Beliau nggak menguasai dunia perminyakan sehingga bingung sendiri.
Dari total produksi untuk minyak harus dikurangi dulu dengan cost recovery
yang diperhitungkan dalam jumlah barel. Habis itu baru dihitung entitlement
antara GoI dan Contractor. Minyak splitnya 85:15. Sekarang kalau produksi
cuma 900,000 barel sedangkan konsumi 1.3juta barel emangnya nggak nombok?
Ingat 900ribu bukan semuanya milik GoI tapi ada bagian untuk cost recovery
dan juga entitlementnya Contractor.
Selain itu dari 1 barel minyak nggak semua bisa jadi premium tergantung
kualitas crudenya tapi normally sih hasil distilasi minyak menjadi bermacam2
produk: i.e. kerosene, solar, premium, avtur, aspal dsb
Cheers
On 5/7/08, macd [EMAIL PROTECTED] wrote:
Selengkapnya bisa dilihat:
http://www.koraninternet.com/web/?pilih=lihatid=673
--
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it
now.http://us.rd.yahoo.com/evt=51733/*http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ
