Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) layak diakumulasi untuk jangka pendek maupun panjang. Harga saham yang cenderung menguat dan proyeksi kinerja yang menjanjikan tahun ini bakal menjadi pertimbangan positif bagi investor.
Menurut analis sekuritas asing Gifar Indra Sakti, TLKM secara teknis cenderung bergerak naik, setelah beberapa hari terakhir relatif mendatar (sideways) dan mendekati batas bawah (support). Pergerakan positif saham, kata dia, terlihat dari indikator stochastic oscillator dan relative strenght index (RSI) yang bergerak naik. Selain itu, volume transaksi juga signifikan. "TLKM akan coba mendekati resistance (batas atas) Rp 7.850, sebelum menembus level Rp 8.100. Sedangkan batas bawahnya (support) ada di Rp 7.450," ujarnya kepada VIVAnews di Jakarta, Kamis, 28 Mei 2009. Gifar menuturkan, secara fundamental saham telekomunikasi terbesar di Indonesia ini juga mendukung untuk diakumulasi beli sebagai investasi jangka pendek maupun panjang. Pasalnya, tahun ini perseroan akan memperkuat unit-unit bisnisnya seperti seluler dan unit multimedia. Tentunya, kata dia dengan adanya aksi tersebut pendapatan maupun laba bersih Telkom bakal terdongkrak dari perolehan tahun sebelumnya. "Jadi, rekomendasinya beli saham ini," tutur Gifar. Seperti diketahui, Telkom menjadwalkan pencairan pinjaman belanja modal (Capex) dari sejumlah bank lokal yang akan dilakukan pada semester II 2009. Perseroan saat ini telah mengantongi komitmen pemberian pinjaman mencapai Rp 4 trliun. "Total komitmen bisa mencapai Rp 4 triliun. Tapi kan masih ada vender financing dari China," ujar Direktur Utama Telekomunikasi Indonesia Rinaldi Firmansyah di Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jakarta, belum lama ini. Perbankan yang telah memberikan komitmen tersebut yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, Bank Jabar dan Banten, serta perbankan lainnya. Sedangkan pendanaan melalui vendor financing berasal dari perusahaan Huawei, China. Rinaldi memperkirakan, masuknya pendanaan melalui skema vendor financing akan menghemat pengeluaran Capex perseroan. "Dengan harga lebih murah, kami bisa mendapatan barang yang sama. (Capex nanti) bukannya naik, bahkan bisa-bisa ada ada saving," kata dia. Selain itu, Telkom juga sedang mengincar pangsa pasar sebesar 50 persen dari industri telekomunikasi berbasis seluler. "Kami menargetkan 50 persen supaya tidak terjadi perang tarif antaroperator seluler," kata Vice President Telekomunikasi Indonesia Heri Supriadi di Jakarta, beberapa waktu lalu. Secara industri, Heri mengungkapkan, jumlah pelanggan baru diperkirakan mencapai 15-20 juta. PT Telkomsel, anak usaha perseroan sudah meraih hingga 10 juta pelanggan pada kuartal I-2009. Hal itu karena ekspansi operator lain dinilai tidak terlalu agresif pada kuartal tersebut. Kendati demikian, dia menuturan, perseroan optimistis target pelanggan industri itu akan bertambah. Seiring dengan kenaikan itu, Telkom akan terus meningkatkan jumlah pelanggan sehingga bisa meraih target 50 persen pangsa pasar. Dia menambahkan, pembentukan divisi Flexi diharapkan rampung pada akhir kuartal II-2009. Divisi tersebut merupakan upaya perseroan dalam mengembangkan bisnis code division multiple access (CDMA) Flexi, sehingga Flexi bisa mandiri. "Kami berharap pangsa pasar Flexi tahun ini mencapai 59 persen," katanya.