Siaran Pers JATAM - WALHI, 17 November 2006

Waspadai Transaksi Pertemuan Pemerintahan SBY - BUSH !

Presiden Amerika Serikat (AS), George W Bush akan berkunjung ke Indonesia, 20 November 2006. Kedatangan Bush bersamaan dengan meningkatnya sorotan publik Indonesia terhadap praktek kotor dan akumulasi dampak buruk perusahaan transnasional AS di sektor ekstraksi. Juga peran utama AS dalam perang melawan teroris. Berlawanan dengan penolakan berbagai ormas, mahasiswa dan LSM, pemerintah SBY justru menyambut Bush bak majikan. Mulai dari menyulap Kebun Raya Bogor hingga mensterilkan tukang becak dan pedagangan asongan di sekitar lokasi pertemuan.

Penanaman modal asing AS dalam 10 tahun terakhir mencapai USD 2,84 Milyar, di sektor-sektor ekonomi Indonesia, khususnya sektor ekstraktif (a). Tetapi praktek-praktek buruk beroperasinya investasi AS di industri ekstraktif telah berlangsung lebih dari 30 tahun. Mulai dari pengambilalihan aset, penghancuran lingkungan, pemiskinan hingga pelanggaran HAM di sekitar pertambangan Freeport, Newmont, Exxon Mobil, Unocal Chevron dan lainnya.

Akumulasi dampak praktek buruk perusahaan-perusahaan transnasional AS di Indonesia di atas telah menuai sentimen negatif publik. Sentimen negatif ini meningkat dalam dua tahun terakhir, baik dalam bentuk aksi hingga tuntutan yang mengancam keamanan mereka. Diantaranya kasus pengadilan kejahatan lingkungan oleh Newmont di Teluk Buyat, tuntutan renegosiasi kontrak hingga penutupan tambang PT Freeport yang terus mengemuka. Skandal pengambilalihan blok Cepu oleh Exxon Mobil dari tangan Pertamina. Ancaman pemutusan Kontrak Exxon di Natuna akibat tidak mampu berproduksi hingga kontraknya habis Januari 2005 lalu (b). Hingga ancaman tidak kembalinya jaminan dana bank dan penjamin AS terhadap perusahaan tambang yang akan menambang hutan lindung Indonesia akibat melanggar UU Kehutanan No 41/1999 (c).

Telah sejak lama konglomerasi modal AS menarik keuntungan besar dari industri ekstraktif di Indonesia. Khususnya dari sejumlah blok migas terkaya seperti Exxon Mobil di Aceh, Kepulauan Natuna dan Cepu, Unocal-Texaco di Kaltim, Chevron-Caltex di Riau, Conoco di Papua dan lainnya (d). Dari Chevron Caltex di Riau saja AS mengontrol langsung eksploitasi 41% produksi migas Indonesia(e). Keuntungan penting lainnya berasal dari dua penambang raksasa AS, Newmont dan Freeport. Tambang emas terbesar di dunia, PT Freeport Indonesia yang ada di Papua dan juga Newmont di Minahasa dan Sumbawa (f).

Pengerahan dukungan pemerintah AS terhadap militer Indonesia selama ini juga berada dibalik kepentingan pemodal untuk mengamankan aset-asetnya di Indonesia. Meningkatnya nilai investasi pemodal AS di Indonesia akan disertai dengan peningkatan jaminan keamanan, termasuk lewat dukungan terhadap militer Indonesia(g). Terbukti, prestasi pelanggaran HAM yang mengagumkan oleh militer dan polisi di Papua dan Aceh terkait erat dengan pengamanan kawasan tambang Freeport di Papua dan Exxon Mobil di Aceh(h). Belakangan peranan militer Indonesia dianggap penting dalam mendukung program anti terorisme AS(i). Dimana banyak bukti kemudian menunjukkan perang ini berada dibalik pengamanan dan perluasan kuasa perusahaan transnasional migas AS di Timur tengah.

Konglomerasi pemodal AS juga mendapatkan keuntungan terbesar dari agenda-agenda kebijakan neoliberal yang diterapkan di Indonesia. Dimana agenda-agenda tersebut lahir lewat belitan utang yang dikucurkan lembaga-lembaga keuangan multilateral (IMF dan World Bank), AS memiliki kekuasaan dan wewenang paling besar dalam mengontrol lembaga-lembaga tersebut (j). Saat ini, agenda kebijakan neoliberal terus berlangsung melalui swastanisasi sektor-sektor publik. Mulai dari penjualan BUMN, pencabutan subsidi BBM hingga mendesakkan berbagai kebijakan yang mendukung swastanisasi aset-aset publik, seperti UU Sumber Daya Air No 7/ 2004, dan UU Migas No 22/2001. Melalui UU Migas, perusahaan-perusahan sekutu-sekutu AS dalam perang antiteroris, seperti Beyond Petroleum (BP) dan Shell dari Inggris, juga diuntungkan.

