DI JAKARTA BERTEMU MERUKH

(JATAM, 23/08/07) Awal Agustus lalu, Busur – sebuah koran lokal terbit di Lewoleba, ibu kota Lembata. Berita utamanya seputar rencana pertambangan emas di sana, milik Yusuf Merukh. Pada edisi perdananya, Busur banyak mengangkat suara-suara yang kontra terhadap rencana tambang tersebut.

Tapi kelahiran Busur tak membuat semangat Andreas Duli Manuk dan Pieter Boli Keraf, dua pejabat tinggi Lembata surut. Meski sepanjang bulan Juni dan Juli lalu, gelombang penolakan terhadap tambang emas tersebut menguat. Bahkan ribuan warga menduduki kantor Bupati akhir bulan lalu.

Untuk mewujudkan niatnya, Pieter Boli Keraf – Ketua DPRD Lembata, mengajak tujuh belas anggotanya melakukan studi banding ke dua tambang emas milik Newmont di Sulawesi Utara dan Sumbawa. Merukh memiliki saham 20% di masing-masing tambang tersebut.

Di waktu yang sama, Bupati Lembata juga mengerahkan puluhan staf dan warga sekitar wilayah yang akan ditambang untuk melakukan studi banding.

Oleh karenanya, jangan heran jika Hotel Kaisar di kawasan Duren Tiga Jakarta Selatan, Sabtu lalu (11/08/07) lebih ramai dari biasanya. Ada Puluhan tamu asal Pulau Lembata – Flores, baru datang dan menginap di sana.

Mereka terdiri dari warga tiga kecamatan, yaitu Omesuri, Buyasuri dan Lebatukan. Warga datang bersama puluhan pejabat Pemda dan anggota DPRD Lembata. Kabarnya, mereka diundang khusus Yusuf Merukh, pengusaha yang sangat bernafsu membuka tambang emasnya di Lembata.

Muhamad Alwan, 39 th, salah satu anggota rombongan tersebut menceritakan perjalanannya hingga ke Jakarta.

“Saya dan rombongan baru pulang dari Sumbawa. Kami diundang PT Pukuafu Indah, diajak menyaksikan tambang Yusuf Merukh yang ada di sana. Kami bertemu dan berdialog dengan Bupati Sumbawa Barat, yang terlalu sering memuji-muji tambang Batu Hijau”.

“Kami bertemu orang dari perusahaan Newmont, juga diajak melihat kota Maluk dan berbicara dengan warga di sana. Yang terakhir kami melihat lubang-lubang tambang emas yang sangat besar”. Alwan adalah warga desa Kalikur Umaleu – Buyasuri, kawasan yang akan digali Merukh.

“Lubang tambang itu besar sekali, dalamnya ratusan meter. Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika pulau kecil kami digali sedalam itu”, tambahnya.

Seluruh pulau Lembata, yang luasnya mencapai 91,6 ribu hektar, masuk dalam wilayah Kontrak Karya PT Merukh Lembata Coper.

Setelah melakukan kunjungan, rombongan ini langsung menuju Jakarta, bertemu Merukh. Pagi hingga sore, mereka melakukan pertemuan di kantor Merukh, daerah Kuningan Jakarta Selatan.

Tak jelas siapa yang membiayai perjalanan warga dan pejabat Pemda yang melakukan studi banding tersebut. “Tiap orang hanya diminta menandatangani kwitansi senilai Rp 9,1 juta oleh Bendahara Pemda Lembata. Pulangnya, kami mendapatkan uang saku sebesar Rp 2 juta per orang dari perusahaan”, tutur Alwan.

****

Telpon Ahmad Bumi - salah satu anggota DPRD Lembata, kembali berdering, kali ini dari Drs. Emanuel Lama Belawa - mantan Kadis Pertambangan Kabupaten Lembata.

Emanuel pensiun bulan lalu dan langsung mendapat jabatan bergengsi sebagai General Manager PT Merukh Lembata Cooper (MLC).

Berkali-kali pejabat PT MLC ini menelpon Ahmad. Setelah berkali-kali menghindar, akhirnya, Ketua Komisi D DPRD Lembata ini tak bisa menolak lagi. Kali ini telpon dia angkat, mereka berbicara di telpon.

Emanuel meminta Ahmad meluangkan waktunya bertemu majikannya, Yusuf Merukh, mumpung sama-sama di Jakarta.

Sudah empat hari Ahmad tinggal di Jakarta. Dia diantara 17 orang anggota DPRD Lembata, peserta studi banding ke dua tambang Newmont. Setelah kunjungannya ke tambang Newmont di Sumbawa, Ahmad memilih ikut kongres partainya - Partai Serikat Indonesia (PSI) di Hotel Borobudur. Untuk studi banding kali ini, menurut Ahmad, DPRD Lembata mengalokasikan dana sekitar Rp 200 juta.

Tanggal 14 Agustus, Merukh menemuinya di lobby Hotel Borobudur, sekitar jam 10 pagi. Merukh datang bersama dua stafnya, seorang lelaki dan perempuan.

Mereka bersalaman dan bercakap-cakap sebentar. Entah apa yang mereka bicarakan. Merukh lantas meninggalkan Ahmad Bumi dengan dua orang stafnya. Mereka menawarkan transaksi, kerjasama untuk mengelola “Busur” – koran lokal yang baru diterbitkan Ahmad.

Busur, terbit awal bulan ini, oplah pertamanya 2.000 lembar. Edisi pertama, koran ini banyak mengulas isu seputar pertambangan dan resikonya bagi rakyat Lembata ke depan. Koran ini jelas berbahaya bagi rencana Merukh. Apalagi Ahmad Bumi dikenal paling keras menolak rencana tambangnya. Dan menentang keputusan Bupati mendukung Merukh.

Busur juga dikhawatirkan menjadi pesaing “Aktualita” dan “Kupas”, koran lokal yang dimotori Bupati Lembata, Andreas Duli Manuk.

Tak heran, perusahaan mendekati Ahmad dan menawarkan kerjasama. (JM)

--------------------------------------------------------------------
Informasi lain terkait dengan advokasi pertambangan mineral dan energi dapat dilihat di www.jatam.org Dapatkan update informasi dari website kami dengan mendaftarkan alamat email anda sebagai anggota Info Kilat JATAM yang ada di sudut kiri bawah dalam website kami.

===================================
Luluk Uliyah
Sekretariat JATAM
email : [EMAIL PROTECTED]
Jl. Mampang Prapatan II/30 Jakarta Selatan
Telp/Fax. 021- 794 1559
===================================


Kirim email ke