GODAM, BUAT PARA CHEERLEADERS
14 des 2006,kamis

Hehehe..buat cahbodo yang kini bergabung

dengen para cheerleaders laennyah,

daku memang punyak idealismeh jugak,

yang membuatku menyataken,

PERSETANLAH DENGEN KALIAN WAHAE

BANGSA INDON, YANG SAKLALUH MENYOMBONGKEN

BANGSA YANG DEMINGKIAN JOROK MORALNYAH.

Sementara di organisasihku yang paling rapih ituh,

dakupun membilang, DAKU DIKIANATIN OLEH KALIAN!!

DAN AMPE SAKKARANG MEREKAH,ENGGAK ADA

YANG BERANI BALIK MENYERANG PERNYATAANKU

bahuwa daku dikianatin organisasihku!!!
\
walaopun tetep ada kecintaanku yang kuat,

baek terhadep Nusantarah, baek terhadep organisasiku.

YANG KUBILANGKEN KEPADA KALIAN JUGAK,

PERSETANLAH DENGAN BANGSAKU DAN ORGANISASIKU.

tatapi daku bukannyah memblow upnyah,

sungpaya terjadi PENGKROYOKAN TERHADEP KOMPAS

YANG BERBAUK SARA ITUH BUKAN?

nah, dalem pahammu.yang ngakuh cah bodo,

yang mudah2an hajah enggak munapik dogol.

EMANG BANYAK CHEERLEADERS YANG SAKMODEL KAU TUDINGKEN ITUH,

walaopun daku bertanyak balik,

ADAKAH DIKAU TERMASUP SALAH SATU CHEERLEADER ITUH?

kerana di Indon ituh, banyak cheerleader

yang bertereak bareng bareng.

PER-ANJING BUAT KORUPTOR, MAMPUSLAH KONGLO BANGSAT,

HARAMLAH PERLONTEHAN..

eh...tauk tauknyah,jingkalao di ajak majuh?

malahan mundur tampa bilang bilang...

ituh memang banyak sakkalih,

bahkan kubilangken..ituhlah watak bangsa kitah...

PENGHASUT, MUNAPIK DAN SAKLALUH SENENG JADI CHEERLEADERS.

walaopun tetep daku tanyakan kpdmu,

LALU ADAKAH CAH BODO TERMASUP SALAH SATU CHEERLEADER ITUH?


--- In mediacare@yahoogroups.com, cah bodho <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Di dalam setiap kelompok selalu hanya sedikit
> pemberani, terutama buat mereka yang dibesarkan dalam
> sistem kultur Indonesia. Sangat sering terjadi dalam
> lingkungan kerja, ketika ada orang yang memperjuangkan
> kebenaran merasa sendirian. Meski dalam pembicaraan
> informal banyak teman yang mendukung, tetapi ketika
> sampai kepada tataran untuk "terbuka"
> memperjuangkannya... semua yang mendukung jadi
> "pura-pura tidak melihat", atau "berusaha sibuk dengan
> urusannya sendiri-sendiri". Tidak hanya di tingkatan
> buruh, juga di kalangan akademik dan kelompok
> profesional lainnya...
> jadi penguasa selalu mendapatkan peluang lebih untuk
> bicara secara terbuka dan kemudian dianggap punya
> kredibilitas dan otoritas yang lebih dibandingkan
> dengan individual rakyat... yang akhirnya mencoba
> mencari jalan sendiri dengan "mengekspose" dirinya di
> jalur-jalur yang "tidak biasa". Sayangnya dalam
> jalur-jalur yang tidak biasa itu juga ada orang-orang
> yang "sangat biasa" bersikap seperti kelompok karyawan
> yang saya sebut di atas.
> Jadi... terus ucapkan kata kebenaran mas Bambang
> Wisuda, jangan takut membela Bung Satrio... tuduhan
> dan tudingan selalu akan muncul tetapi tetaplah
> lakukan (Anyway Paradox Principles)...
> 
> 
> --- prastowo prastowo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> > Betul sekali,
> > Bahwa saya jg mendengar langsung dari beberapa
> > karyawan Kompas yg menyayangkan ekspose berlebihan
> > dari sdr. Bambang Wisudo dan pelibatan kelompok
> > eksternal yg konon cenderung politis. Tetapi lepas
> > dari itu semua, konflik ini rasanya sudah cukup lama
> > berlangsung dan melihat sdr. Bambang jg tidak
> > memeroleh dukungan mayoritas karyawan, bukankah bisa
> > ditanyakan jg motivasinya, pribadi atau kolektif?
> > Biarlah ini menjadi problem internal Kompas dan beri
> > kesempatan mereka menyelesaikannya dg baik2. Terlalu
> > banyak pengamat di negeri ini, sehingga lupa kalo
> > harus melahirkan ahli, pakar, intelektual yg paham
> > masalahnya, tidak sekedar ngegosip dan memblow up
> > hal2 sensasional yg belum teruji validitasnya.
> > Moga2 menjadi introspeksi buat kita semua.
> > 
> > salam,
> > 
> > pras
> > 
> > 
> > ----- Original Message ----
> > From: dimastakha <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: mediacare@yahoogroups.com
> > Sent: Monday, December 11, 2006 7:54:12 AM
> > Subject: [mediacare] Re: Imbauan bagi Pak Jakob
> > Oetama - tentang nilai-nilai Kompas
> > 
> > Bung, cobalah lebih balance. Anda kan wartawan
> > senior, tidak usah
> > terjadi hanya percaya satu sumber. Jika itu terjadi,
> > tentu memalukan
> > bukan?
> > Tanya juga teman2 di Kompas, apa yang sesungguhnya
> > terjadi.
> > Jangan terkesan Bung ada dendam terhadap Kompas?
> > Serta, apakah tempat Anda bekerja saat ini lebih
> > baik dari Kompas?
> > 
> > salam
> > dimast,
> > ikut prihatin juga
> > 
> > --- In [EMAIL PROTECTED] ps.com, Satrio
> > Arismunandar
> > <satrioarismunandar @...> wrote:
> > >
> > > Teman-teman,
> > > 
> > > Saya mendapat e-mail dari Sri Yanuarti (Yanu),
> > peneliti LIPI,
> > pengurus pusat AIPI (Asosiasi Ilmu Politik
> > Indonesia), dan istri dari
> > wartawan Kompas Bambang Wisodo, via milis AIPI.
> > Isinya berkenaan
> > dengan kasus pemecatan Bambang Wisudo oleh manajemen
> > Kompas, terkait
> > soal serikat pekerja di Kompas. Yanu adalah rekan
> > saya di AIPI,
> > sedangkan Wisudo adalah juga rekan sesama pendiri
> > AJI (Aliansi
> > Jurnalis Independen), dan dulu juga saya pernah
> > sama-sama kerja di Kompas.
> > > 
> > > Saya sangat terkesan, bahwa menghadapi saat-saat
> > sulit dan penuh
> > tekanan, Yanu, Wisudo dan keluarga tetap tenang dan
> > tabah. Artinya,
> > perjuangan serikat pekerja ini bukan semata-mata
> > urusan Wisudo, tetapi
> > sejak awal sudah disadari dan didukung penuh oleh
> > istri/keluarga.
> > Tentu dengan berbagai risikonya.
> > > 
> > > Dalam kondisi ekonomi dan politik sekarang, di
> > mana nuansa
> > pragmatisme dan oportunisme, kepentingan mau enak
> > sendiri, masih
> > sangat kuat, saya merasa salut bahwa masih ada
> > orang-orang yang
> > berjuang untuk idealismenya. 
> > > 
> > > Kalau Wisudo mau hidup enak dan nyaman di Kompas,
> > perusahaan media
> > yang sudah sangat mapan di Indonesia (koran terbesar
