Re: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal=LCY sent 2 month ago
I sent this story 2 month ago. check it. the story is for the junk stock for the good stock like this Grandfa... They (don'T) know. include ANTM TP 1400.? When people (monkey in story) selltheir antm. Other buy antm at low price Now..people (monkey in story) must buy in the high hi..hi...hi... So, as analyst..they must keep their reputation. remember my TP PGAS= !!.))). Now [EMAIL PROTECTED]))). Don't remember their TP ANTM = 1.400 - Original Message From: jsx_consultant [EMAIL PROTECTED] To: obrolan-bandar@yahoogroups.com Sent: Thursday, 27 September 2007 8:32:59 Subject: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal Embah jadi bertanya-tanya, apakah seorang direktur perusahaan sekuritas TIDAK tahu atau PURA2 tidak tahu kalo sekuritasnya dipakai oleh para PENGGORENG saham ?. --- In obrolan-bandar@ yahoogroups. com, Kancil Cirebon [EMAIL PROTECTED] .. wrote: Filisofi Pasar Modal Oleh: Lily Widjaja* 24/09/2007 01:42:47 WIB JAKARTA, Investor Daily Beberapa waktu lalu saya mendapat surat elektronik (e-mail) dari seorang konsultan keuangan (lihat artikel di bawah). Menarik, karena e-mail tersebut datang dari seorang konsultan keuangan yang beraktivitas di pasar modal. Judul e-mail tersebut adalah Philisophy of the Stock Market atau Filisofi Pasar Saham. Isinya begini: Sekali peristiwa di sebuah desa, muncullah seorang tuan yang mengumumkan kepada para penghuni desa bahwa dia akan membeli monyet dengan harga 10 Ringgit per ekor. Para penghuni desa yang melihat banyak monyet di hutan bersegera keluar dan mulai menangkap monyet-monyet itu. Tuan itu membeli beribu-ribu ekor monyet dengan harga 10 Ringgit. Ketika persediaan monyet mulai menurun dan para penghuni desa mulai menghentikan usaha mereka, dia mengumumkan bahwa sekarang dia akan membeli monyet pada harga 20 Ringgit per ekor. Para penghuni desa tergerak, dan mereka mulai menangkap monyet lagi. Persediaan monyet pun semakin menurun dan mereka kembali ke kebun. Harga penawaran kemudian dinaikkan menjadi 25 Ringgit per ekor. Karena persediaan monyet sedemikian langka maka diperlukan upaya lebih keras dari sebelumnya. Tak berapa lama Tuan itu mengumumkan bahwa dia akan membeli monyet pada harga 50 Ringgit per ekor. Tapi berhubung dia harus ke kota untuk urusan bisnis, maka asistennya yang diserahi tugas untuk kepentingannya. Ketika Tuan itu sudah pergi, asisten itu berkata kepada para penghuni desa: Lihatlah monyet-monyet di kandang besar yang telah dikumpulkan oleh Tuan. Saya akan menjual monyet-monyet kepada Anda seharga 35 Ringgit per ekor, dan ketika Tuan kembali, Anda bisa menjual kepadanya dengan harga 50 Ringgit per ekor. Terjadilah antre panjang para penghuni desa untuk membeli monyet dengan seluruh tabungan yang ada pada mereka. Ternyata setelah itu, baik asisten maupun Tuan lenyap tak berbekas, sementara monyet- monyet ada di mana-mana! Persepsi Jadi Realitas Persepsi menjadi kenyataan (perception becomes reality) adalah ungkapan paling tepat untuk menggambarkan kisah tersebut di atas. Kisah di atas bisa mewakili apa yang sering terjadi di pasar modal. Belum lama ini pasar modal kita dihebohkan dengan kasus gagal bayar antarpialang atas transaksi suatu saham dengan nilai lebih dari Rp 200 miliar. Dalam hitungan bulan, harga saham ini bergerak spektakuler, dari di bawah Rp100 menjadi di atas Rp 4.000. Nilai transaksi yang terjadi setiap hari pun tidak tanggung-tanggung, pernah mencapai di atas Rp 1 triliun. Para pelaku pasar pun berdecak dan senang. Tapi tidak sedikit juga yang cemas. Mereka senang, karena dengan pergerakan harga yang naik luar biasa mereka akan memperoleh keuntungan yang substansial. Namun, mereka cemas kalau-kalau harga keburu turun sementara mereka belum sempat menjual kembali apa yang telah mereka beli pada harga tinggi. Cemas karena mereka tahu bahwa penurunan harga, cepat atau lambat tetap akan terjadi, namun kapan persisnya, semuanya tak bisa memperkirakan. Apa yang dicemaskan kemudian benar-benar terjadi. Harga saham menukik tajam sampai suspensi oleh Otoritas Bursa pada level sekitar Rp 2.000. Ada yang memang meraup untung karena sempat menjual di atas harga beli, tapi ada juga yang rugi besar, karena telanjur membeli pada harga tinggi dan belum sempat menjual kembali. Penggorengan Saham Ada istilah yang populer di pasar modal kita yakni saham gorengan, dengan pelakunya disebut penggoreng saham atau tukang goreng saham. Menarik, bukan? Ternyata bukan hanya pisang yang bisa digoreng, saham pun bisa. Artinya saham bisa diberi bumbu dengan berbagai informasi menarik dan menjanjikan untuk menciptakan persepsi bahwa saham itu memang bagus dan banyak peminat. Lalu harga semakin naik seiring naiknya permintaan dan turunnya persediaan. Setelah harga naik tinggi, penggoreng saham mulai menjual
RE: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal=LCY sent 2 month ago
I always remember any single advice given from you Mr. Lee PGAS =!!.))), definitely I remember that ANTM = $.@)) SMGR INCO, SMGR *.))) I respect your clue, and I am waiting another miracle BTEL ISAT = *.))), the big miracle that will be happened after PTBA = UNTR Ftr _ From: obrolan-bandar@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Lee Cwan Yeuw Sent: Friday, September 28, 2007 1:12 PM To: obrolan-bandar@yahoogroups.com Subject: Re: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal=LCY sent 2 month ago I sent this story 2 month ago. check it. the story is for the junk stock for the good stock like this Grandfa... They (don'T) know. include ANTM TP 1400.? When people (monkey in story) selltheir antm. Other buy antm at low price Now..people (monkey in story) must buy in the high hi..hi...hi... So, as analyst..they must keep their reputation. remember my TP PGAS= !!.))). Now [EMAIL PROTECTED]))). Don't remember their TP ANTM = 1.400 - Original Message From: jsx_consultant [EMAIL PROTECTED] To: obrolan-bandar@yahoogroups.com Sent: Thursday, 27 September 2007 8:32:59 Subject: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal Embah jadi bertanya-tanya, apakah seorang direktur perusahaan sekuritas TIDAK tahu atau PURA2 tidak tahu kalo sekuritasnya dipakai oleh para PENGGORENG saham ?. --- In obrolan-bandar@ mailto:obrolan-bandar%40yahoogroups.com yahoogroups. com, Kancil Cirebon [EMAIL PROTECTED] .. wrote: Filisofi Pasar Modal Oleh: Lily Widjaja* 24/09/2007 01:42:47 WIB JAKARTA, Investor Daily Beberapa waktu lalu saya mendapat surat elektronik (e-mail) dari seorang konsultan keuangan (lihat artikel di bawah). Menarik, karena e-mail tersebut datang dari seorang konsultan keuangan yang beraktivitas di pasar modal. Judul e-mail tersebut adalah Philisophy of the Stock Market atau Filisofi Pasar Saham. Isinya begini: Sekali peristiwa di sebuah desa, muncullah seorang tuan yang mengumumkan kepada para penghuni desa bahwa dia akan membeli