Senin, 07 Mei 2007

'*Reshuffle* tak Perbaiki Ekonomi'


JAKARTA -- Perombakan (*reshuffle*) kabinet oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) dinilai tak menjawab kebutuhan rakyat. Menteri ekonomi yang
dianggap gagal justru tetap menjabat.

''Bidang ekonomi tidak terlihat mendapat sentuhan pada *reshuffle* kali ini.
Itu harus dicermati,'' kata Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid, di Bandung, Ahad
(6/5). Padahal, menurut dia, masyarakat sangat berharap ada perubahan dalam
susunan tim kementerian ekonomi.

Perubahan susunan di tim menteri ekonomi menjadi penting, katanya, selain
karena kesejahteraan rakyat yang belum juga meningkat, PHK dan angka
pengangguran pun masih tinggi. Perombakan kabinet semestinya bisa memberi
harapan positif kepada masyarakat bahwa pilihan mereka saat pemilihan
presiden tidak terlalu salah.

Koordinator Koalisi Anti-Utang (KAU), Kusfiardi, menilai kinerja tim ekonomi
sejauh ini tidak menampakkan hasil dan prestasi. Dia mencontohkan
melonjaknya angka pengangguran menjadi 11,5 juta dan jumlah penduduk miskin
yang mencapai 40 juta lebih. ''Harga kebutuhan pokok juga sangat tinggi,
sehingga tak terjangkau oleh masyarakat luas,'' katanya.

Pergantian kabinet, harapnya, erat kaitannya dengan peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Sementara, hingga kini Presiden sama
sekali tak menyebut urgensi perubahan ini. ''Pergantian kabinet semata-mata
untuk mengubah komposisi politik. Orientasi dan tujuan perubahannya,
khususnya di bidang ekonomi, sama sekali tak terdengar.''

Pengamat ekonomi dari Indef pun pesimistis menanggapi perombakan kabinet. ''
*Reshuffle* tidak *reshuffle*, ekonomi kita tidak akan berubah. Indonesia
butuh terobosan di sisi implementasi,'' katanya.

Menurut dia, terobosan utama adalah mempercepat belanja pemerintah dan
daerah, terutama belanja modal dan barang yang di APBN 2007 mencapai Rp
145,3 triliun. Dua belanja ini memegang peran penting karena dampaknya
terasa langsung, seperti pembangunan infrastruktur. Pemerintah juga diminta
cepat menstabilkan harga bahan pokok. Setelah harga beras melonjak yang
terjadi sejak akhir tahun lalu, sekarang minyak goreng ikut-ikutan melesat.

Sekjen Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Djimanto, mengatakan pengusaha
minta pemerintah membuat iklim usaha yang bisa diprediksi dan stabil.
''Jangan banyak *error*-nya,'' kata Djimanto.

Ketakpastian kondisi ekonomi dan kebijakan serta kesimpangsiuran aturan
antara pusat dan daerah, membuat pengusaha sulit menghitung rencana bisnis.
Dengan alasan itu, Djimanto meminta Presiden membentuk kabinet yang solid,
prorakyat, dan propengusaha. ''Pengusaha itu objek. Ibarat konser musik,
kalau dirijennya bagus, nanti musiknya juga bagus.''

(kie/evy/has )



http://republika.co.id/koran_detail.asp?id=292158&kat_id=3


--
Yuyun Harmono
Outreach Koalisi Anti Utang (KAU)/Anti Debt Coalition Indonesia
Jl. Tegal Parang Utara No.14 Jakarta Selatan 12790 Indonesia
Telp. 021-79193363,Fax. 021-7941673,
Hp. 081807867506
website : www.kau.or.id
blog : antiutang.wordpress.com

Kirim email ke