyukai cara-
cara beribadah yang praktis-praktis saja atau seolah-olah mencari yang 
ringan-ringan saja. 

Misalnya dikatakan, sehabis salat fardu tidak diikuti dengan wirid 
atau zikir panjang, melainkan hanya doa pendek dengan suara lirih. 
Salat tarawih mencukupkan delapan rakaat ditambah tiga rakaat witir. 
Tidak ada kebiasaan istighotsah dan mujahadah secara massal dan lain-
lain.

Kenyataannya tidak sebagaimana anggapan tersebut, sebab Muhammadiyah 
bukan mencari yang praktis-praktis atau yang ringan-ringan saja, 
melainkan semata-mata ingin melaksanakan amal ibadah yang mempunyai 
landasan hukum agama yang kuat sesuai dengan tuntunan Rasul. 

Misalnya mengenai wirid setelah salat fardu dan salat tarawih, ingin 
meniru apa yang dulu diamalkan oleh Rasulullah. Mengenai pendalaman 
amalan spiritual, juga ingin mengamalkan apa yang dulu dicontohkan 
Rasulullah. Misalnya dengan mengamalkan ibadah-ibadah sunah seperti 
salat tahajud, puasa sunah, salat sunah rawatib, membaca doa dan 
wirid, iktikaf di masjid, tadarus Alquran, memiliki al-akhlaqul 
karimah, dan lain-lain. 

Istighotsah di kalangan warga Muhammadiyah dilakukan secara 
individual. Jadi, pengamalan ibadah di kalangan umat Islam di 
Indonesia itu lebih banyak kesamaannya. Bila terdapat perbedaan dalam 
cara pelaksanaannya, itu karena perbedaan cara pemahaman dari tiap-
tiap golongan.

Spiritual Islami

Aktualisasi spiritualitas Islam ialah upaya mewujudkan kehidupan 
islami, dengan menekankan pada penyempurnaan pengamalan ibadah, 
kesucian rohani, dan kesalihan moral atau al-akhlaqul karimah.

Di kalangan warga Muhammadiyah terdapat orang-orang yang dalam 
mengapresiasi makna ibadah dan zikir sebagai didefinisikan dalam buku 
Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, bukan pada ritual formal seperti 
duduk di masjid sambil memutar-mutar tasbih, melainkan lebih 
menekankan gerak amal saleh dalam bentuk kiprah kreatif dalam 
kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat.

Pemahaman seperti itu kemudian termanifestasikan dalam bentuk 
kekurangakraban dengan wirid-wirid, zikir, dan tahlil secara verbal 
(qauli), dan lebih mengutamakan zikir qalbi dan fi'li (operasional) 
sehingga orang luar memandang mereka kering spiritual. 

Karena itu, persyarikatan perlu memberikan penjelasan kepada orang 
luar tentang pemahaman Muhammadiyah mengenai spiritualitas islami 
untuk menghilangkan kesalahpahaman orang luar terhadap Muhammadiyah. 

Di samping itu, persyarikatan perlu mengimbau semua warganya agar 
meningkatkan pengamalan spiritualitas islami dalam rangka pengukuhan 
akidah, penyempurnaan ibadah, dan keluhuran akhlak.

Aktualisasi spiritualitas islami itu juga berbarengan dengan kehendak 
mengembangkan pemikiran tajdid (pembaharuan dan pemurnian ajaran 
Islam). Hal itu dimaksudkan agar segala amalan ibadah dilakukan dengan 
cara yang benar sesuai dengan petunjuk Alquran dan hadis, bebas dari 
syirik, bid'ah, khurafat, dan takhayul.

Tasawuf Modern

Meskipun PP Muhammadiyah dengan Majlis Tarjih belum pernah membahas 
secara khusus tentang ajaran tasawuf, seorang tokoh yang namanya cukup 
terkenal, Prof Dr Hamka, telah memperkenalkan istilah tasawuf modern 
untuk memberikan nama pada ajaran tasawuf yang menurutnya sesuai 
dengan paham Muhammadiyah. Dia menulis beberapa buku tentang tasawuf, 
di antaranya berjudul Tasawuf Mo dern.

