[obrolan-bandar] PENYAKIT KANKER SUDAH TIDAK BAHAYA LAGI

2007-12-10 Terurut Topik Mr. Aneh tapi nyata....
Penyakit Kanker Sudah Tidak Berbahaya Lagi

Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesiadapat

memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman

KELADI TIKUS (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanaman

obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan

berbagai penyakit berat lain.

Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya

tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. Tanaman

ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa, kata Drs.Patoppoi Pasau,

orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia .

Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris

K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti

Sains Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Lembaga

perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan

pasien dari Malaysia , Amerika, Inggris , Australia , Selandia Baru,

Singapura, dan berbagai negara di dunia.

Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di

Pekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker

payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah

kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus

menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk

menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut.

Sebelum menjalani kemoterapi,dokter mengatakan agar kami

menyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan

kerontokan rambut, selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan,

jelas Patoppoi.

Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus

berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan

informasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati

kanker. Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysiauntuk membeli

teh tersebut,

ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah toko

obat di Malaysia , secara tidak sengaja dia melihat dan membaca buku

mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan

Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996.

Setelah saya baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut.

Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi,

tapi langsung pulang ke Indonesia , kenang Patoppoi sambil tersenyum.

Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.

Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat

Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman

tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat,

familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata,

mereka menemukan tanaman itu di sana . Setelah mendapatkan tanaman

tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di

Malaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.

Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa

tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. Dr Teo mengatakan agar

tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat,

lanjut Patoppoi.

Akhirnya, dengan tekad bulat dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai

memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku

tersebut untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi
putranya,

Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman

tersebut.

Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di

pinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman tersebut

tumbuh liar di pinggir sungai, kata Boni yang mendampingi ayahnya
saat itu.

Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami

penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti

rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. Bahkan nafsu makan

ibu saya pun kembali normal, lanjut Boni.

Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani

pemeriksaan kankernya. Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh

mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta , kata Patoppoi. Para

dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada

isterinya. Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan

dosis kemoterapi kepada kami, lanjut Patoppoi.

Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter

pun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar

mengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak

mengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan

pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali

diundur menjadi enam bulan sekali.Tetapi karena sesuatu hal, para

dokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan

tanaman sebagai pengobatan alternatif, sambung Boni sambil tertawa.

Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan

keadaan isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi

Dr.Teo melalui fax untukmenginformasik an bahwa tanaman tersebut

Bls: [obrolan-bandar] PENYAKIT KANKER SUDAH TIDAK BAHAYA LAGI

2007-12-10 Terurut Topik Sutikno Tikno
Terima kasih Pak infonya
Tulisan bpk akan sangat berguna bagi saudara yg
sedang membutuhkan, smg akan membawa berkah
Amien.

Nuwun


- Pesan Asli 
Dari: Mr. Aneh tapi nyata [EMAIL PROTECTED]
Kepada: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Terkirim: Senin, 10 Desember, 2007 9:25:15
Topik: [obrolan-bandar] PENYAKIT KANKER SUDAH TIDAK BAHAYA LAGI

Penyakit Kanker Sudah Tidak Berbahaya Lagi

Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesiadapat

memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman

KELADI TIKUS (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanaman

obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan

berbagai penyakit berat lain.

Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya

tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. Tanaman

ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa, kata Drs.Patoppoi Pasau,

orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia .

Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris

K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti

Sains Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Lembaga

perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan

pasien dari Malaysia , Amerika, Inggris , Australia , Selandia Baru,

Singapura, dan berbagai negara di dunia.

Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di

Pekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker

payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah

kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus

menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk

menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut.

Sebelum menjalani kemoterapi,dokter mengatakan agar kami

menyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan

kerontokan rambut, selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan,

jelas Patoppoi.

Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus

berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan

informasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati

kanker. Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysiauntuk membeli

teh tersebut,

ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah toko

obat di Malaysia , secara tidak sengaja dia melihat dan membaca buku

mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan

Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996.

Setelah saya baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut.

Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi,

tapi langsung pulang ke Indonesia , kenang Patoppoi sambil tersenyum.

Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.

Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat

Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman

tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat,

familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata,

mereka menemukan tanaman itu di sana . Setelah mendapatkan tanaman

tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di

Malaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.

Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa

tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. Dr Teo mengatakan agar

tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat,

lanjut Patoppoi.

Akhirnya, dengan tekad bulat dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai

memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku

tersebut untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi
putranya,

Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman

tersebut.

Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di

pinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman tersebut

tumbuh liar di pinggir sungai, kata Boni yang mendampingi ayahnya
saat itu.

Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami

penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti

rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. Bahkan nafsu makan

ibu saya pun kembali normal, lanjut Boni.

Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani

pemeriksaan kankernya. Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh

mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta , kata Patoppoi. Para

dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada

isterinya. Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan

dosis kemoterapi kepada kami, lanjut Patoppoi.

Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter

pun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar

mengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak

mengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan

pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali

diundur menjadi enam bulan sekali.Tetapi karena sesuatu hal

Re: Bls: [obrolan-bandar] PENYAKIT KANKER SUDAH TIDAK BAHAYA LAGI

2007-12-10 Terurut Topik tbumi
--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, Sutikno Tikno [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Terima kasih Pak infonya
 Tulisan bpk akan sangat berguna bagi saudara yg
 sedang membutuhkan, smg akan membawa berkah
 Amien.
 
 Nuwun
 
 SIP : TBUMI
  STRESS bisa juga menjadi sumber setiap penyakit seperti 
  kanker dll. Bila market lagi tak baik, pemain saham tak
  boleh stress sama sekali. Investor harus selalu sabar dan
  tenang di dalam investasi saham.


  
  
 Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! 
Kunjungi Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/