Kebudayaan dan seni Sumbawa

Selasa, 13 September 05 - oleh : arief 

[b] Kesusasteraan [/b]

Periode awal kesusasteraan Samawa merupakan dimulainya sebuah tradisi lisan. 
Sejumlah karya sastra Tau Samawa, juga kisah dan dongeng yang dinyanyikan atau 
diucapkan, acara keagamaan, pertemuan suci dan pemerintahan, dipengaruhi oleh 
beberapa norma sosial.
Kesusasteraan permulaan melukiskan kecintaan dan pada alam dan manusia serta 
berpegang bahwa keaslian alami manusia adalah satu. Kesusasteraan awalnya 
menekankan norma perilaku seperti kesetiaan kepada raja, kealiman anak, hormat 
kepada guru atau lebih tua, persahabatan yang tulus dan kesucian wanita.
Masyarakat tradisional Samawa, menulis karangan sastra pada daun lontar yang 
telah dikuningkan yang dinamakan "bumung". Karya sastra ditulis dengan cara 
menggoreskan daun lontar dengan ujung pangat ( pisau kecil tajam ). Mereka 
menyimpannya dengan menggantung ada didinding dan tiang rumah.
Sastra lisan yang disebut - sebut sebagai pilar sastra Samawa adalah lawas ( 
isi yang dilagukan ). Lawas ini sejak perekambangannya mendapat pengaruh "Elom 
ugi" atau syair Bugis. Sastera jenis ini hidup dan berkembang dengan subur 
dalam masyarakat selama berabad - abad lamanya.
Tulisan khas Sumbawa yang ditulis diatas daun lontar disebut "Satera Jontal".

[b] Seni Kelingking [/b]

Seni kelingking adalah istilah seni rupa daerah Samawa. Artinya, membuat 
ornamen atau hiasan pada suatu benda tertentu dengan menggunakan tekhnik 
menghias. Hasilnya, berupa langit kelingking, kre alang, tabola, peti kayu 
berhias, gerbah dan sebagainya.
Bentuk seni ini sudah berlangsung lama. Mendapat pengaruh Hindu dengan motif 
hias tumbuhan dan selanjutnya pengaruh islam. 
Berbagai bentuk corak hiasan kelingking yang dikenal di tana Samawa adalah : 
lonto engal ( ragam sulur ), kemang satange ( ragam bunga) pohon hayat, pucuk 
rebung, gelambok, slimpat ( jalinan ), naga, burung, manusia dan binatang ( 
sapi, kuda, kerbau dan sebagainya )
Ragam hias seni kelingking bagi masyarakat Samawa mempunyai makna tertentu. 
Slimpat melambangkan percintaan dan kerukunan. Piyo ( burung ) berlambang roh 
nenek moyang. Pohon hayat sebagai lambang kehidupan manusia. Manusia sebagai 
berlambang kerakyatan. Naga, lambang kesuburan dan cecak lambang penangkal 
kejahatan.
Hasil - hasil seni kelingking pada masyarakat Samawa diantaranya adalah : kain 
untuk bahan pakaian, gorden, sprai, aneka meubel rumah tangga, benda - benda 
gerabah, tas, kipas, topi, kaos oblong, gantungan kunci, plakat dll.

[b] Sistem Kepercayaan [/b]

