Sekedar sharing mbah, definsi Alam Semesta versi Agama Alam (Buddhism).
============
ALAM SEMESTA

Dapat dikatakan, hampir setiap agama memiliki mitos yang mencoba menerangkan 
asal dan segi-segi alami dari alam semesta. Mesir kuno mempercayai bahwa Dewa 
Khnumm menciptakan alam-semesta kemudian membuat manusia dari tanah liat, lalu 
Dewi Hathor meniupkan hidup kepada mereka. Yunani kuno mempercayai, bahwa 
segala sesuatu dibuat oleh Oceanus, air yang pertama. Yahudi kuno serta kaum 
Kristen memiliki dua legenda penciptaan, keduanya tercatat di kitab Bible. Yang 
pertama mengatakan, bahwa Hebrew menciptakan alam semesta serta terang dan 
gelap pada hari pertama, air dan daratan kering pada hari ke dua, semua 
tumbuhan pada hari ke tiga, matahari dan bulan serta bintang-bintang pada hari 
ke empat, semua burung dan hewan pada hari ke lima, lalu laki-laki dan wanita 
pertama pada hari ke enam.*1 Legenda penciptaan yang ke dua menyebutkan bahwa 
Tuhan membuat bumi, lalu laki-laki pertama, lalu tumbuh-tumbuhan dan 
binatang-binatang, lalu terakhir seorang wanita.*2 Cina kuno mempercayai P'an 
Ku memahat alam-semesta yang sebelumnya berantakan, setelah mati tulangnya 
berubah menjadi bukit, dagingnya menjadi tanah, giginya menjadi kandungan logam 
dan seterusnya, keseluruhan kejadian itu berjalan selama 18.000 tahun. Pula, 
setiap agama mempunyai pemahaman yang berbeda menyangkut umur dan luas alam 
semesta, tapi kebanyakan masih dalam jangkauan manusia. Kitab Bible, misalnya 
menunjukkan bahwa alam semesta berumur beberapa ribu tahun. Sesuai pergantian 
zaman lalu mitos dan legenda, kemudian terganti oleh penelitian alam semesta 
ilmiah yang moderen.
========
Perkembangan dari Ilmu Fisika moderen saat ini telah sampai pada kesimpulan 
bahwa alam semesta tidak berawal secara serentak. Alam semesta secara 
berkesinambungan berubah dari suatu keadaan ke keadaan yang lain, terbentuk dan 
hancur, suatu proses tanpa awal dan akhir. Dengan sendirinya, bila dinyatakan, 
bahwa bila alam semesta berawal secara serentak, maka diperlukan energi awal 
yang terjadi dari sesuatu yang tidak ada, dan hal ini jelas bertentangan dengan 
kaidah ilmu pengetahuan.
Sang Buddha berpendapat, bahwa alam semesta, yang disebut Beliau sebagai 
Samsara, adalah tanpa awal. Beliau bersabda:

Tidak dapat ditentukan awal dari alam semesta. Titik terjauh dari kehidupan, 
berpindah dari kelahiran ke kelahiran, terikat oleh ketidaktahuan dan 
keinginan, tidaklah dapat diketahui.
======--
Para pakar ilmu pengetahuan sekarang meyakini, bahwa alam semesta adalah suatu 
sistim yang berdenyut, yang setelah mengembang secara maksimal, lalu menciut 
dengan segala energi yang ditekan pada suatu bentukan masa; sedemikan besar 
sehingga menyebabkan ledakan, yang disebut sebagai "big bang", yang berakibat 
pelepasan energi. Pengembangan dan penciutan alam semesta berlangsung dalam 
kurun waktu milyaran tahun. Sekali, lagi, Sang Buddha telah memaklumi 
pengembangan dan penciutan alam semesta. Beliau bersabda:

Lebih awal atau lebih lambat, ada suatu waktu, sesudah masa waktu yang sangat 
panjang sekali alam semesta menciut ....... Tetapi lebih awal atau lebih 
lambat, sesudah masa yang lama sekali, alam semesta mulai mengembang lagi.
=========
Penemuan teleskop konvensional dan teleskop radio belakangan kemudian, telah 
memungkinkan para ahli astronomi untuk mengetahui tidak saja asal dan sifat 
alami dari alam semesta, tapi juga susunannya. Diketahui sekarang, bahwa alam 
semesta terdiri dari sekian milyar bintang, planet, asteroid dan komet. Semua 
benda langit tersebut berkelompok dalam bentuk cakram atau spiral yang disebut 
galaksi. Planet bumi kita hanya satu titik kecil yang terdapat pada suatu 
galaksi yang diberi nama Bimasakti (Inggeris: Milky Way). Bimasakti atau Milky 
Way terdiri atas kurang lebih 100 milyar bintang dengan jarak dari ujung ke 
ujung 60.000 tahun cahaya. Telah diketahui pula bahwa galaksi-galaksi di alam 
semesta ini tersusun berkelompok. Kelompok galaksi dimana Bimasakti kita berada 
terdiri dari dua lusin galaksi; kelompok lain, kelompok Virgo misalnya terdiri 
dari ribuan galaksi.
Dibalik kenyataan; bahwa tata surya, galaksi, dan kelompok galaksi baru 
diketahui di dunia Barat setelah penemuan peralatan canggih; maka ternyata 
kitab suci Agama Buddha telah banyak menyebutkan hal tersebut ribuan tahun 
sebelumnya. Penganut agama Buddha sejak zaman dahulu telah menggambarkan 
galaksi sebagai berbentuk spiral. Istilah dalam bahasa Pali untuk galaksi 
adalah "cakkavala"; yang berasal dari kata "cakka", yang berarti cakram / roda. 
Sang Buddha secara sangat jelas dan tepat menggambarkan kelompok-kelompok 
galaksi, yang oleh para ilmuwan baru ditemukan. Beliau menyebutnya sebagai 
sistim dunia (lokadhatu) dan menambahkan perbedaan dalam ukurannya: sistim 
dunia ribuan-lipat, sistim dunia puluhan ribu-lipat, sistim dunia besar, dan 
seterusnya. Beliau menyebutkan sistim dunia terdiri dari ribuan matahari dan 
planet, walau sebenarnya oleh para ahli astronomi menyebutnya sebagai jutaan.

Sejauh matahari-matahari dan bulan-bulan berputar, bersinar dan memancarkan 
sinarnya ke angkasa, sejauh itu pula sistim dunia ribuan-lipat. Didalamnya 
terdapat ribuan matahari, ribuan bulan.

Dahulu, dalam waktu yang sangat lama, manusia tidak dapat membayangkan luas 
alam-semesta baik dalam satuan waktu maupun ruang untuk dapat memahami asal dan 
luas alam-semesta. Pemikiran saat itu terbatas serta terikat ke pemahaman dunia 
semata. Didalam Bible misalnya, dipahami bahwa seluruh alam-semesta diciptakan 
dalam enam hari dan penciptaan itu terjadi barulah 6000 tahun lalu.
Saat ini, para ahli astronomi menghitung bintang dalam satuan ribuan-milyar dan 
mengukur jarak alam semesta dalam satuan tahun cahaya; satu tahun cahaya adalah 
jarak yang dapat ditempuh oleh cahaya dalam waktu satu tahun. Manusia zaman 
dulu jelas tidak dapat membayangkan dimensi seperti itu. Sang Buddha, adalah 
pengecualian. Kebijaksanaan-Nya, yang tak terbatas, dapat memahami konsep dari 
alam semesta yang tak terbatas. Beliau menyebut adanya "daerah gelap, hitam, 
kelam diantara sistim-sistim dunia, sedemikian rupa hingga cahaya matahari dan 
bulan sekalipun tak dapat mencapainya ......."6. Waktu yang diperlukan untuk 
terbentuk dan hancurnya sistim dunia sangatlah panjang; diperlukan sangat 
banyak 'kappa' (sebagai satuan waktu) untuk itu. Sewaktu Sang Buddha ditanya 
tentang panjang kurun waktu satu kappa, Beliau menjawab: 

"Sangat panjang kurun waktu satu kappa. Tak dapat diperhitungkan dengan tahun, 
abad ataupun ribuan abad". "Bila demikian, Guru, dapatkah dengan menggunakan 
perumpamaan?"
"Dapat. Bayangkan bongkahan suatu gunung besar, tanpa retak, tanpa celah, 
padat, berukuran panjang 1 mil, lebar 1 mil dan tingginya juga 1 mil. Lalu 
bayangkan setiap seratus tahun ada seorang datang menggosoknya dengan sepotong 
sutra Benares. Maka, akan lebih cepat bukit itu habis tergosok dari pada suatu 
kappa berlalu. Pula ketahuilah, lebih dari satu, lebih dari ribuan, lebih dari 
ratusan ribu kappa, sebenarnya telah berlalu"

Disini terlihat, betapa Sang Buddha menggunakan perumpamaan seperti diuraikan 
diatas untuk memberi gambaran tentang "jarak ruang dalam satuan waktu"; sama 
halnya para ahli astronomi saat ini menggambarkan "jarak-jarak di angkasa luar 
dengan menggunakan satuan tahun cahaya".

Namun, Sang Buddha menyebut tentang asal dan perluasan alam semesta hanya 
sepintas lalu. Beliau tidak menganggap, bahwa berteori dan berspekulasi tentang 
hal tersebut, adalah lebih penting dibanding masalah utama kita, yakni 
mengakhiri penderitaan dan mencapai kebahagiaan Nibbana (Sansekerta: Nirwana). 
Ketika seorang sekali waktu mendesak Sang Buddha untuk menjawab pertanyaan 
tentang luasnya alam semesta, Sang Buddha membandingkan keadaan orang tersebut 
sebagai seorang yang terkena panah beracun, namun menolak diobati dan dicabuti 
anak panah tersebut, sebelum orang tersebut mengetahui secara jelas siapa yang 
melepaskan anak panah tersebut. Sang Buddha, lalu bersabda:

Menjalani hidup yang suci tak dikatakan tergantung apakah alam semesta ini 
terbatas atau tidak, atau keduanya atau tidak keduanya. Sebab apakah alam 
semesta ini, terbatas atau tidak; tetaplah ada kelahiran, tetap ada 
usia-lanjut, tetap ada kematian, kesedihan, penyesalan, penderitaan, keperihan 
dan keputusasaan; dan untuk mengatasi semua itulah semua yang Saya ajarkan.

Sangat jelas, dengan hanya berbekal pengetahuan tentang bagaimana alam-semesta 
terjadi, kita tidak akan dapat mengatasi penderitaan, pula tidak akan dapat 
mengembangkan kemurahan hati, kebajikan dan cinta kasih. Buat Sang Buddha 
pertanyaan menyangkut hal-hal ini adalah jauh lebih penting dari pada spekulasi 
tentang asal-mula alam semesta.

Walau demikian, konsep Sang Buddha tentang alam-semesta yang sangat tepat dan 
maju, menyebabkan kita bertanya dalam diri; bagaimana bisa Beliau mengetahui 
semua ini. Bagaimana mungkin seorang mengetahui tentang berkelompoknya 
Bimasakti dan bahwa Bimasakti itu berbentuk spiral, jauh sebelum penemuan 
teleskop? Bagaimana Dia, yang hidup di zaman lampau demikian menghayati 
ke-takterbatasan waktu dan ruang? Jawaban satu-satunya yang mungkin ialah 
karena, Beliau, sebagai yang disebut oleh Beliau sendiri, adalah Buddha yang 
telah mencapai Pencerahan (Inggeris: enlightenment). Batin-Nya demikian 
sempurna, bebas dari prasangka dan kekhayalan yang biasanya mengabuti batin 
orang biasa, pengetahuannya telah berkembang diluar kemampuan manusia biasa. 
Sang Buddha menyatakan diri-Nya sebagai "pengenal alam-semesta" (lokavidu), dan 
pernyataan Beliau memang terbukti kebenarannya.

--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "jsx_consultant" <jsx-consult...@...> 
wrote:
>
> Tuhan itu SUSAH dimengerti, tapi bukan TIDAK bisa dimengerti,
> hanya kita TIDAK sanggup untuk mengerti karena Tuhan menciptakan
> kita IQnya cuman sekitar 100.
> 
> Kalo Tuhan menciptakan kita dengan IQ yg tinggi seperti Einstein,
> kita bisa sadar bahwa benda berasal dari energi.
> 
> Kalo Tuhan ciptakan IQ kita 100 kali punya Einstein, mungkin
> kita bisa lebih mengerti: SIAPAKAH KITA DIMATA TUHAN dan 
> SIAPAKAH TUHAN DIMATA KITA secara ilmiah.
> 
> Jadi sangat jauh untuk bisa mengerti soal Tuhan dengan MENGERTI,
> kita cuman punya pilihan PERCAYA karena IQ kita cuman 100...
> 
> Tapi IQ 100 pun, embah udah Happy karena kalo dikurangin 30 aja,
> kita udah jadi orang idiot...
> 
> Jadi kita cukup PERCAYA dan SEGALANYA AKAN MENJADI BARU, JELAS, TERANG dan 
> NYAMAN karena Tuhan akan SELALU ADA bersama kita
> 
> Simple simple saja dan jangan dibikin rumit karena Tuhan
> memang bikin otak kita cuman sedikit diatas orang idiot.
> 
> 


Kirim email ke