VIVAnews - Sejumlah investor asing dikabarkan sedang menjajaki kerja sama dengan PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA) untuk mengembangkan proyek-proyek properti teranyar perseroan.
Menurut sumber VIVAnews, mitra strategis yang tertarik dengan proyek-proyek Gapuraprima kebanyakan dari Timur Tengah (Timteng). "Investor lokal kabarnya juga tertarik," kata dia di Jakarta, Senin malam, 24 Agustus 2009. Sekretaris Perusahaan Perdana Gapuraprima Rosihan Saad ketika dikonfirmasi mengakui, ada beberapa investor asing yang sedang menjajaki kerja sama dengan perseroan dalam mengembangkan proyek terpadu (mixed development) perseroan. "Mereka kebanyakan dari Timur Tengah yang berminat," kata dia kepada VIVAnews di Jakarta, Selasa, 25 Agustus 2009. Dia menambahkan, sejumlah mitra strategis dalam negeri juga banyak yang menyatakan kesiapannya. "Tapi, saat ini belum bisa kita ungkap namanya," ujar Rosihan. Namun, Rosihan mengakui, perseroan tetap mengedepankan pendanaan dari internal perusahaan dan pinjaman perbankan dalam mengerjakan proyek-proyek properti Gapuraprima. Pada perdagangan Senin, GPRA ditutup menguat Rp 21 (10,82 persen) di posisi Rp 215. Broker PT Millenium Danatama Securities dengan kode SM tercatat sebagai salah satu broker yang paling banyak mengoleksi saham Perdana Gapuraprima. Per 13 Agustus 2009, PT Citra Abadikota Persada memiliki saham berkode GPRA sebesar 56,31 persen, International Leasing and Invst. CO KSC 15,65 persen, PT Citra Abadi Kota Persada 14,63 persen, dan PT Danareksa Sekuritas sebanyak lima persen per Juni 2009. Sedangkan sisanya dimiliki publik. Menurut praktisi pasar modal Deni Hamzah, masuknya investor asing bisa menjadi sentimen positif pada perseroan, karena trasfer teknologi konstruksi bangunan dan diversifikasi bisnis akan terjadi. "Timteng itu kan, jagonya kontruksi bangunan tinggi dan teknologinya di adopsi dari Eropa," ujarnya. Selain itu, dia menambahkan, di Timteng terdapat banyak proyek-proyek prestisius seperti hotel, apartemen, dan pusat belanja. "Sepertinya, jangka pendek belum ada sentimen bagi pergerakan saham perseroan. Tapi, paling jangka menegah panjang mengantisipasi proyek properti ke depan dengan Timteng," tutur Deni. Deni merekomendasikan, beli GPRA saat harganya melemah (buy on weakness) di harga Rp 180-190 karena harga berpotensi menembus level target Rp 300. Sebelumnya, Perdana Gapuraprima berniat menerbitkan obligasi senilai Rp 200 miliar pada semester II-2009. Saat ini, perseroan sedang memproses pemeringkatan obligasi dari lembaga pemeringkat efek, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Rosihan mengungkapkan, penerbitan obligasi bertujuan untuk mendanai anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan sebesar Rp 310 miliar. "Penerbitan obligasi dilakukan jika kondisi ekonomi membaik," kata dia di Jakarta, belum lama ini.