tapi tidak akan berlaku kaya shanghai khan? DW is DW...tapi sepertinya shanghai 
beda dengan DW......DW "silau" dengan Shanghai ??

Dario Amran

--- Pada Ming, 29/11/09, golden.health <golden.hea...@yahoo.co.id> menulis:


Dari: golden.health <golden.hea...@yahoo.co.id>
Judul: [ob] KOTA HANTU DUBAI
Kepada: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 29 November, 2009, 4:48 AM


  





DUBAI KOTA HANTU? 


Siapa yang mau mobil, gratis? Ambil saja di Dubai. Ribuan mobil ditinggalkan 
oleh pemiliknya yang angkat kaki dari Dubai untuk selamanya, paling tidak untuk 
jangka waktu yang panjang sekali. Mobil-mobil mereka ditinggalkan dengan kunci, 
surat-surat kepemilikan lengkap di dalam mobil, di atas kursi supir berserta 
surat kepemilikannya.

Dubai yang 80% lebih penduduknya adalah orang asing (expatriates) , mengalami 
eksodus besar-besaran. Banyak barang mereka termasuk mobil tidak bisa dijual 
karena semua orang (pernyataan yang agak hiperbolik) mau keluar dari Dubai 
akibat krisis ekonomi. Mereka juga meninggalkan rumah-rumah beserta cicilannya.

Pembukaan tulisan ini agak mungkin sedikit berlebihan – mungkin, mungkin, 
mungkin. Tetapi mungkin saja benar. Kita lihat saja cerita berikutnya. Tetapi, 
sebelumnya akan kita lihat sejarah.

DUBAI MENUJU KOTA METROPOLITAN (1990 – 2000)
Dua tahun lalu saya dapat tawaran kerja di Dubai. Istri saya sangat antusias 
untuk bisa menikmati hidup di kota yang sangat terkenal dengan berbagai 
keajaibannya. Mulai dari "Palm Island", apartemen pencakar langit yang dibangun 
di pulau buatan yang berbentuk pohon palem, gedung apartemen yang setiap 
lantainya bisa berputar, metro/LRT (light Rapid Transportation – kereta listrik 
ringan ) yang futuristik . Semua itu dilihatnya di photo-photo design artis.

Bagi istri saya, Dubai akan menjadi pengalaman baru. Kami pernah hidup di 
Inggris, Canada, Singapore dan Kuala Lumpur, daerah tropis, subtropis, budaya 
Barat, Melayu, Cina. Sekarang (waktu itu maksudnya) mau ke Timur Tengah, gurun. 
Pengalaman hidup yang sangat berwarna-warna.

Karena tidak cocok mengenai kompensasi dan kondisi kontrak, tawaran itu saya 
tolak. Istri saya sangat kecewa. Tetapi hal itu saya hibur, bahwa ide untuk 
tinggal di Dubai akan tetap disimpan sampai nanti kalau pensiun. Barangkali 
harga apartemen sudah murah. Ramalan yang pada waktu itu sepertinya ramalan 
kosong.

Dubai 20 tahun lalu, awal tahun 1990an masih berupa gurun dengan beberapa 
bangunan gedung. Ekonominya sangat bergantung pada produksi minyaknya. Amir 
penguasa Dubai kemungkian seorang yang mempunyai visi yang jauh. Cadangan 
minyak dan gasnya tidak sebanyak Saudi Arabia atau Qatar. Oleh sebab itu Dubai 
harus dijadikan pusat jasa (keuangan) untuk daerah teluk Parsi dan menunjang 
aktifitas perminyakan. Dan selama dua dekade ini Dubai tumbuh dari gurun 
menjadi kota perdagangan dan kota jasa finansial, seperti Singapura. 

 
Dubai tahun 1989. Masih berupa gurun dengan jalan-jalan yang buruk. Perhatikan 
photo berikutnya yang diambil dari tempat yang sama tahun 2003.


