Kompas.com, Rabu, 9 Juli 2008 | 08:12 WIB
KAIRO, RABU - Situasi di Laut Persia yang strategis kian panas. Garda
Revolusi Iran hari Selasa (8/7) menggelar latihan perang udara dan
laut selama dua hari ini. Latihan perang Garda Revolusi Iran itu
sebagai reaksi cepat atas pengumuman Armada V AS, yang berbasis di
Bahrain, yang akan mengadakan latihan militer besar dalam beberapa
hari mendatang.

Pengumuman latihan perang dari Armada V AS juga sebagai reaksi atas
ancaman Panglima Garda Revolusi Iran yang akan menutup atau menghambat
arus lintas di Selat Hormuz yang strategis itu.

Sekitar 40 persen ekspor minyak dunia melalui Selat Hormuz. Sementara
kawasan Teluk Persia yang meliputi negara-negara Arab Teluk, Irak, dan
Iran menyimpan 60 persen cadangan minyak dunia.

Perwira tinggi Garda Revolusi Iran, Ali Shirazi, seperti diberitakan
kantor berita resmi Iran, INA, mengatakan, Tel Aviv dan kapal-kapal AS
di Teluk Persia akan menjadi sasaran utama jika Iran mendapat serangan
kelak.

Namun, Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS Admiral Michael
Mullen, seperti dikutip harian Israel Haaretz, telah mengirimkan pesan
kepada Israel bahwa AS tidak memberikan lampu hijau kepada Israel
untuk melancarkan serangan ke Iran. Mullen telah menyampaikan pesan
itu kepada Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Gabi Ashkenazi dan
perwira tinggi lainnya dalam kunjungan Mullen terakhir ke Tel Aviv.

Satuan elite

Garda Revolusi Iran adalah satuan elite yang sekaligus dikenal sebagai
sayap ideologi angkatan bersenjata Iran. Garda Revolusi Iran dibentuk
segera setelah Revolusi Iran tahun 1979. Satuan itu juga setia kepada
Pemimpin Spiritual Iran Ali Khamenei dan berada di bawah komandonya
langsung.

Oleh karena itu, secara garis komando, Garda Revolusi Iran terpisah
dari angkatan bersenjata Iran. Tak ada data yang disepakati tentang
jumlah personel Garda Revolusi. Ada yang menyebut 100.000 orang. Ada
yang mengatakan mencapai 400.000 orang.

Garda Revolusi Iran, seperti dikutip kantor berita INA, mengatakan,
latihan perang itu bertujuan untuk pematangan persiapan dan
peningkatan daya tempur. Tidak disebut tempat latihan perang itu,
tetapi sebagian besar latihan perang Garda Revolusi Iran selama ini
dilakukan di Teluk Persia.

Para analis militer mengatakan, kekuatan militer konvensional Iran
tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuatan militer AS dan
Israel saat ini. Iran hanya bisa mengandalkan kekuatan rudalnya untuk
membalas serangan AS ataupun Israel.

Iran memiliki armada rudal dari berbagai jenis. Rudal milik Iran yang
terkenal adalah Shihab 3. Rudal Shihab 3 merupakan rudal
permukaan-ke-permukaan yang memiliki jangkauan tembak 1.300 kilometer.
Shihab 3 mampu membawa bahan peledak seberat 750-1.000 kilogram. Rudal
ini juga bisa membawa bom kimia atau biologi seberat 800 kilogram.
Shihab 3 merupakan duplikat rudal Nodong buatan Korea Utara.

Iran dan Korut punya hubungan militer selama lebih dari satu dekade.
Menurut versi Israel, Iran akan terus mengembangkan Shihab 3 menjadi
Shihab 4 (2.000 km), Shihab 5 (5.500 km), dan Shihab 6 (10.000 km).

Sejak awal tahun 1980-an, Iran membeli rudal Scud B dari Korut dengan
jangkauan tembak 300 km dan Scud C dengan jangkauan 500-600 km. Iran
juga memiliki armada rudal jarak pendek, Fajar 3, Fajar 5, Zilzal,
Shahin I, dan Shahin II, yang memiliki jangkauan tembak 100-200 km.

Diduga, Iran akan menggunakan rudal-rudal jarak pendek itu untuk
menghantam sasaran AS di Teluk Persia. Jajaran rudal Shihab digunakan
untuk menghantam sasaran di Israel. Kekuatan militer konvensional Iran
tergolong usang, sebagian besar merupakan peninggalan Shah Iran Reza
Pahlevi pada era 1970-an.

Di jajaran angkatan udara, Iran masih mengandalkan pesawat F-5 dan
F-14 Tomcat buatan AS yang sudah dimodifikasi. Di darat, Iran punya
ratusan tank M-60 buatan AS. Pada era pascarevolusi, Iran membeli tank
modern T-72 dan pesawat Mig-29 buatan Rusia.


SAS
Sumber : AP

Kirim email ke