--- In [EMAIL PROTECTED], "Wido Q Supraha" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:

Tauhid, Hamka, dan Al Qur'an         

Rabu, 20 Desember 2006 

Islam adalah agama nabi Ibrahim juga agama nabi-nabi bani Israil. 
Tidak
mungkin sama antara orang-orang yang mempercayai kenabian Muhammad 
dengan
yang tidak bahkan melecehkannya.

 

Oleh: Nuim Hidayat

 



 

Ada sebuah hadis yang sahih, dirawikan dari Abd bin Humaid dari ar 
Rabi' bin
Anas...bahwa seketika (suatu ketika) orang bertanya kepada Rasulullah,
tentang siapa yang dimaksud dengan orang-orang yang sesat.  Lalu 
Rasulullah
menjawab:"Yang dimaksud dengan orang-orang yang dimurkai ialah Yahudi 
dan
yang dimaksud orang-orang yang sesat ialah Nasrani."  (Hamka, Tafsir 
Al
Azhar, Juzu'1:93)

 

Begitulah Buya Hamka menafsirkan surat al Fatihah ayat 7, yang 
berbunyi:
"Jalan orang-orang yang Engkau kurniai nikmat atas mereka, bukan 
(jalan)
orang-orang yang telah dimurkai atas mereka dan bukan jalan orang-
orang
sesat."

 

Jadi, kalau kita ingin melihat pendapat Hamka tentang Kristen, Yahudi 
dan
agama-agama lain selain Islam, alangkah adilnya bila kita melihat 
pendapat
Hamka kepada ayat-ayat yang lain.  Sebagaimana kalau kita ingin 
melihat
tafsir Al Qur'an pada suatu kata, alangkah kelirunya bila kita main 
cuplik
satu dua ayat, tapi tidak mau melihat ayat-ayat lainnya. 

 

Sudah lama kalangan pluralis (Islam liberal) menjadikan surah Al 
Baqarah
ayat 62 dan Al Maidah ayat 69 sebagai senjata mereka untuk membela 
bahwa
agama-agama lain di luar Islam bukan jalan yang sesat.  "Sesungguhnya
orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang 
Nasrani,
siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, 
hari
kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap 
mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Al Maidah : 69). Ayat hampir 
sama
terdapat pula dalam surat Al Baqarah ayat 62.

 

Mereka beralasan, bahwa disitu hanya disebut kalimat "beriman kepada 
Allah,
hari kemudian dan beramal saleh", sebagai syarat untuk masuk surga.  
Tidak
disebut disitu kalimat "beriman kepada Nabi Muhammad" sebagai syarat 
untuk
jalan keselamatan.

 

Cara penafsiran seperti ini sebenarnya sangat aneh, kalau tidak mau
dikatakan ngawur.  Karena ada beberapa ayat yang hanya menyebut 
beriman
kepada Allah dan hari kemudian, tapi ada kaitannya dengan iman kepada 
Rasul.
Dalam surat al Ahzab dinyatakan: "Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah." (QS. 33:21). "Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim 
dan
umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang 
mengharap
(pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian. Dan barangsiapa 
yang
berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha
terpuji." (QS. 60:6).

 

Selain itu banyak ucapan Rasulullah saw. yang terkenal hanya 
menyebutkan
iman kepada Allah dan hari Akhir.  Misalnya: "Barangsiapa iman kepada 
Allah
dan hari Akhir, maka hormatilah tamunya." Ada pula: "Barangsiapa iman 
kepada
Allah dan hari Akhir,  maka hormatilah tetangganya."  Bagaimana Anda
menafsirkan hadits seperti ini?

 

Selain itu ayat-ayat Al Qur'an untuk menyebut masalah keimanan -
termasuk
iman kepada Nabi Muhammad saw-kadang-kadang hanya menyebut iman saja,
kemudian iman kepada Allah saja, iman kepada hari kiamat, iman kepada 
Rasul
dan kadang menyebut lengkap rukun iman (selain iman kepada takdir yang
disebut dalam hadits Rasulullah saw.). "Rasul telah beriman kepada Al-
Qur'an
yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang 
yang
beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul -Nya. (Mereka mengatakan):"Kami tidak
membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-
rasul-Nya",
dan mereka mengatakan:"Kami dengar dan kami ta'at". (Mereka
berdoa):"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat 
kembali".
(QS. Al Baqarah 285)

 

Terus bagaimana kaum pluralis memahami ayat di bawah ini. Yaitu dalam 
surat
al Maidah disini hanya menyebut  "Hai orang-orang yang beriman", 
siapakah
yang dimaksud di situ apakah orang Islam saja atau orang-orang non 
Islam
juga? Firman Allah swt: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin
(mu);
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. 
Barangsiapa di
antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya 
orang itu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk 
kepada
orang-orang yang zalim. (QS. 5:51). Juga firman-Nya: "Hai orang-orang 
yang
beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya 
Allah
beserta orang-orang yang sabar. (QS. 2:153). Ratusan ayat Al Qur'an 
yang
menyebut iman -yang maknanya Islam ini-dengan lafadz "aamanu" saja.

 

 

Agama Tauhid

 

Dalam Al Qur'an dan Hadits telah dijelaskan secara gamblang, bahwa 
seluruh
agama Nabi dan Rasul adalah Islam. Maknanya tidak satu nabi pun 
beragama
Nasrani, Yahudi, Majusi atau lainnya.  Hadits Rasulullah saw : "Kami 
semua
nabi-nabi, agama kami sama, aku orang yang paling dekat kepada putera
Maryam, karena tidak ada satu pun nabi antara aku dan dia." (HR
Bukhari-Muslim). "Nabi-nabi adalah bersaudara, agama mereka satu, 
meskipun
ibu-ibu mereka berlainan." (Lebih lanjut lihat buku "Tren Pluralisme 
Agama"
karya Dr. Anis Malik Thoha, GIP, 2005. Buku ini mendapat penghargaan 
sebagai
karya ilmiah terbaik "Ismail al Faruqi Publications Award" dari IIUM, 
Kuala
Lumpur).

 

Firman Allah swt: "Ketika Tuhan-nya berfirman kepadanya:"Tunduk 
patuhlah
(Islam lah)!" Ibrahim menjawab:"Aku tunduk patuh (berislam) kepada 
Tuhan
semesta alam.Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-
anaknya,
demikian pula Ya'kub. (Ibrahim berkata):"Hai anak-anakku! 
Sesungguhnya Allah
telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam
memeluk agama Islam. Adakah kamu hadir ketika Ya'kub kedatangan
(tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya:"Apa yang 
kamu
sembah sepeninggalku". Mereka menjawab:"Kami akan menyembah Tuhan-mu 
dan
Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Isma'il, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang 
Maha
Esa dan kami hanya menjadi Muslim (tunduk kepada-Nya)". (QS. 2:131-
133).

 

Jadi jelas disitu, Islam adalah agama nabi Ibrahim. Juga Islam adalah 
agama
nabi-nabi bani Israil lainnya. "Sesungguhnya Kami telah menurunkan 
Kitab
Taurat didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang 
dengan
kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang 
menyerah
diri kepada Allah (Muslim)..." (QS. Al Maidah  44).

 

"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) 
berkatalah
dia:"Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan 
agama)
Allah" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab:"Kamilah
penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan 
saksikanlah
bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri 
(Muslim)".
(QS. Ali Imran 52).

 

Karena itu Syekh Ibn Arabi menyatakan: "Syariat-syariat semuanya 
adalah
cahaya, dan syariat Muhammad saw. diantara cahaya-cahaya ini ibarat 
seperti
cahaya matahari di antara cahaya bintang-bintang. Ketika matahari 
muncul
reduplah cahaya-cahaya bintang-bintang tersebut dan terserap kedalam 
cahaya
matahari. Maka sirnanya cahaya-cahaya tersebut ibarat dinaskhnya
syariat-syariat dengan syariat Muhammad saw. dengan tetap eksisnya 
hakikat
syariat-syariat tersebut, sebagaimana tetap eksisnya cahaya bintang-
bintang.
Oleh karena itu kita diwajibkan mengimani semua rasul. Dan semua 
syariat
mereka adalah benar, dan tidak dinaskh karena batal atau salah 
sebagaimana
yang diduga orang-orang bodoh. Maka semua jalan (syariat) mengacu 
pada jalan
(syariat)nya Nabi saw. Seandainya para rasul hidup pada zamannya (Nabi
Muhammad saw.) niscaya mereka akan mengikutinya sebagaimana syariat 
mereka
mengikuti syariatnya."

 

Walhasil, karena Yahudi dan Nashrani tidak mengakui kenabian Nabi 
Muhammad
saw, maka batallah keimanan mereka.  Tidak mungkin sama antara orang-
orang
yang mempercayai kenabian Nabi Muhammad dengan yang tidak mempercayai,
bahkan melecehkannya.  Allah Maha Pengampun sekaligus Maha Keras
Siksaan-Nya.  Lihatlah contoh di dunia ini, tidak semua orang tampan, 
tidak
semua orang punya mata dan tidak semua orang kaya.  Keadilan Allah 
tidak
bisa kita ukur dengan akal semata di dunia ini.  Keadilan Allah akan
terbukti di akherat nanti.  Wallahu aziizun hakiim.*

 

Penulis adalah Redaktur Pelaksana Jurnal Al Insan-GIP

 

Source :
<http://hidayatullah.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=4005&Item
id=60>
http://hidayatullah.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=4005&Itemi
d=60

 



[Non-text portions of this message have been removed]

--- End forwarded message ---


Kirim email ke