Masyarakat Samawa tradisional percaya bahwa pohon - pohon besar atau batu - 
batu besar atau tempat - tempat angker, ada "baengna" ( ada yang punya ). Kalau 
melewati tempat tersebut tidak boleh ribut dan harus sopan. Kalau tidak bisa 
"disapa" atau ditegur oleh mahkluk halus tersebut, dan jatuh sakit. Mahkluk - 
makhluk halus 
Tersebut ada yang mereka namakan Kono ( makhluk halus yang suka berkeliaran 
siang hari ditempat sepi ), Baki ( makhluk halus dihutan ), Setan belata ( 
Hantu hajat ), Leak ( manusia yang menyerupai mahkluk halus ), Jin ( menurutnya 
ada yang kafir dan ada yang islam ).
Sistem kepercayaan Tau Samawa juga percaya pada adanya guna - guna (black magic 
) untuk menundukkan lawan. Penggunaannya banyak dijumpai ada kerajaan kerbau ( 
barapan kerbau ) atau pacuan kuda ( main jaran ). Dikenal dua jenis black magic 
yaitu sihir yang konon dilepas seperti angin, dan Bura yang dilepas ditempat - 
tempat yang diperkirakan akan dilalui oleh lawan. Ditempat - tempat perhelatan 
seperti perkawinan juga olahraga ( main bola ) hal ini juga dilakukan. Karena 
itu, setia ada perhelatan atau kegiatan tertentu, selalu ada pendamping, yaitu 
Sanro ( dukun ) yang bertugas mengawasi agar segala sesuatu bisa berjalan 
semestinya.
Ada orang - orang yang sakti berupa kekebalan masih sangat dipercaya oleh 
masyarakat Samawa. Demikian pula dengan adanya benda - benda pusaka seperti 
keris dan golok yang punya kesaktian.

[b] Sistem Pengetahuan [/b]

Masyarakat Samawa memiliki sistem pengetahuan yang turun temurun. Untuk obat - 
obat tradisional, yang mulanya dari Sanro ( dukun ) misalnya : obat batuk, 
yaitu air jeruk nipis dicampur kapur kemudian dioles pada leher, luka bakar, 
dioles madu, luka baru diobat dengan serbuk kopi, sarang laba - laba yang 
besar, getah jarak ; sakit perut diobati dengan mengunyah daun jambu muda yang 
dicampur sedikit garam dll.
Kalau akan memulai turun sawah, petani cukup melihat arah dan letak bintang 
renggala ( bintang bajak ). Kalau akan melaut dengan melihat warna langit pada 
malam hari.
Dimasyarakat tradisional ada macam - macam upacara seperti : upacara minta 
hujan. Masyarakat Samawa mengenal adanya jimat sebagai penolak bala. 
Pemakaiannya bisa dikalung, diikatkan dipenggang.
Kepercayaan ada sihir pada masyarakat tradisional masih ada, seperti adanya 
yang disebut loma - lome, bura, pedang pekir dan sebagainya.
Meramal ( ramuka ) merupakan kebiasaan tradisional masyarakat samawa. Meramal 
nasib, menanyakan hari baik, menemukan barang yang hilang dsb. Mereka juga 
mengenal apa yang disebut cuca' dengan harapan agar selamat dan tercapai 
tujuannya.

[b] Lukisan [/b]

Lukisan Samawa mewakili sebuah pola / tipe pencapaian budaya kekuatan kreatif 
dan rasa estetis tau samawa. Lukisan samawa telah berkembang melalui panjangnya 
sejarah Tanah Samawa sejak Zaman Hindu, Islam dan Modern sekarang ini. Lukisan 
pertama dari tau Samawa ditemukan pada dinding kubur sarkofagis Ai Renung 
dengan ragam hias manusia biawak yang dibuat ribuan tahun silam.
Dalam perkembangannyanya lukisan-lukisan Samawa mewarisi tradisi keindahan pada 
batu - batu nisan berukir yang dijumpai di Telebir, pada tiang - tiang rumah, 
dinding rumah dll.
Lukisan - lukisan Samawa, berkaitan loebih banyak dengan kehidupan tumbuhan dan 
binatang dan juga kehidupan sehari - hari rata - rata Tau Samawa serta aspirasi 
dan impian mereka. Penuh warna dan hidup, serta bebas dari pengekangan biasa 
yang berlaku. Warna - warna merah, kuning, hitam, hijau dan merah muda ( beko 
). Umumnya lukisan bunga diberi warna merah dan kuning dengan daun berwarna 
hijau.

