18/03/2009 - 08:13 Saham BUMI Saatnya `Cut Loss'? Ahmad Munjin (inilah.com/ Bayu Suta)
INILAH.COM, Jakarta - Pada perdagangan Rabu (18/3) saham PT Bumi Resources (BUMI) diprediksi masih diterpa tekanan jual. Pasalnya, secara teknis BUMI sudah mengalami masa konsolidasi lebih dua bulan. Investor pun disarankan jual rugi (cut loss) atas BUMI. Analis Valbury Asia Securities Danny Soegono mengatakan, saham BUMI sudah lebih dari dua bulan bergerak dalam masa konsolidasi dan belum terjadi penurunan signifikan. Karena itu, secara teknikal, pada perdagangan hari ini, saham BUMI masih akan diterpa tekanan jual. "Kami merekomendasikan jual untuk saham BUMI," papar Danny, kepada INILAH.COM, di Jakarta, semalam. Pergerekan saham BUMI, diprediksi akan berada pada range Rp 700 dan bisa turun ke level Rp 680. Pasalnya, saat ini harga BUMI sudah turun lebih dari 10%. Danny menyarankan agar investor melakukan cut loss atas saham BUMI yang dimilikinya. "Karena kita nggak tahu, apakah besok bisa tembus melewati Rp 700 atau bahkan turun ke level Rp 550 kembali," katanya. Pada penutupan perdagangan Selasa (17/3) saham BUMI ditutup pada level Rp 720 atau turun 50 poin dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya, yang berada pada posisi Rp 770. Harga tertinggi ditransaksikan pada level 770 dan harga terendah 720 dengan volume transaksi mencapai 299,2 juta lembar saham. Nilai transaksi mencapai Rp 221,6 miliar dengan frekuensi sebanyak 5.382 kali. Meskipun demikian Danny juga meminta investor mencermati saham BUMI jika pada perdagangan hari ini masih berada pada level Rp 800. Level itu masih aman bagi investor untuk melakukan hold. Artinya, jika ada tanda-tanda penguatan harga sahamnya, investor bisa masuk kembali. "Tapi, berhubung besok kelihatannya saham BUMI masih akan terjadi penurunan, saat ini adalah saat yang tepat untuk cut loss," imbuhnya. Danny mengakui, untuk melakukan cut loss sangat tergantung pada masing-masing investor. Danny belum bisa memastikan seberapa besar tekanan cut loss ini terhadap pelemahan saham BUMI. "Tapi, kalau harga sahamnya sudah turun 10% dari harga pembelian, saya pikir sebaiknya cut loss," tandasnya. Penurunan ini, lanjut Danny akibat adanya berita akuisisi sebelumnya yang sampai sekarang belum ada keputusan final. Juga terpengaruh rumor pembelian saham anak usahanya PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan Arutmin. Pada saat berita dan rumor itu berkembang di pasar, banyak investor yang yang berspekulasi terhadap saham BUMI. Investor, kata Danny, berspekulasi dengan membeli saham BUMI. Tapi, ternyata spekulasinya tidak terbukti, dan pada akhirnya mereka menjual kembali saham yang dibelinya itu. "Itulah alasan mengapa saham BUMI naik pada akhir pekan lalu, tidak lain karena adanya rumor di pasar itu," paparnya. Tapi ternyata pada hari Senin (16/3) saham BUMI dibuka melemah hingga penutupannya. Pada perdagangan hari ini masih belum bisa dipastikan apakah rumor ini masih berpengaruh atau tidak di pasar, namun secara teknical, masih berpotensi terjadi tekanan ke bawah. Ditanya bagaimana pengaruh bursa regional terhadap BUMI, Danny mengatakan hal itu lebih berpengaruh pada saham sektor bank, dan tidak berpengaruh singnifikan terhadap BUMI. Rumors yang beredar adalah BUMI akan menambah sahamnya di KPC dan PT Arutmin. Rumors itu langsung dibantah Senior Vice President Investor Relation & Corporate Secretary BUMI Dileep Shrivastava. Pihaknya menyanggah pemberitaan mengenai rencana perseroan untuk meningkatkan sahamnya di dua anak perusahaan miliknya. "Tata berniat untuk tetap mempertahankan kepemilikan sahamnya, baik di Arutmin maupun KPC, untuk menjaga pasokan batubara jangka panjang ke proyek Mundhra," papar Dileep. Hingga September 2008, kepemilikan saham BUMI di PT Arutmin sebesar 70% dan sisanya dimiliki Tata Power Company. Sedangkan di KPC, BUMI memiliki 13,6% saham secara langsung dan 51,4% saham secara tidak langsung melalui tiga anak usahanya. [E1]