Para pemuka Muhammadiyah yang lain pada umumnya menekankan, semua 
warga suka menjalankan ibadah-ibadah sunah, di samping ibadah wajib, 
dan memiliki akhlaqul karimah. Istilah akhlaqul karimah ini mencakup 
serangkaian sifat-sifat utama seperti: taqwa, zuhud, sabar, faqr, 
qana'ah, tawakal, ikhlas, syukur, rida, wara', tawadhu', raja', tobat, 
dan lain-lain sebagaimana dicontohkan Rasulullah. 

Jadi, mereka tidak menggunakan istilah tasawuf tetapi menganjurkan 
warganya memiliki sifat-sifat utama sebagaimana yang didambakan para 
penganut tasawuf.

Menurut Hamka, istilah tasawuf modern adalah tasawuf murni yang 
relevan untuk diterapkan pada zaman modern. Orang yang menjalankan 
tasawuf murni mestilah memegang teguh akidah yang benar (tauhid yang 
bersih), melaksanakan ibadah dengan tekun, menghiasi dirinya dengan 
al-akhlaqul karimah, serta melakukan pergaulan dalam kehidupan sosial 
sehari-hari sesuai dengan Alquran dan hadis. 

Ia tidak tenggelam dalam khalwat atau menjauhi kehidupan duniawi, tapi 
bergaul secara wajar dalam kehidupan sosial. 

Akhlak dan Tasawuf

Ajaran Islam meliputi tiga bagian pokok, yaitu akidah (kepercayaan 
atau keimanan), syariah (hukum-hukum agama, meliputi ibadah dan 
muamalah), dan akhlak (moral atau budi pekerti). Atau, tiga bagian 
pokok itu ialah iman, Islam, dan ikhsan. 

Iman adalah sebagaimana tercermin dalam rukun iman yang keenam. Islam 
adalah sebagaimana yang kita kenal dengan rukun Islam yang kelima. 
Ikhsan adalah sikap batin, kita merasa selalu dalam pengawasan Allah, 
sehingga kita harus berbuat sebaik-baiknya.

Istilah tasawuf belum dikenal pada zaman Nabi Muhammad SAW. Istilah 
tersebut baru dikenal pada abad ke-2 Hijriah, dengan kemunculan 
seorang zahid yang bernama Abu Hasyim Al-Kufi yang digelari sebagai 
seorang sufi. 

Maka sebelum abad ke-2 H itu umat Islam belum mengenal klasifikasi 
ajaran Islam, Islam yang bernama tasawuf. Mereka merasa sudah puas dan 
tenang hatinya jika sudah dapat mengamalkan akidah, syariah, dan 
akhlak; atau mengamalkan iman, Islam, dan ihsan. Sedangkan cita-cita 
tertinggi sesuai dengan ajaran Alquran dan hadis adalah menjadi orang 
yang bertakwa.

Sepeninggal Rasulullah, sahabat, dan tabiin, terdapat ulama yang 
mengembangkan ikhsan lebih lanjut melalui ajaran tasawuf. Jadi, baik 
tasawuf maupun al-akhlaqul karimah berinduk pada ihsan. 

KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, pada masa hayatnya sangat 
menganjurkan segenap warga untuk mengamalkan al-akhlaqul karimah. Di 
antara sifat-sifatnya yang menonjol ialah zuhud, yakni tidak tergila-
gila atau serakah untuk mengejar harta, bahkan harta beliau banyak 
dikorbankan untuk membaiayai kegiatan amal usaha Persyarikatan, 
seperti lembaga pendidikan, kesehatan, penyantunan fakir miskin, 
dakwah, dan lain-lain. 

Dengan demikian KH Ahmad Dahlan telah berhasil menjelmakan spirit 
(roh) dan nilai-nilai substansial tasawuf menjadi etos kerja warga 
Muhammadiyah dalam melaksanakan kegiatan sosial keagamaan. (18c)

-Drs H Ibnu Djarir, Wakil Ketua Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Jawa 
Tengah


salam / Bukit R 





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke