http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/14/07285252/Krisis.Keuangan.Masuk.Babak.Baru

Kompas.com, Jumat, 14 November 2008 | 07:28 WIB
JAKARTA, JUMAT - Krisis di pasar keuangan domestik memasuki babak
baru, yang dimulai dengan bermunculannya berbagai rumor tentang
kesulitan likuiditas yang dihadapi sejumlah bank. Kejadian yang
sebenarnya hal biasa itu dengan cepat berkembang menjadi rumor yang
berbahaya.
Dalam kondisi pasar keuangan domestik yang penuh ketidakpastian
seperti saat ini, rumor dan kepanikan bisa berkembang sangat cepat.
Industri perbankan yang kini tengah dilanda kekeringan likuiditas
menjadi amat sensitif terkena rumor terkait kondisi kesehatannya.

Pada Kamis (13/11), tak kurang dari enam bank diisukan mengalami
kesulitan likuiditas sehingga bermasalah dalam transaksi kliring di
Bank Indonesia (BI). Setelah dikonfirmasi ke pihak-pihak terkait,
ternyata hanya satu bank, yakni PT Bank Century Tbk, yang bermasalah
dalam transaksi kliring. Itu pun disebabkan masalah teknis.

"Kami hanya terlambat dalam mengalokasikan dana untuk kebutuhan
kliring yang seharusnya diterima tepat waktu," kata Wakil Direktur
Utama Bank Century Hamidy.

Namun, rumor yang berkembang menyebutkan Bank Century kesulitan
likuiditas hingga membuat para nasabahnya panik.

Dalam siaran persnya, BI sudah mengonfirmasi bahwa bank yang tidak
ikut serta dalam kliring kemarin hanyalah Bank Century. BI
memperkirakan permasalahan dapat diatasi sehingga Bank Century dapat
kembali mengikuti kliring secara normal pada hari Jumat ini.

BI juga menegaskan bahwa ketidakikutsertaan bank yang bersangkutan
dalam kliring tak akan mengganggu kelancaran sistem pembayaran dan
sistem perbankan secara keseluruhan. "Selanjutnya kepada masyarakat
luas diharapkan tetap bijak dalam menyikapi pemberitaan yang tidak
jelas sumbernya," demikian bunyi siaran pers BI.

Bahaya rumor

Rumor yang berkembang amat berbahaya karena bisa memicu hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap bank, yang pada akhirnya memicu
penarikan dana besar-besaran (rush). Jika sudah terjadi rush, bank
sekuat apa pun dipastikan akan bangkrut.

Ekonom Tony Prasetiantono mengingatkan bahaya rumor dalam suasana
krisis. Ia mencontohkan depresi perekonomian global pada 1929 yang
awalnya dipicu oleh rumor bahwa ada bank yang kalah kliring.

Untuk mencegah rumor dan kepanikan berlebihan di pasar dan masyarakat,
pemerintah dan BI harus bertindak cepat, salah satunya segera
mengeluarkan kebijakan penjaminan penuh simpanan di perbankan.

"Rumor bisa benar atau salah, tetapi yang pasti kondisi bank saat ini
memang sulit. Bank kecil berpotensi kesulitan likuiditas karena
nasabahnya pindah ke bank besar. Ada pula nasabah yang memindahkan
dananya ke Malaysia atau Singapura yang menerapkan penjaminan penuh
simpanan," kata Tony.

Penjaminan penuh tidak hanya menjauhkan dari risiko rush, tetapi juga
secara tidak langsung akan memicu penurunan suku bunga karena nasabah
tak lagi bolak-balik memindahkan dananya.

Suspensi

Di Bursa Efek Indonesia kemarin, perdagangan saham Bank Century
dihentikan sementara (suspensi) karena ada informasi mengenai
ketidakikutsertaannya dalam kliring. Sebelum disuspensi, harga saham
Bank Century Rp 50 per saham.

Kliring merupakan pertukaran warkat atau data keuangan elektronik
antarbank, baik atas nama bank maupun nasabah yang hasil
perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. Gagal kliring terjadi
saat bank tidak bisa memenuhi kewajibannya dalam proses kliring
harian.

Hamidy menjelaskan, ketidakikutsertaan kliring terkait tingginya
intensitas transaksi dana masuk dan keluar nasabah sehubungan dengan
ketatnya kondisi likuiditas saat ini.

Untuk mencegah terulangnya kejadian ini, manajemen Bank Century akan
memonitor lebih ketat intensitas transaksi yang terjadi.


FAJ
Sumber : Kompas Cetak

Kirim email ke