 
Dari tempat yang sama, Dubai pada tahun 2003


 
Photo yang diambil tahun 2007 dari tempat yang sama.



DUBAI MENJADI KOTA MODERN
Dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, Dubai menyulap dirinya menjadi kota 
metropolitan yang modern. Semua ini berkat minyak. Perkembangan selanjutnya, 
agak menggila. Dubai berubah menjadi kota perdagangan dan jasa, terutama 
finansial yang mendukung bisnis minyak di wilayah teluk Persia. Usaha lain 
ialah menjadikan Dubai sebagai tujuan wisata. Hotel dan apartemen dibangun 
untuk menunjang semuanya ini. Saya katakan, agak menggila karena, ide-ide 
arsitektur dan fungsinya kemudian tidak lazim lagi.

Salah satu kegilaan Dubai ialah pembangunan "Palm Islands", pulau-pulau buatan 
yang berbentuk pohon palem. Rencananya di pulau-pulau itu akan didirikan hotel 
dan apartemen, perumahan mewah. Kenapa mesti pulau buatan, bukankah masih 
banyak tanah di Dubai? Dubai bukan Singapura yang kekurangan lahan.

Menara berputar misalnya, akan dibangun. Menara ini, setiap lantainya bisa 
berputar secara independen, sehingga setiap pemilik lantai bisa memutar 
lantainya untuk menghadap ke arah yang diinginkannya (lihat image di bawah). 
Untuk apa sebenarnya, putar memutar lantai gedung? Tidak mempunyai fungsi 
praktis dan kegunaan, melainkan hanya keinginan nafsu yang tidak jelas saja. 
Belum lagi tempat rekreasi ski es (salju) dalam ruangan. Bisa dibayangkan 
betapa gilanya dan kekanak-kanakan ide ini. Salju di gurun pasir?


 
Palm Islands, untuk apa bikin pulau baru. Dubai bukan Singapura.


 
Rotating Tower, Dubai. Dari kiri ke kanan: Rotating tower ketika semua 
lantainya orientasinya searah, kemudian terpelintir sedikit dan akhirnya setiap 
lantainya berputar sehingga orientasinya berbeda-beda.

 
Gambaran artis, Rotating Tower diwaktu malam.


 
Bermain ski es di ruangan


 
Trump Hotel, rencananya akan dibangun di Palm Island. 

Marina di Dubai


Suasana Dubai dimasa mendatang, menurut artis.



DUBAI CALON KOTA HANTU?
Dubai mempunyai populasi 1.24 juta orang menurut sensus 2006. Jumlah 
laki-lakinya 73% dan 27% prempuan. Kaum laki-laki ini kebanyakan adalah pekerja 
migran asing. Populasi warga negara Dubai sendiri kurang dari 20%. Jadi di 
Dubai, lebih banyak orang asing dari pada penduduk setempat. Kebanyakan pekerja 
asing ini berasal dari India.

Kalau dilihat komposisi laki-laki:prempuan serta komposisi pekerja asing dan 
penduduk lokal, dapat diduga bahwa kebanyakan pekerja asing ini adalah 
laki-laki yang tidak membawa keluarga. Pekerja-pekerja asing inilah yang 
membangun dan memelihara Dubai. Dari mulai pekerja bangunan, tukang masak 
hotel, dokter, tenaga paramedis, geologist, engineer dari berbagai bidang, 
pramusaji, sales, grafik design dan lain sebagainya. Bisa dibayangkan bagaimana 
pertumbuhan populasi pekerja pendatang ini. Hitungan kasarnya, kalau saat ini 
perbandingan antara pendatang dengan penduduk lokal adalah 5:1, maka dalam 
kurun waktu 20-25 tahun penduduk Dubai bertambah kurang lebih 5 kali atau 7.4% 
- 8.5% per tahunnya.