[b] Arsitektur [/b]

Arsitektur Samawa menggunakan struktur isatana dan sangat dipengaruhi oleh 
arsitektur Makasar, baik pada perumahan bangsawan, maupun perumahan rakyat 
biasa dan terdiri dari banyak variasi lokal. Peninggalan istana tua ( dalam 
loka ) menghambat mode Balla Lompoa di Goa.
Karakteristiknya, bangunan berdiri diatas tiang kayu, dinding kayu, lantai 
kayu, atau kayu genting. Dinding, tangga dan bagian - bagian tertentu diukir 
dan ditonjolkan secara megah.
Lingkungan alam selalu dikaitkan dengan sebuah elemen yang penting dan utama 
dalam arsitektur Samawa. Dalam memilih lokasi untuk bangunan, tau samawa 
cendrung mengikatkan makna khusus ada rinsi - rinsi pertahanan yang menguasai 
filosofi Samawa.
Gaya bangunan - bangunan di Tana Samawa mulai dari bangunan rumah, balai desa, 
mesjid, langgar, mushallah, lumbung dsb, selalu mengacu pada arsitektur 
tradisional dengan empat persegi panjang dan model atau seperti perahu.
Bahkan, walaupun saat ini arsitektur moderen sudah memasuki dan kuat 
pengaruhinya pada arsitektur Samawa, filosofi dasarnya tetap saja 
dipertahankan. Kecuali ada penataan ruang, lantai dan ornamen lainya.

[b] Musik [/b]

Kehidupan seni tradisional mendapat tempat di hati masyarakat Tana Samawa, 
terutama yang berdomisili di pedesaan. Musik orkestra samawa yang disebut Gong 
Genang sangat populer di masyarakat. Gong Genang terdiri dari sebuah gong, dua 
buah genang ( gendang ) dan sebuah serune. Serune dalam orkestra Gong genang 
berfungsi sebagai pembawa melodi
Sejumlah musik daerah yang dihayati masyarakat pendukungnya antara lain : Ratib 
( Rabana Ode dan Rabana Rea / Kebo ), Bagenang, Sakeco, Langko, Saketa, 
Gandang, Bagesong dsb.
Dari lirik - lirik lawas telah diangkat kepermukaan sejumlah lagu yang berirama 
daerah dengan iringan instrumen alat - alat musik modern. Lagu khas daerah 
Samawa sudah banyak dilagukan dalam berbagai kesempatan upacara dan acara 
perhelatan perkawinan. Dalam bentuk kaset ataupun kepingan CD dan VCD.
Beberapa peralatan musik tradisional Samawa adalah : Serune, yaitu alat musik 
tiup. Alat ini termasuk alat musik golongan serofon yang berlidah, serune 
dibuat dari dua bahan pokok yaitu bulu ( jenis bambu kecil ) dan daun lontar. 
Lolo dan anak lolo dibuat dari bulu, sedangkan seremung ode dan seremung rea 
dibuat dari daun lontar yang digulung dan membentuk cerobong / kerucut. Serune 
tidak berfungsi sebagai alat musik yang sakral, karena itu dapat dimainkan oleh 
siapa saja yang berminat. Serune dapat memainkan lagu apa saja asal sesuai 
dengan nadanya. Kebanyakan lagu - lagu yang dibawakan adalah lawas ( syair 
Samawa ) yang kebanyakan tidak dikenal siapa penciptanya.
Alat musik tradisional lainnya adalah : Palompong. Di Taliwang ( bagian ano 
rawi ) disebut garompong. Alat musik ini termasuk alat musik idiofon. Di jawa 
yang sejenis dengan alat musik ini adalah gambang. Bahan untuk membuat 
palompong adalah jenis kayu ringan yang di Sumbawa di sebut kayu kabong, 
kenangas dan berora. Palompong biasanya di pergunakan dalam permainan orkestra 
Goa genang, dan berfungsi sebagai alat ritmis. Palompong di pukul dengan 
menggunakan pemukul yang banyaknya dua buah.
Rebana adalah alat musik yang terbuat dari kayu, kulit, rotan dan kawat. Di 
sumbawa kayu yang dipakai membuat rebana adalah kayu jepun (kayu kemboja ) dan 
kulit yang dipakai adalah kulit kambing ( lenong bedes ). Rebana di pergunakan 
untuk mengiring lawas ( tembang khas Samawa ) atau dalam bentuk musik orkestra 
seperti sakeco, saketa dan juga untuk mengiringi tari - tari kreasi.
Cara memainkan rebana ada yang dipukul dengan tangan dan ada yang menggunakan 
alat pemukul. Cara memainkan ada yang diangkat dan satu tangan memukul, seperti 
dalam mengiring qasidah, dzikir. Untuk Rebana Rea (besar ) dalam memainkannya 
diletakkan diatas tanah secara berdiri, satu tangan memegang dan tangan lainnya 
memukul.

[b] Tarian [/b]

Tradisi tari sudah lama ada di Tana Samawa. Tari tanak ( Tanak Juran dan Tanak 
Eneng Ujang ) adalah contoh tarian Samawa yang merupakan tari persembahan Tau 
Juran ( seketeng, Samapuin, Lempeh dan Brangbara ) kepada raja Sumbawa. 
Sedangkan Tau kampung bugis sebagai tamu khusus kerajaan mempersembahkannya 
Sempa. Sempa memiliki gerakan yang khas dan unik dengan gerakan kaki dinamis 
dan cekatan.
Tarian Samawa memperlihatkan gerakan tanak, sempa, redat, ngumang, pengantan 
bolang kemang, nyemah dan berbagai gerakan yang terdapat pada permainan rakyat, 
serta gerakan petani tradisional di sawah. Disamping gerakan - gerakan pada 
berbagai upacara adat.
Para pencipta tari dan para penari mencoba mengungkapkan sebuah kekuatan dan 
keindahan yang mendalam.
Sejumlah tarian kreasi baru yang dikenal luas di masyarakat Samawa adalah Tari 
Nguri, Tari Pego Bulaeng, Tari Pasaji, Tari Pamuji, Tari Batu nganga, Tari lalu 
diya - lala jines, Tari ngasak, Tari dadara bagandang, tari berodak, ari 
rapancar, tari kemang komal, tari dadara melala, tari rabinter, tari dadara 
nesek, tari barapan kebo, tari kosok kancing, tari lamung pene, tari tanjung 
menangis dan sejumlah tarian yang penampilannya dalam bentuk sendratari.

[b] Teater [/b]

Teater tradisional di tana samawa tidak terlalu menonjol dan bahkan kurang 
berkembang. Bagesa atau gesa yang mengundang tawa bahak yang dilakukan oleh 
seorang atau dua orang dengan gaya yang jenaka dan sarat humor bisa dimasukkan 
sebagai teater mula. Pada tahun 1981 dalam pentas sosial darama di tana Samawa, 
pernah diangkat keatas pentas bagesa dan ternyata mendapat sambutan hangat dari 
penonton yang memang sudah hafal dengan selera komedi seperti itu.
Masyarakat Samawa mengenal teater kontemporer tanpa melalui jenjang teater 
tradisional.

[b] Permainan Rakyat [/b]

Sejumlah permainan rakyat tradisional masyarakat Samawa yang menjadi ciri dari 
masyarakat antara lain adalah : Karaci yaitu permainan tradisional yang 
dilakukan oleh dua orang yang masing - masing memegang empar ( tameng ) dan we 
( pemukul dari rotan ) serta pabulang. Keduanya saling memukul dengan we dan 
menangkis dengan empar ( tameng )
Berempuk, adalah permainan lain di Tana samawa, yaitu tinju bebas yang tidak 
menggunakan sarung tinju. Biasanya dilaksanakan dilapangan terbuka atau sawah 
seusai panen padi. Kuntao, pencak silat juga merupakan bagian permainan rakyat 
samawa.
Main jaran, Barapan kebo dan nganyang / main mayung dan beradu ayam adalah 
permainan rakyat yang berkaitan dengan peternakan. Sedangkan bagi anak - anak 
Samawa permainan masa kecilnya antara lain adalah : Rabanga, Ramake, Bariwak, 
Bakatato, saling hom / saling buya, rabenteng, main bawi, main longga, 
Ramajang, bakalepak, ramacan ( main macan ) dll.

