Greatest Love 
Author: Peak | Posted at: 7:06:00 AM |  |
Categories: Friendship, Love  |  Send "Greatest Love" to friends        
 
Suatu pagi yang sunyi di Korea, di suatu desa kecil,
ada sebuah bangunan kayu mungil yang atapnya ditutupi oleh seng-seng.
Itu adalah rumah yatim piatu di mana banyak anak tinggal akibat orang
tua mereka meninggal dalam perang.
Tiba-tiba,
kesunyian pagi itu dipecahkan oleh bunyi mortir yang jatuh di atas
rumah yatim piatu itu. Atapnya hancur oleh ledakan, dan
kepingan-kepingan seng mental ke seluruh ruangan sehingga membuat
banyak anak yatim piatu terluka. Ada seorang gadis kecil yang terluka
di bagian kaki oleh kepingan seng tersebut, dan kakinya hampir putus.
Ia terbaring di atas puing-puing ketika ditemukan, P3K segera dilakukan
dan seseorang dikirim dengan segera ke rumah sakit terdekat untuk
meminta pertolongan.
Ketika para dokter dan
perawat tiba, mereka mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika
dokter melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang
paling dibutuhkan oleh gadis itu secepatnya adalah darah. Ia segera
melihat arsip yatim piatu untuk mengetahui apakah ada orang yang
memiliki golongan darah yang sama.
Perawat yang
bisa berbicara bahasa Korea mulai memanggil nama-nama anak yang
memiliki golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu. Kemudian
beberapa menit kemudian, setelah terkumpul anak-anak yang memiliki
golongan darah yang sama, dokter berbicara kepada grup itu dan perawat
menerjemahkan, Apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan
darahnya utk gadis kecil ini?"
Anak-anak
tersebut tampak ketakutan, tetapi tidak ada yang berbicara. Sekali lagi
dokter itu memohon, "Tolong, apakah ada di antara kalian yang bersedia
memberikan darahnya utk teman kalian, karena jika tidak ia akan
meninggal!"
Akhirnya, ada seorang bocah
laki-laki di belakang mengangkat tangannya dan perawat membaringkannya
di ranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah. Ketika perawat
mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah.
"Tenang saja," kata perawat itu, "Tidak akan sakit kok."
Lalu dokter mulai memasukan jarum, ia mulai menangis.
"Apakah sakit?" tanya dokter itu..
Tetapi
bocah itu malah menangis lebih kencang. "Aku telah menyakiti bocah
ini!" kata dokter itu dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit
bocah itu dengan menenangkannya, tetapi tidak ada gunanya. Setelah
beberapa lama, proses transfusi telah selesai dan dokter itu minta
perawat untuk bertanya kepada bocah itu.
"Apakah sakit?"
Bocah itu menjawab, "Tidak, tidak sakit."
"Lalu kenapa kamu menangis?",tanya dokter itu.
"Karena aku sangat takut untuk meninggal" jawab bocah itu.
Dokter itu tercengang!
"Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal?"
Dengan
air mata di pipinya, bocah itu menjawab, "Karena aku kira untuk
menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darahku!"
Dokter
itu tidak bisa berkata apa-apa, kemudian ia bertanya, "Tetapi jika kamu
berpikir bahwa kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia untuk
memberikan darahmu? "
Sambil menangis ia berkata, "Karena ia adalah temanku, dan aku mengasihinya"
Written by Elia Stories
Greater Love Has No One Than This, Than To Lay Down One's Life For His Friend
GBU aLL ^^


      

Kirim email ke