GALAMEDIA
24/11/2006 

      Televisi Bikin Anak Jadi Lebih Agresif

      Oleh: DJOKO SUBINARTO
     


SANGAT boleh jadi diam-diam televisi telah menjadi kawan akrab bermain anak 
anda sehari-hari, dari mulai bangun tidur di pagi hari hingga waktu tidur di 
malam hari. Sejauh ini, di Indonesia terdapat paling tidak 11 stasiun televisi 
yang mengudara secara nasional, ditambah beberapa stasiun lain yang mengudara 
secara lokal.

Sebagian besar anak telah demikian akrab dengan televisi jauh sebelum mereka 
memasuki masa usia sekolah. Menurut hasil sebuah kajian, rata-rata anak 
menghabiskan waktu hampir 1.023 jam/tahun hanya untuk menonton televisi dan 
sekitar 900 jam untuk belajar di sekolah. Dengan demikian, waktu anak untuk 
menonton televisi jauh lebih besar porsinya dibandingkan dengan waktu anak 
untuk belajar di sekolah. Itu artinya anak lebih banyak dididik dan diberi 
pelajaran oleh televisi dibandingkan oleh guru di sekolah.

Sebetulnya, ada banyak manfaat yang bisa dipetik oleh anak Anda dari siaran 
televisi. Namun, di sisi lain, tidak bisa dimungkiri televisi juga memberikan 
banyak hal buruk kepada anak Anda. Tanpa ada upaya pengawasan, pendampingan, 
dan bimbingan yang mencukupi dari para orangtua, dikhawatirkan anak-anak akan 
lebih gampang terpengaruh hal-hal buruk yang ditayangkan oleh televisi.

Sejumlah studi menunjukkan, anak-anak yang menghabiskan waktu sekitar 10 
jam/minggu untuk menonton televisi ternyata cenderung menjadi anak-anak yang 
agresif. Sementara itu, anak-anak yang sering menyaksikan aksi-aksi kekerasan 
di televisi cenderung memercayai bahwa dunia di sekitarnya menyeramkan, 
menakutkan, dan percaya sesuatu yang buruk akan senantiasa menimpa mereka.

Terkait dengan tayangan kekerasan di televisi dan pengaruhnya terhadap anak dan 
remaja, hasil kajian yang dilakukan oleh The American Academy of Child 
Adolescent Psychiatry menyimpulkan bahwa: Pertama, tayangan kekerasan di 
televisi dapat membuat anak menganggap kekerasan sebagai hal yang wajar dan 
lumrah.

Kedua, tayangan kekerasan di televisi secara berangsur membuat anak menilai 
bahwa kekerasan merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan pesoalan.

Ketiga, tayangan kekerasan di televisi membuat anak meniru tayangan-tayangan 
yang telah dilihatnya. Keempat, tayangan kekerasan di televisi dapat menjadi 
acuan bagi anak untuk membentuk identitas dirinya.

Ternyata, kesimpulan ketiga yang disodorkan oleh The American Academy of Child 
Adolescent Psychiatry tersebut telah terbuktikan pada kasus kematian Reza 
Ikhsan Fadillah (9) sebagaimana dilaporkan media, belum lama ini. Tayangan 
gulat "Smack Down" yang penuh adegan kekerasan yang biasa disiarkan oleh salah 
satu stasiun televisi swasta itu, telah membuat teman-teman Reza meniru adegan 
keras pada acara tersebut dan mempraktikkannya secara langsung ketika mereka 
bermain bersama Reza yang berujung pada tragedi kematian bocah yang masih duduk 
di bangku kelas III SD itu.

Hadiah kegemukan

Hal buruk lain yang dihadiahkan secara gratis oleh televisi kepada anak anda 
adalah obesitas alias kegemukan. Banyak studi yang menunjukkan ihwal adanya 
kaitan erat antara banyaknya menonton televisi dengan kegemukan pada anak. 
Argumennya cukup sederhana. Seorang anak yang menonton televisi cenderung tidak 
aktif bergerak dan cenderung pula ngemil sembari menyaksikan tayangan yang ada 
di layar kaca. Di sisi lain, televisi juga menghujani anak dengan banyak iklan 
yang mendorong mereka untuk mengonsumsi makanan dan minuman kurang sehat, 
semacam fast food dan soft drink.

Lantas apa tugas Anda, sebagai orangtua, untuk ikut menangkal pengaruh buruk 
televisi terhadap anak Anda?

Pertama, senantiasalah membicarakan apa yang anak Anda lihat di televisi. 
Berikan penilaian dan pendapat Anda ihwal tayangan-tayangan yang telah ditonton 
anak sehingga anak Anda tahu mana yang perlu dicontoh dan mana yang tidak 
perlu, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang real dan mana yang 
khayalan.

Kedua,batasi waktu menonton televisi anak Anda, termasuk juga waktu Anda 
sendiri untuk menonton televisi.

Ketiga, seringlah memantau jadwal acara televisi sehingga Anda mengetahui 
acara-acara mana yang dapat ditonton bersama-sama dengan anak Anda.

Keempat, tempatkan pesawat televisi di ruang yang jauh dari tempat tidur anak 
Anda. Kelima, jika Anda memiliki waktu luang, lebih baik ajaklah Anak untuk 
sering melakukan aktivitas di luar rumah bersama Anda, seperti berkebun, 
bermain di taman, olahraga atau pergi mengunjungi perpustakaan maupun museum. 
(penulis adalah penulis lepas yang tinggal di cimahi)**

Kirim email ke