Kedatangan Bush berkait erat dengan pengamanan kepentingan perusahaan-perusahaan transnasional AS yang sedang menuai gugatan publik. Mulai dari tuntutan pemutusan kontrak hingga penutupan operasi mereka. Rakyat Indonesia harus mewaspadai penyambutan luar biasa pemerintahan SBY atas kedatangan Bush. Termasuk transaksi apapun yang disepakati diantara mereka. Oleh karenanya sudah semestinya :

1. Pemerintah dan Rakyat Indonesia menolak kedatangan Bush dengan meningkatkan desakan untuk mereformasi sejumlah investasi AS yang merugikan Indonesia secara ekonomi dan telah merusak lingkungan hidup.

2. Rakyat Mendesak pemerintah Indonesia untuk tidak mengambil kesepakatan-kesepakatan yang melindungi kepentingan bisnis AS di Indonesia. Seperti perubahan kebijakan lingkungan hidup, melarang dilakukannya arbitrase internasional jika terjadi perubahan-perubahan kontrak akibat perubahan UU dan konstitusi. Termasuk kesepakatan-kesepakatan yang berniat melindungi tindak kriminal korporasi Amerika Serikat untuk diadili di Indonesia (k).

3. Mendesak dihentikannya segala praktek militer dan segala bentuk kekerasan terhadap masyarakat sipil dan komunitas di sekitar perusahaan transnasional AS.

Kontak Media :
Siti Maimunah, JATAM, hp 0811920462, Pantoro Kuswardono, WALHI, hp 0811383270


Keterangan :
(a) Tetapi, dalam 2 tahun terakhir, keuntungan AS dari ekspor non migas ke Indonesia mencapai USD 7,143 Milyar (b) Indonesia mengancam memutus kontrak Exxon di Blok D-Alpha Natuna yang memiliki potensi cadangan sebesar 54,79 tcf. Seperti kasus Blok cepu yang berpindah ketangan Exxon setelah kunjugan Menlu AS Condelezza Rice, diramalkan Blok Natuna akan bernasib sama setelah kedatangan Bush. Kontrak Blok Natuna telah sangat merugikan Indonesia karena kontrak bagi hasil itu 100% untuk Exxon, negara hanya memperoleh pajak. (c) Sedikitnya terdapat 4 perusahaan tambang dihutan lindung yang didanai oleh bank dan perusahaan AS, yaitu : Citigroup Bank, Bank of America, JP Morgan Chase & Co, Merril Lynch Goldman, Sachs & Co. Morgan Stanley (d) Empat perusahaan tambang migas AS (Amerada Hess LTD, Exxon Mobil Oil Inc, Chevron, LTD dan Conoco Philips, LTD) memiliki 26 blok migas di 11 propinsi di Indonesia meliputi luasan 9,8 juta ha.
(e) Lihat   Indonesia Petroleum Report US Embassy 2006.
(f) Dua perusahaan tambang terbesar di AS, Freeport dan Newmont memiliki konsesi tambang seluas 5,9 juta ha. Sebanyak 79% total produksi emas Newmont berasal dari pertambangan Newmont di Indonesia. Freeport menguasai 50% cadangan emas Indonesia. Dari tambangnya di Papua, Freeport menjadi pemasok emas No 2 untuk AS. (g) Sejak tahun1960, AS telah melengkapi 43 batalyon angkatan bersenjata Indonesia. Lima tahun berikutnya, AS memberikan USD 64 juta dalam bentuk bantuan militer. Setiap tahun AS melatih perwira-perwira militer Indonesia (h) Laporan resmi tahunannya, Freeport Mc Moran menuliskan telah memberikan sejumlah US$ 6,9 juta pada tahun 2004, lalu US$ 5,9 juta pada tahun 2003, dan US$ 5,6 juta pada tahun 2002 kepada militer (TNI). Hampir setiap tahun, perusahaan selalu melaporkan telah membiayai TNI untuk melindungi keamanan tambangnya. (i) Pada tahun 2002, AS menyetujui bantuan sebesar USD 8 juta bagi pelatihan polisi Indonesia dalam skema program Anti terorisme AS bernilai USD 29 Milyar. (7) Dalam 10 tahun terakhir Indonesia telah membayar bunga dan cicilan pokok utang sebesar USD 245,73 Milyar (utang pemerintah dan swasta). Atau dua kali lipat dari total utang awal (th1996) yang hanya sebesar USD 110,17 Milyar. Anehnya, Indonesia masih harus menanggung utang USD 130, 65 Milyar. (k) Dalam kunjungan sebelumnya ke Indonesia, Menteri Luar Negeri AS, Condoleeza Rice pernah mengusulkan skema Non Surrender Agreement (NOA) yang akan memberikan kekebalan kepada warga negara, Militer, Diplomat, CEO-CEO korporasi AS sehigga tidak dapat diadili di International Criminal Court (ICC) maupun di pengadilan Indonesia. Dan hanya bisa diadili diadili di AS.


No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.1.409 / Virus Database: 268.14.6/536 - Release Date: 16/11/2006

Kirim email ke