----- Original Message ----- 
From: Djodi Ismanto 
To: apps kampus ; pribadi pengembangan ; positive fun ; Manager Indonesia ; evy 
accounting ; Vivian Khosasi ; [EMAIL PROTECTED] ; INDRA DERMAWAN ; JERHENDRY 
JERHEN ; Lukas Costan ; giartono tono ; pakan ayam ; setyo hadi ; muhammad 
yasin ; SPD Supardi ; Hani Ristanto ; herdiyana wance ; hery nurdiansyah ; 
yusep saputra ; padussie gusti ; Dhina Imoot ; Duhita Ita ; Annie /BDF MLG 
SriAsih ; Putri Muflihati Agus ; medanmail g ; nanda faradewi ; Diana Ismayanti 
; anita mahayati ; Khaeri Mustofa ; Jenny Rezeki ; Djodi Ismanto ; Tria Mulyani 
; Tri Herawati ; Lia Amaliyah 
Sent: Wednesday, April 25, 2007 2:33 PM
Subject: [Manager-Indonesia] PENGANTIN BARU SUDAH BERTENGKAR


PENGANTIN BARU SUDAH BERTENGKAR

Lewat tengah malam, segerombolan perampok mulai beraksi. Setelah berkeliling 
desa, mereka mendapati sebuah rumah dengan pintu seperempat terbuka. Aha! Ini 
mangsa yang tak boleh dilewatkan. 

Saat masuk, mereka melihat banyak sekali kado. Wah, rupanya di rumah ini baru 
saja ada pesta besar, demikian pikir mereka.Tak mau berlama-lama, mereka pun 
mulai bekerja. Kado-kado berikut TV dan kipas angin yang ada di ruang tamu 
langsung mereka gotong. Dari ruang makan, kulkas dan peralatan masak yang masih 
baru-baru habis mereka gasak. 

Ketika masuk ke kamar, mereka tercengang. Terpampang jelas sosok sepasang 
manusia sedang berbaring saling memunggungi. Tapi kok diam kayak patung, tidak 
bergerak sama sekali. Siapakah mereka? Apakah mereka pemilik rumah? Saat 
pandangan mereka berkeliling, terlihat baju pengantin. Mereka baru sadar, 
rupanya ini rumah pengantin baru. Karena berpacu dengan waktu, gerombolan itu 
pun beraksi tanpa memedulikan keduanya. Baju pengantin, kotak perhiasan, dan 
perkakas lain tandas disikat. 

Kisah ini dimulai pagi tadi: sepasang kekasih menikah di depan penghulu. Pesta 
besar pun berlangsung, suasana begitu meriah. Tamu-tamu berdatangan, mereka 
makan, minum, menari, bergembira merayakan sukacita besar ini. 

Malam pun tiba. Tetamu sudah pulang. Tinggallah kedua pengantin. Karena 
berpesta seharian, mereka kelelahan, memasuki kamar, lalu naik ke ranjang.

Belum apa-apa, terdengar derit pintu depan tertiup angin. Si suami ingat, pintu 
memang belum ditutup. Berkatalah ia, Sayang, pintu depan belum dikunci. Turun 
dong sebentar dan tutup pintunya.

Tetapi istrinya menjawab, Kamu ini gimana sih, aku kan capek, kamu aja yang 
turun.

Kamu ini istri apaan sih? Baru beberapa jam jadi istriku, sudah berani 
membantah. Emangnya kamu siapa, hah? Hayo, tutup pintunya,balas si suami dengan 
suara tinggi.

Si istri tak mau kalah dan dengan kasar ia menyembur, Sialan kamu, baru berapa 
jam jadi suamiku, sudah kayak raja memerintah seenak perut, membentak-bentak 
lagi. Emangnya aku budakmu, apa?

Mereka pun bertengkar panjang sambil mempertahankan argumentasi masing-masing, 
siapa yang seharusnya menutup pintu.

Tak tahan, akhirnya si suami berkata, Sudah, sudah, aku capek. Begini aja: kita 
saling diam, dan siapa yang duluan ngomong, dia harus menutup pintu.

Mereka berdua pun menutup mulut rapat-rapat. Mereka pura-pura tidur, namun 
sebenarnya keduanya tidak bisa tidur karena saling mengintip, saling menunggu, 
siapakah yang bakal kalah dalam pertarungan ego ini.

Ketika perampok itu sudah pergi agak jauh, si istri tidak tahan lagi lalu 
menyemburkan makian penuh amarah, Lelaki guooobloook! Kamu gimana siiih? Sudah 
tahu rumah dirampok, masih aja diam kayak bangkeee!

Tetapi si suami menjawab tenang dengan perasaan puas, Haaa, aku menang! 
Sekarang, kamu turun! Tutup pintunya! 

* * *

Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari cerita ini. Namun satu aspek saja yang 
ingin saya sampaikan: maulah sedikit repot, turun tangan mengerjakan 
tugas-tugas yang patut dikerjakan, dan janganlah saling melempar tanggungjawab. 

Ketika pengantin  malang tersebut berjanji sehidup-semati, pasti tidak ada 
kontrak yang berisi job description yang rinci: siapa harus menutup jendela, 
mengunci pintu, mengambil air, melipat selimut, memasak nasi, dan berbagai 
tugas rumahtangga lainnya. 

Tetapi karena keduanya kebetulan pemalas dan suka melempar tanggungjawab, dalam 
kelelahan mereka, masing-masing mengharapkan pasangannyalah yang seharusnya 
mengerjakan ini dan itu. Tak terhindarkan, kejadian tragis di atas pun terjadi. 
Bukan cuma itu, seluruh kebahagiaan mereka sebagai pengantin baru lenyap begitu 
saja.

Di kantor, banyak sekali hal yang tidak dirumuskan dalam job description kita. 
Namun bila ada pekerjaan yang mendadak muncul"padahal kita tahu jika tidak 
segera dikerjakan akan menimbulkan kerugian atau bahaya bagi perusahaan "maka 
wajiblah kita mengerjakannya tanpa harus berharap apa imbalannya, berapa 
honornya, atau bagaimana uang lemburnya. Kita mengerjakannya hanya karena rasa 
tanggungjawab, rasa peduli. Sebagai warga organisasi, kita turut menjadi 
pemilik, sedikitnya, harus ada rasa memiliki, rasa yang muncul karena kita 
diserahi amanah menjaga organisasi. Inilah arti Etos Kerja: Amanah mengharuskan 
kita bertanggungjawab.

see another nice artikel di :http://djodiismanto.blogspot.com/


Regards,
DJODI ISMANTO
>From nice city of Medan




--------------------------------------------------------------------------------
Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
Check out new cars at Yahoo! Autos. 

 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke