Laba Bersih PGN Triwulan I 2009 Tumbuh 114%
Jakarta - Laba bersih PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) pada triwulan I-2009 tumbuh 114% menjadi Rp1,219 triliun bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 570 miliar. "Sejalan dengan peningkatan kinerja dan stabilitas nilai tukar di triwulan I-2009, kami telah membukukan laba bersih sebesar Rp1,219 triliun atau meningkat sebesar 114%," ujar Sekretaris Perusahaan PGAS, M Wahid Sutopo dalam siaran persnya, Senin (4/5/2009). Wahid mengungkapkan, pertumbuhan laba bersih pada periode tersebut didorong oleh kenaikan pendapatan usaha sebesar 62% menjadi Rp 4,478 triliun dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 2,768 triliun. Volume penjualan gas perseroan hingga akhir Maret 2009, lanjut Wahid, mencapai 721 MMScfd atau meningkat sebesar 37% dibandingkan triwulan I-2008. Sedangkan, volume penyaluran pada usaha transmisi gas perseroan tercatat sebesar 779 MMScfd. "Peningkatan volume ini terutama didorong adanya peningkatan kapasitas pemakaian gas oleh pelanggan industri terutama sektor pembangkit tenaga listrik," jelasnya. Selain itu, dalam periode tersebut, perseroan juga telah mencatatkan pertumbuhan laba usaha sebesar 78% dan kenaikan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi EBITDA sebesar 65% bila dibandingkan triwulan I-2008. Sejalan dengan tren penguatan rupiah pada triwulan I-2009, kerugian selisih kurs menurun sebesar 33% dari periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 134 miliar. Hingga akhir 2008, kerugian kurs perseron tercatat sebesar Rp 2,5 triliun. "Rugi selisih kurs yang bersifat non-kas ini, terutama diakibatkan oleh pembukuan utang jangka panjang dalam mata uang asing, sementara laporan keuangan kami disajikan dalam mata uang Rupiah," tuturnya. Wahid menjelaskan, perseroan melakukan upaya lindung nilai melalui fasilitas kontrak swap mata uang yen terhadap dolar AS untuk mengantisipasi kerugian dari transaksi yang menggunakan mata uang asing. "Tujuan upaya ini adalah untuk mengantisipasi kewajiban transaksional atas hutang dalam mata uang Japanese yen. Fasilitas ini tidak berdasarkan tujuan spekulatif dan memiliki dasar transaksi yang jelas," pungkasnya.