Ekonomi lokal Dubai sangat dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan 81% pendatang 
ini. Baik itu untuk akomodasinya sampai pada kebutuhan sehari-harinya. Walaupun 
mereka ini pendatang, banyak dari mereka mempunyai asset seperti mobil, 
rumah/apartemen untuk menunjang kehidupan mereka. Banyak diantara asset-asset 
itu dibeli dengan kredit jangka panjang semasa kredit murah dan Dubai mengalami 
booming. Pada saat booming orang akan berpikir bahwa mereka tinggal di Dubai 
untuk masa yang amat panjang. Kehidupan pendatang Dubai didukung dengan 
leverage. Memang pendatang kelas buruh, cenderung untuk tidak banyak mempunyai 
asset di Dubai dan sebagian penghasilannya dikirimkan ke negaranya. Tetapi 
pekerja krah putih, lain sifat-sifatnya.

Dubai juga tempat investasi properti tumbuh menjadi bubble. Uang tumpah ke 
Dubai, berkat advertensi yang gencar. Anda bisa lihat di CNBC. Memang dimasa 
bubble, semuanya nampak indah. Menara berputar, inddor ski, menara tertinggi di 
dunia, Palm Islands, kereta metro futuristik, dan lainnya seakan sudah di depan 
mata. Tetapi ketika bubble pecah,..... bencana. Ini mengingatkan perkataan nabi 
Muhammad yang kurang lebih seperti ini: "kalau manusia sudah membangun gedung 
yang tinggi-tinggi, tunggulah hari pembalasan". Istilah gedung yang 
tinggi-tinggi, bisa diartikan sebagai membangun sesuatu yang tidak perlu, tidak 
merupakan pemenuhan kebutuhan wajar.

Ada suatu berita dari New York Times minggu lalu yang menarik tentang Dubai. 
Banyak penduduk asing Dubai yang ngacir dari Dubai meninggalkan 
barang-barangnya, mobil dan apartemen mereka. Mereka pulang ke negri asalnya 
dengan menenteng apa yang bisa dibawa. Mobil mereka ditinggal di airport [link]

Laid-Off Foreigners Flee as Dubai Spirals Down
Bryan Denton for The New York Times
February 11, 2009
DUBAI, United Arab Emirates — Sofia, a 34-year-old Frenchwoman, moved here a 
year ago to take a job in advertising, so confident about Dubai's fast-growing 
economy that she bought an apartment for almost $300,000 with a 15-year 
mortgage.

Now, like many of the foreign workers who make up 90 percent of the population 
here, she has been laid off and faces the prospect of being forced to leave 
this Persian Gulf city — or worse.

"I'm really scared of what could happen, because I bought property here," said 
Sofia, who asked that her last name be withheld because she is still hunting 
for a new job. "If I can't pay it off, I was told I could end up in debtors' 
prison."

With Dubai's economy in free fall, newspapers have reported that more than 
3,000 cars sit abandoned in the parking lot at the Dubai Airport, left by 
fleeing, debt-ridden foreigners (who could in fact be imprisoned if they failed 
to pay their bills). Some are said to have maxed-out credit cards inside and 
notes of apology taped to the windshield.

The government says the real number is much lower. But the stories contain at 
least a grain of truth: jobless people here lose their work visas and then must 
leave the country within a month. That in turn reduces spending, creates 
housing vacancies and lowers real estate prices, in a downward spiral that has 
left parts of Dubai — once hailed as the economic superpower of the Middle East 
— looking like a ghost town.

No one knows how bad things have become, though it is clear that tens of 
thousands have left, real estate prices have crashed and scores of Dubai's 
major construction projects have been suspended or canceled. But with the 
government unwilling to provide data, rumors are bound to flourish, damaging 
confidence and further undermining the economy.

Instead of moving toward greater transparency, the emirates seem to be moving 
in the other direction. A new draft media law would make it a crime to damage 
the country's reputation or economy, punishable by fines of up to 1 million 
dirhams (about $272,000). Some say it is already having a chilling effect on 
reporting about the crisis.


 
Mobil-mobil yang ditinggalkan 


 
Mobil-mobil yang ditinggalkan

 
Mobil-mobil yang ditinggalkan


Sudah ribuan mobil di tinggalkan begitu saja oleh pemiliknya. Kenapa mereka 
hengkang begitu saja? Pasalnya hukum syariah Dubai (mungkin hukum syariah Saudi 
Arabia, Kuwait, atau Iran berbeda. Hukum syariah kok bisa beda-beda yah?), 
mengatakan bahwa bagi penghutang yang tidak mampu bayar hutangnya maka harus 
dipenjara. Jadi dari pada masuk penjara, lebih baik hengkang!!! Dan tidak 
kembali lagi.

Financial Times melaporkan, diperkirakan bahwa dalam tahun 2009 ini Dubai akan 
mengalami penciutan penduduk sebesar 8% akibat repatriasi pendatang [link]. 
Perkiraan saya bisa lebih. Lebih dekat ke 10%-12%. Sebagian adalah mereka yang 
tidak akan pernah kembali karena lari dari hutang. Dan ini akan berlanjut 
sejalan dengan krisis ekonomi dan mengempisnya bubble di sektor properti di 
Dubai. Financial Times memperkirakan bahwa tahun berikutnya penciutan populasi 
hanya 2% saja. Saya meragukan hal ini karena, berdasarkan pengalaman properti 
bubble Jepang tahun 1990, diperlukan waktu 20 tahun untuk mencapai titik 
nadirnya. Itu pada kasus dengan pemain 100% penduduk lokal dimana tidak ada 
penduduk yang hengkang ke luar negri dengan meninggalkan propertinya. Bayangkan 
sekarang, Dubai dengan 80% - 90% pendatang yang siap hengkang dari Dubai dan 
meninggalkan tempat tinggalnya? Belum lagi orang asing, fund manager di luar 
Dubai (overseas) yang membeli untuk
 spekulasi. Dari foto-foto bahan advertensinya, saya pikir bubble properti di 
Dubai jauh lebih besar dari yang pernah yang saya lihat.

Kasus Dubai, apakah ia akan menjadi kota hantu atau berhasil keluar dari 
kemelut ini, sangat menarik untuk dipelajari dan diamati. Bagaimana nasib 
kereta metro yang katanya termodern di dunia yang akan beroperasi tahun 2009 
ini. Akan kosongkah? Bagaimana nasib hotel Burj yang tertinggi di dunia dan 
pembukaannya akan dilakukan pada 9-9-09?. Atau hotel Atlantis yang pembukaannya 
pada bulan November 2008 dengan biaya $20 juta?

Buat saya Dubai akan menjadi kasus yang menarik. Belum pernah ada daerah 
(negara) yang ekonominya dibangun dan dipelihara oleh pendatang yang siap 
hengkang. Tumbuh dengan pesat, over leverage dengan kredit/hutang dan terjadi 
bubble, . Ketika bubble pecah, harga properti dan asset turun, tetapi hutang 
masih tetap. Banyak orang (kreditur) yang memiliki negative equity (hutangnya 
lebih besar dari harga asset yang diagunkannya) . Pada saat tidak ada pekerjaan 
(menganggur) , tidak ada penghasilan, maka ngacir adalah solusinya. Tetapi 
jangan pessimis dulu, di samping semua yang negatif itu Dubai juga merupakan 
tempat pelancongan para selebritis, CEO dan orang-orang kaya. Itulah yang bisa 
membuat Dubai bertahan. Kekuatan mana yang lebih dominan? Kita lihat saja 
sampai beberapa dekade mendatang.

http://ekonomiorang warasdaninvestas i.blogspot. com/2009/ 02/dubai- 
calon-kota- hantu.html







      __________________________________________________________
Coba Yahoo! Messenger 10 Beta yang baru. Kini dengan update real-time, 
panggilan video, dan banyak lagi! Kunjungi http://id.messenger.yahoo.com/

Kirim email ke