Pada Rabu, 10 Januari 2007 lalu, sutradara kondang Garin Nugroho 
bertandang ke SMP Labschool Kebayoran yang berlokasi di Jl. K.H. Ahmad 
Dahlan, Jakarta Selatan. Di tengah kesibukannya membuat film layar lebar, 
ia meluangkan waktu untuk menengok Dinda, putri kandungnya, yang sedang 
berlatih tarian Minangkabau. Dinda yang bernama lengkap Adinda Fudia Hanamici
terpilih untuk mengikuti pentas seni bertajuk "Si Tomboy dan Puti Bungsu", 
sebuah kolaborasi tari, teater, musik tradisional, paduan suara, dengan 
sentuhan seni budaya Nusantara. 
   
  Selain Dinda, ada seratusan lebih siswa-siswi SMP Labschool Kebayoran 
terlibat dalam pagelaran seni budaya tersebut. Mereka akan menggelar pentas 
kolosal di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) pada hari Sabtu (13/1) dan Minggu 
(14/1) mendatang.
   
  Saat memasuki ruang latihan, Garin langsung dirubung para wartawan yang
melempar beragam pertanyaan. "Sebagai orang tua murid, saya hanya akan 
menonton saja, bukan mengarahkan mereka yang sudah ditangani oleh para
seniman profesional di bidangnya. Saya sungguh senang ada sekolah yang 
mampu menjaga kultur dan tidak menganggap tradisi warisan nenek moyang 
itu kuno," jawab Garin. 
   
  Menurutnya, dengan berkesenian melalui jalur ekstra kurikuler
di sekolah akan menularkan dampak positif. Yang paling utama adalah 
untuk menanamkan jiwa kebersamaan bagi sang anak. Mereka belajar
untuk memahami makna bergotong royong yang tanpa pamrih. Dalam berkesenian,
kebersamaan dalam tim itu penting. Pasalnya, acara ini melibatkan berbagai 
unsur seni seperti tari, musik, drama, dan seni suara, dimana para pemainnya 
saling berinteraksi melalui karya seni. "Memberikan pemahaman tentang 
seni budaya kepada  anak-anak tidak hanya tanggung jawab orang tua, 
tetapi pihak sekolah juga sudah sepantasnya ikut berperan serta," ujar 
Garin. 
   
  Lalu apakah Garin menginginkan Dinda, anak keduanya, kelak menjadi seorang 
seniman mewarisi bakat sang ayah? "Tidak, tidak, belum tentu dia mau. 
Itu terserah Dinda kelak mau jadi apa. Dengan menggeluti kesenian sejak dini, 
jelas akan mengembangkan otak kiri dan kanan, mengasah kepekaan dan perasaan, 
juga mengolah potensi tubuh. Dengan berkesenian, para siswa juga tentu akan 
lebih mencintai kegiatan di sekolah sebagai bagian dari kehidupan mereka. 
Mereka yang tadinya pemalu, dengan menari mereka tidak risih lagi menggoyangkan 
tubuh yang diiringi musik, dan 
ditonton ratusan bahkan mungkin ribuan pasang mata. Aktivitas seni budaya
juga sebagai salah satu bentuk dari pengabdian kepada masyarakat. 
   
  Seorang penari dianggap mumpuni kalau bisa menyatu dengan busana yang 
membalut tubuhnya. Itu akan memacu mereka untuk memahami sejarah tentang 
songket, batik,
dan lain sebagainya. Sedangkan seni musik bermanfaat untuk mengasah indera. 
Kalau mereka ingin tetap menjadi seniman ya syukur. Kalau misalnya kelak mereka 
jadi walikota, tentu akan mengelola kota yang menghargai tubuh para warganya. 
Kalau mereka kelak menjadi seorang teknisi, tentunya akan menghormati 
sensivitas publik pada karya-karya 
yang diciptakannya. Terakhir Garin berharap, semoga kelak di masa depan 
mereka, para generasi muda, akan lebih menghargai seni budaya khas  Indonesia 
yang beragam, bukan malah mencampakkannya. 
   
  Bona "Idol" terpilih sebagai bintang tamu
   
  Sementara itu Bona, finalis Indonesian Idol, terpilih sebagai bintang tamu. 
Pada 
pementasan tersebut, Bona yang tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi 
UI akan tampil dengan peran berbeda: sebagai sang pangeran asal Minang 
yang mempersunting Puti Bungsu, lalu beralih rupa menjadi kekasih Si 
Tomboy yang bergaya Betawi. Vania Prameswari, pelajar kelas 7 SMP Labschool
Kebayoran akan berperan sebagai Si Tomboy. Untuk busana para penari 
didukung oleh Studio 26 milik Atik Ganda, Sangrina Bunda dan Liga Tari 
UI.
   
  Klik: http://labsky-traditional-dance.blogspot.com


 __________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke