Ekonomi 21/02/2009 - 13:00 INCO Rugi US$ 9,8 juta Mosi Retnani Fajarwati (inilah.com/ Bayu Suta)
INILAH.COM, Jakarta - Rendahnya harga nikel dan biaya produksi yang tinggi mempengaruhi kinerja PT Internasional Nickel Tbk (INCO) pada kuartal IV 2008 lalu. INCO, salah satu produsen nikel terbesar di Indonesia, mencatatkan kerugian bersih pada kuartal IV 2008 sebesar US$ 9,8 juta. Hal ini berbeda jauh dengan periode yang sama 2007, yang mencatatkan laba bersih sebesar US$ 200,5 juta. Sedangkan untuk penjualan hanya mencapai US$ 180 juta, lebih rendah 61% dari periode tahun sebelumnya yaitu US$ 458,5 juta. Penurunan juga terjadi pada EBITDA sebesar US$ 7,7 juta, sedangkan pada kuartal IV 2007 sebesar US$ 308,8 juta. Produksi nikel matte pun juga tergelincir menjadi 17.300 metrik ton, sementara untuk periode yang sama tahun 2007 adalah sebesar 18.600 metrik ton. Sementara untuk harga realisasi rata-rata nikel matte pada kuartal empat 2008 mencapai US$ 10.675 per metrik ton atau turun 55,2% dari sebelumnya US$ 23.817. "Hasil-hasil tahun 2008 dipengaruhi oleh rendahnya marjin penjualan nikel dalam matte akibat lebih rendahnya harga rata-rata penjualan dan penjualan nikel dalam matte," demikian disampaikan oleh Presiden Direktur INCO Arif Siregar, dalam keterangan tertulisnya hari ini. Dengan adanya penurunan pada pos-pos tersebut, maka mempengaruhi kinerja keuangan tahun 2008 perseroan. Bila dilihat pada laporan non audit INCO, penjualannya mengalami penurunan 43,6%, dari US$ 2,3 miliar menjadi US$ 1,3 miliar. Sedangkan laba bersih juga tergelincir 69,4% menjadi US$ 359,3 juta dari sebelumnya US$ 1,1 miliar. Produksi nikel matte pun turun 5,6% dari 76.700 metrik ton menjadi 72.400 metrik ton. Dan untuk harga rata-rata nikel matte INCO mengalami penurunan 40,7%, dari US$ 29.881 per metrik ton menjadi US$ 17.724 per metrik ton. INCO sendiri saat ini tetap melanjutkan tiga proyek utamanya, yaitu fasilitas PLTA di Karebbe, konversi batubar, dan fasilitas penangkap debu electrostatic precipitators (ESP) pada tanur pereduksi. Dua proyek utama bertujuan untuk mempertahankan tingkat keuntungan dalam jangka panjang, sedangkan satu proyek terakhir sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Terkait hal ini, INCO menganggarkan belanja modal untuk 2009 sebesar US$ 228,8 juta. [cms]