Salah satu kelemahan perusahaan yang sudah mapan adalah pertumbuhan perusahaan ini terkesan biasa - biasa saja dalam prosentase. Atau prosentase pertumbuhannya kecil. Memang kalau secara angka rupiah sangat besar (ratusan miliar atau bahkan triliunan) namun prosentase pertumbuhannya tidaklah terlalu tinggi.
Contoh : Beberapa tahun silam. BUMI sebelum membeli tambang batu bara, tidak ada yang memperhitungkan saham ini. Bahkan termasuk Third Liner. Harga BUMI saat itu hanyalah 25 rupiah per lembar saham. Dalam empat tahun terakhir BUMI naik lebih dari 200x lipat harga sahamnya. Fantastis bukan. Sekarang BUMI adalah saham Blue Chip. Dan performance seperti yang lalu sudah hampir tidak mungkin lagi diperoleh. Kalau nai 200x lipat lagi maka target harga saham BUMI = 1,4 Juta per lemba saham. Oleh sebab itu, jika anda menginginkan hasil yang sangat fantastis dalam berinvestasi aka pilihlah saham2 second line bahkan third liner yang dikelola dengan baik. Ini tentunya sangat spekulatif. Makanya orang2 bilang kalau trader = gambler, sedangkan trader bilang, investor = the bigger gambler. Membeli saham2 2nd liner/ 3rd liner sangat beresiko. selain dari sahamnya yang terkesan tidur atau kurang likuid atau jarang diperdagangkan (volume kecil) . Bisa saja emitennya bangkrut karena faktor perusahaan yang belum mapan. Bandingkan dengan emiten seperti TLKM atau ASII yang sudah sangat mapan. Namun jika perusahaan bronies ini (second/third liner) dikelola dengan bai k da kita bisa melihat prospek bisnis ke depannya dengan baik, maka sesungguhny akita telah membeli sekarung emas yang tersembunyi di ladang kosong yang gersang dan terkesa tak berharga. Initinya adalah kejelian anda dalam melihat prospek masa depan... dolgado.blogspot.com