> > dan paling
> > berpengaruh) , sebetulnya bisa saja. Kompas adalah
> > salah satu dari
> > sedikit media yang menyediakan pensiun buat
> > karyawannya. Namun, Wisudo
> > memilih jalan lain, dan kini dia menanggung risiko
> > perjuangannya.
> > Yakni, dipecat oleh manajemen Kompas. 
> > > 
> > > Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian,
> > dan tidak ingin
> > menduga-duga. Yang jelas, Wisudo dkk akan terus
> > berjuang, di dalam
> > Kompas maupun di luar Kompas. Salah satu
> > alternatifnya tentu lewat
> > jalur hukum (LBH). 
> > > 
> > > Di sini saya menilai, tindakan represif terhadap
> > aspirasi karyawan
> > yang sah, seperti dialami Wisudo, tidak akan
> > menghasilkan dampak yang
> > baik bagi perusahaan. Namun, yang jauh lebih
> > merugikan Kompas
> > sebetulnya adalah masalah reputasi dan image, yang
> > terkait dengan visi
> > dan misi Kompas, yang merupakan akar keberadaan
> > perusahaan yang
> > didirikan PK Oyong (alm) dan Jakob Oetama ini. 
> > > 
> > > Bukankah Kompas adalah perusahaan media yang
> > selama ini (lihat tajuk
> > rencana/editorialny a) sering mengangkat isu-isu
> > demokratisasi,
> > keterbukaan, hak-hak asasi, dan sebagainya? Bukankah
> > Kompas menganut
> > dan meyakini nilai-nilai "humanisme transendental" ?
> > Apakah itu sekadar
> > gincu, dan bukan genuine values yang dianut Kompas,
> > mengingat secara
> > internal ternyata nilai-nilai itu masih
> > dipertanyakan, karena tidak
> > terimplementasi? 
> > > 
> > > Jika demikian halnya, bagaimana Kompas sebagai
> > institusi dan bagian
> > utama/tulang punggung KKG (Kelompok Kompas Gramedia)
> > akan melangkah
> > memasuki abad baru dunia informasi dan globalisasi,
> > dengan segala
> > dinamika perubahan, tantangan, ancaman, jika tanpa
> > dukungan akar
> > nilai-nilai mendasar, yang memberi makna pada
> > keberadaannya? 
> > > 
> > > Selama ini, perekat yang mempertahankan keutuhan
> > KKG adalah figur
> > Pak Jakob Oetama (JO), sebagai generasi pendiri yang
> > memiliki wawasan
> > kuat ke depan, nasionalisme, kharisma, wibawa dan
> > intelektualitas.
> > Namun, dengan segala hormat atas kekuatan
> > manajerialnya, JO tidak akan
> > memimpin KKG selama-lamanya. 
> > > 
> > > Lalu bagaimana KKG dan Kompas akan melangkah jika
> > nanti ditinggalkan
> > JO, sementara core values yang menjadi landasan
> > berdirinya dan
> > suksesnya lembaga Kompas, justru mengalami erosi
> > karena
> > langkah-langkah "pragmatis-oportini stis" jangka
> > pendek? Bukan tidak
> > mungkin, langkah-langkah semacam ini akan diteruskan
> > oleh para
> > pimpinan Kompas/KKG pasca JO nanti. Mereka adalah
> > generasi baru, yang
> > mungkin kurang menghayati nilai-nilai awal yang
> > ditanamkan generasi
> > pendiri.
> > > 
> > > Mempertimbangkan hal itu, saya berharap, Pak Jakob
> > dengan segala
> > kearifannya, sebagai figur yang menjadi panutan dan
> > dihormati di KKG
> > dan Kompas, dapat ikut campur tangan melakukan
> > intervensi. Karena yang
> > dipertaruhkan di sini BUKAN cuma nasib Wisudo, Yanu
> > dan keluarga,
> > tetapi nasib dan survivabilitas dari KKG, Kompas,
> > dan nilai-nilai
> > luhur (core values) yang selama ini dianut,
> > diyakini, dihayati, dan
> > terbukti telah membesarkan Kompas.
> > > 
> > > Selain itu, yang dipertaruhkan bahkan juga bukan
> > nasib sekian ribu
> > karyawan Kompas dan KKG, tetapi jutaan stakeholders
> > yang berkaitan
> > dengan keberadaan institusi media besar ini,
> > termasuk para pembaca
> > Kompas di seluruh pelosok Indonesia. Peran media
> > sangat penting untuk
> > kemajuan negeri ini. Peran vital media seperti
> > Kompas masih amat
> > dibutuhkan, untuk ikut menggalang dukungan dari
> > jutaan rakyat
> > Indonesia -- yakni, mereka yang masih punya
> > idealisme dan niat baik--
> > untuk bersama-sama menyelamatkan Indonesia. 
> > > 
> > > Sekali lagi, saya berharap, agar Pak Jakob, yang
> > saya anggap sebagai
> > salah satu guru saya dalam ilmu jurnalistik dan
> > wawasan kewartawanan,
> > bersedia untuk turun tangan langsung, demi kebaikan
> > dan 
> === message truncated ===
> 
> 
> Benny D Setianto 
> 
> Permata Semeru B 19B 
> SEMARANG 50234 
> INDONESIA
> 
> 
> 
> 
>  
> 
_____________________________________________________________________
_______________
> Need a quick answer? Get one in minutes from people who know.
> Ask your question on www.Answers.yahoo.com
>


Kirim email ke