From: Tubagus P Svarajati
  E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Date: Mon, 22 Jan 2007 12:22:23 +0700 
    
UNDANGAN
  Pameran Fotografi Kontemporer
  "KERABAT: Potret Keluarga Indonesia"
  Karya Tino Djumini
   
  RUMAH SENI YAITU
Kp. Jambe 280 Semarang 50124
Telp. (024)8414892 / 70184240
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
   
  Pembukaan:
  Jumat, 26 Januari 2007; Pukul 19.00 WIB
   
  Dibuka oleh:
  Mr Roger Tol (Direktur KITLV-Jakarta)
   
  Diskusi:
  Jumat, 26 Januari 2007; Pukul 19.30 WIB
   
  Pembicara:
  Tino Djumini (fotografer)
  Rifky Effendy (kurator)
  Donny Danardono (pengajar filsafat di FH dan PMLP
  Unika Soegijapranata Semarang)
   
  Pameran:
  27 Januari s/d 12 Februari 2007
   
  Jam Buka:
  Setiap hari, kecuali hari besar / Minggu
  (Pkl. 10.00 - 17.00 WIB)
   
  Pada awalnya seseorang menyadari adanya perbedaan. Dia berkulit
coklat dengan tubuh seukuran orang Asia, sedangkan ayah-ibu dan
saudara-saudaranya berkulit putih serta tinggi besar. Apa yang salah?
  Akhirnya anak muda itu paham, bahwa ia adalah (hanya) sesosok anak
pungut dalam keluarga yang berkecukupan itu. Mereka tinggal di
Belanda. Dan, lantas, pemuda itu - Valentijn Gabriel van Dijk - 
mengarungi samudra bermil-mil untuk menyingkap tabir: siapakah ibu genetisnya?
   
  Perjalanan ke negeri tropis bernama Indonesia itu hanya berbekal 
sepotong foto kumal: citraan seorang bocah tiga tahunan yang, dengan polos, 
menatap kamera dengan latar (seperti) pintu kayu berserat. Pencariannya tidak
membuahkan hasil. Ia pulang dengan kekecewaan dan asa yang melemah.
Adakah ia berhasil menguak misteri: siapakah diri-aku sejatinya?
   
  Beberapa bulan kemudian sepucuk surat terlayangkan ke tangannya.
Seseorang perempuan, setelah membaca kisahnya di media massa 
Indonesia, mengaku sebagai ibu kandungnya. Pemuda itu tak sekejap 
percaya. Korespondensi berlanjut dengan segepok data untuk 
meyakinkannya. Singkat kata, akhirnya pemuda itu mafhum: peremuan 
inilah bagian dari sejarah dirinya yang terpendam.
   
  Perjumpaan dengan ibu kandung, keluarga darah-dagingnya, dan juga
budaya Indonesia menimbulkan enigma yang lain: ada jurang perbedaan
besar antara kultur dan cara pikirnya dengan 'mereka'.
   
  Pemuda itu melakukan pencarian yang kedua: ia mencari tahu jati-dirinya
melalui serangkaian serial fotografi. Proyek fotografinya kemudian 
dibukukan berjudul "Relatives: Portraits of contemporary Indonesians
families" diterbitkan oleh KITLV-Press (2006). Buku itu diberi pengantar oleh 
Ayu Utami.
   
  Tino Djumini - nama pemuda itu sekarang - akan memamerkan dan
mendiskusikan 32 (tiga puluh dua) karyanya untuk publik Semarang.
Foto-fotonya menggambarkan berbagai lapisan keluarga Indonesia;
seolah menyimpan memori dan sejarah yang hilang dari sang fotografer.
  Ini tentang suatu konstruksi: identitas.
   
  Pameran terbuka untuk umum dan gratis. 
   
  Kerja sama RSY dan KITLV-Jakarta.
   
  Mitra strategis: Yayasan Widya Mitra Semarang.
   
  Media Partners: Radio Prambors dan FeMale.
   
   *** Siaran Pers ini diterbitkan oleh Rumah Seni Yaitu ***


 __________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke