Sabtu, 29 Maret 2008
                
                  Harga Batu Bara Diprediksi Tetap Tinggi 
           
                  Tingginya harga batu bara sama sekali bukan karena spekulasi 
pasar 
              
                           JAKARTA -- Melonjaknya harga batu bara selama ini 
ditengarai dipicu kenaikan harga minyak bumi. Namun harga batu bara diyakini 
tetap akan naik tinggi, walau harga minyak dunia diprediksi akan turun pada 
tahun ini.
  Harga batu bara kualitas tinggi (6.700 kalori) di pasar internasional saat 
ini mencapai 125 dolar AS per ton. Menurut Manager Hubungan Investor PT Batu 
Bara Bukit Asam (PTBA), Nurtimah Tobing, tingginya harga batu bara karena murni 
hubungan permintaan dan pasokan (supply- demand), bukan spekulasi pasar.
   Pasokan batu bara saat ini terbatas karena adanya kendala infrastruktur di 
Australia dan Afrika Selatan. Sementara produsen batu bara Indonesia juga sulit 
meningkatkan produksi karena keterbatasan infrastruktur. ''Jadi, harga batu 
bara tahun ini tetap akan bullish,'' kata Nurtimah, Jum'at (28/3).
   Lagipula,selama ini perdagangan batu bara langsung antara produsen dengan 
end user. Kalaupun ada, hanya melewati asosiasi negara setempat. Sementara 
perdagangan minyak melewati berbagai bursa komoditas, seperti New York, London, 
dan Singapura.
   Ekonom Standard Chartered, Fauzi Ichsan, mengungkapkan, harga minyak bumi 
yang cukup tinggi saat ini akiat bursa minyak banyak dikuasai investor dan 
spekulan, bukan pembeli akhir. Minyak di berbagai bursa dunia saat ini 
diperdagangkan di kisaran 100-110 dolar AS per barel.
   ''Para pengamat memprediksi harga minyak dunia sebenarnya sekitar 83 dolar 
AS per barel. Jadi, kalau harganya lebih dari itu, kita tahu sisanya karena 
apa,'' kata Fauzi. Analis Recapital, Poltak Hotradero, mengungkapkan, bila 
dihitung dari supply-demand, harga minyak dunia berkisar antara 70-80 dolar AS 
per barrel. Situasi tingginya harga minyak ini menurutnya pernah terjadi 
beberapa kali, terakhir pada tahun 1997-1998 dan 2001. 
   Pada tahun 1997-1998, harga minyak naik mencapai 30 dolar AS per barrel 
namun dengan adanya krisis Asia membuat harganya anjlok sampai 12 dolar AS per 
barrel. ''Saat itu harga minyak all time low, dan diprediksi tak akan bisa 
lebih rendah lagi,'' kata Poltak, mengingatkan kemungkinan akan jatuhnya 
kembali harga minyak dunia.
   PTBA tahun 2007 lalu menjual 10,85 juta ton batu bara atau naik sembilan 
persen dari 2006. Komposisinya, 37 persen ekspor dan 63 persen untuk suplai 
domestik terutama ke beberapa pembangkit PLN. Tahun ini, ekspor batu bara akan 
dinaikkan sampai 40 persen dari penjualan.
   Harga jual batu bara PTBA tahun 2007 lalu rata-rata (blended average) Rp 347 
ribu per ton untuk pasar domestik. Sementara untuk pasar ekspor rata-rata 47,5 
dolar AS per ton. PTBA menjual lima jenis batu bara dari 5.800 kalori smapai 
7.000 kalori. Menurut Nurtimah, harga jual batu bara PTBA dengan internasional 
sebenarnya tak jauh beda. Untuk kualitas rendah (5.800 kalori) untuk PLN 
dihargai Rp 484 ribu per ton atau selisih 3-4 dolar lebih rendah dari pasar 
internasional.
   Untuk tahun ini, batu bara yang akan diekspor akan dijual dengan harga lebih 
tinggi 40-45 persen dari 2007. Sementara harga jual untuk pasar domestik 
terutama ke PLTU Suralaya (Banten) dan Tarahan (Lampung) dijual 29,2 persen 
lebih tinggi dari harga 2007. Harga batu bara untuk PLTU Bukit Asam juga 
diharapkan bisa sama dengan PLTU lain. ''Untuk ekspor, 70 persen harganya sudah 
kita lock. Kita masih bisa menjual sisa 30 persen dengan harga spot yang 
harganya berlipat,'' kata Nurtimah. 
   Dengan demikian, target PTBA untuk mencapai laba bersih Rp 1 triliun pada 
tahun 2008 ini diperkirakan bisa tercapai. Tahun 2007 lalu laba bersih PTBA 
mencapai Rp 760,21 miliar. rto

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

Kirim email ke