[b] senjata [/b]

Tercatat sejumlah senjata tajam yang menjadi bagian dari identitas budaya 
daerah. Mulai dari keris, pedang, berang, bate, ladeng, badik, dangko ( arit ) 
disamping tombak, pana dan jenis - jenis lainnya.
Mengikatkan parang panjang di peinggang ketika akan kesawah atau ladang bagi 
lelaki Samawa adalah pemandangan yang biasa kita lihat sehari - hari didesa - 
desa Samawa. Parang sumbawa yang panjang dilengkapi dengan sarung dari kayu 
yang indah dan berhias.

[b] Upacara Adat [/b]

Di tana Samawa dikenal banyak jenis upacara adat, mulai dari upacara adat daur 
hidup / life cycle, seperti proses kelahiran, masa kanak - kanak, masa remaja 
dan perkawinan sampai pada upacara kematian disamping upacara yang berkaitan 
dengan memulai suatu pekerjaan seperti bangun rumah.
Melakukan kenduri ( basadekah ) juga menjadi bagian penting dari adat Samawa, 
seperti : sadekah orong, sadekah rapina bale, sadekah tolak bala, belo umir, 
sadekah yang berhubungan dengan perkawinan, sunat rasul, kelahiran nabi ( munit 
) dsb.
Dalam pelaksanaan upacara - upacara tersebut biasanya digelar kesenian daerah 
seperi : ratib, bagenang, langko, saketa, sakeco, lawas, dll

[b] Sistem Gotong Royong [/b]

Dikenal tiga sistem gotong royong dalam masyarakat samawa yaitu Saling tulong ( 
tolong menolong ) basiru ( saling tolong menolong untuk pekerjaan yang 
ditujukan hasilnya untuk seseorang ) dan ketiga adalang nulong ( membantu ).
Baik saling tulong, basiru, maupun nulong biasanya tidak hanya dalam bentuk 
materian tapi juga tenaga. Saling tulong bisa diartikan sebagai pemberian 
pertolongan yang akan dibalas pada kesempatan lain.
Basiru, lebih pada pengertian mengajak beramai - ramai mengerjakan sesuatu 
pekerjaan yang nantinya juga beramai - ramai mengerjakan pekerjaan dari yang 
lainnya. Nulong lebih dikhususnya pada adanya imbalan berupa jasa atau materi.

[b] Hasil dari Kebudayaan [/b]

Hasil dari kebudayaan Samawa mulai dari zaman purba yang sampai pada zaman 
kerajaan Sumbawa menjadi bagian penting dari peninggalan sejarah dan 
keperbukalaan daerah.
Makam sampar di perbukitan dusun ai awak, kelurahan seketeng sumbawa adalah 
tempat pemakaman Sultan Amrullah, Raja Sumbawa yang memerintah tahun 1836 - 
1883. dikompleks ini juga dimakamkan permaisuri sultan dan keluarga bangsawan 
keraton lainnya.
Sarkofagus Ai Renung, di Batu tering, Moyo Hulu yang tersebar pada lima lokasi 
yang relatif berdekatan. Situs megalitik telebir dan patung mampis di dusun 
rarak, desa bangkat monteh Taliwang. Komplek kubur batu di tarakin dan lutuk 
batu peti di dusun kuang amo, Moyo Hulu.
Istana tua Sumbawa ( dalam loka ) yang terletak di pusat kota Sumbawa besar 
yang dibangun pada tahun 1885 pada zaman pemerintahan Sultan Muhammad 
Jalaluddin III.

Sumber tulisan : Fakta - Fakta Tentang Samawa ; Manggakang Raba
http://www.sumbawanews.com/?view=lihatartikel&id=809&topik=4



www.sumbawanews.com
the first online news from sumbawa

komp.dosen ikip blok 4/20 jatibening 
pondok gede 17421
phone/fax: 021-8486647, 70960307
[EMAIL PROTECTED]
---------------------------------------------------------------
Online Network
www.nusatenggaranews.com -- Nusatenggara News Updated !
www.tambangnews.com -- Mines & Energy News Updated !
www.sumbawabarat.com
http://a-smarthing.com -- IT Solutions, System Integrations, Multimedia, Media 
& Event Organizer
------------------------------------------------------------------

Manfaatkan HP mu untuk menjadi KAYA, passive income mencapai 97 juta/bulan, 
klik http://www.sumbawanews.com/?view=hal&id=13

Kirim email ke