monyet dengan harga 10 Ringgit per ekor. Para penghuni desa yang melihat banyak monyet di hutan bersegera keluar dan mulai menangkap monyet-monyet itu. Tuan itu membeli beribu-ribu ekor monyet dengan harga 10 Ringgit. Ketika persediaan monyet mulai menurun dan para penghuni desa mulai menghentikan usaha mereka, dia mengumumkan bahwa sekarang dia akan membeli monyet pada harga 20 Ringgit per ekor. Para penghuni desa tergerak, dan mereka mulai menangkap monyet lagi. Persediaan monyet pun semakin menurun dan mereka kembali ke kebun. Harga penawaran kemudian dinaikkan menjadi 25 Ringgit per ekor. Karena persediaan monyet sedemikian langka maka diperlukan upaya lebih keras dari sebelumnya. Tak berapa lama Tuan itu mengumumkan bahwa dia akan membeli monyet pada harga 50 Ringgit per ekor. Tapi berhubung dia harus ke kota untuk urusan bisnis, maka asistennya yang diserahi tugas untuk kepentingannya. Ketika Tuan itu sudah pergi, asisten itu berkata kepada para penghuni desa: Lihatlah monyet-monyet di kandang besar yang telah dikumpulkan oleh Tuan. Saya akan menjual monyet-monyet kepada Anda seharga 35 Ringgit per ekor, dan ketika Tuan kembali, Anda bisa menjual kepadanya dengan harga 50 Ringgit per ekor. Terjadilah antre panjang para penghuni desa untuk membeli monyet dengan seluruh tabungan yang ada pada mereka. Ternyata setelah itu, baik asisten maupun Tuan lenyap tak berbekas, sementara monyet- monyet ada di mana-mana! Persepsi Jadi Realitas Persepsi menjadi kenyataan (perception becomes reality) adalah ungkapan paling tepat untuk menggambarkan kisah tersebut di atas. Kisah di atas bisa mewakili apa yang sering terjadi di pasar modal. Belum lama ini pasar modal kita dihebohkan dengan kasus gagal bayar antarpialang atas transaksi suatu saham dengan nilai lebih dari Rp 200 miliar. Dalam hitungan bulan, harga saham ini bergerak spektakuler, dari di bawah Rp100 menjadi di atas Rp 4.000. Nilai transaksi yang terjadi setiap hari pun tidak tanggung-tanggung, pernah mencapai di atas Rp 1 triliun. Para pelaku pasar pun berdecak dan senang. Tapi tidak sedikit juga yang cemas. Mereka senang, karena dengan pergerakan harga yang naik luar biasa mereka akan memperoleh keuntungan yang substansial. Namun, mereka cemas kalau-kalau harga keburu turun sementara mereka belum sempat menjual kembali apa yang telah mereka beli pada harga tinggi. Cemas karena mereka tahu bahwa penurunan harga, cepat atau lambat tetap akan terjadi, namun kapan persisnya, semuanya tak bisa memperkirakan. Apa yang dicemaskan kemudian benar-benar terjadi. Harga saham menukik tajam sampai suspensi oleh Otoritas Bursa pada level sekitar Rp 2.000. Ada yang memang meraup untung karena sempat menjual di atas harga beli, tapi ada juga yang rugi besar, karena telanjur membeli pada harga tinggi dan belum sempat menjual kembali. Penggorengan Saham Ada istilah yang populer di pasar modal kita yakni saham
RE: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal=LCY sent 2 month ago
Itu bapak sdh ngerti @=2, ANTM =$.@)) artinya =4.200 SMGR 8,000 Simple kok pak, dan jangan lupa 7 Stars dan 7 diamondsnya Mr.Lee. 7 stars: PTBA, UNTR, SMGR, TINS, ... 7 diamonds: TLKM, ISAT, PGAS, ANTM, ASII, ... Wah saya tidak mau sebut lagi pak, nanti kalau salah Mr. Lee bisa marah, becanda Mr. Lee _ From: obrolan-bandar@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of bobby gosal Sent: Friday, September 28, 2007 1:55 PM To: obrolan-bandar@yahoogroups.com Subject: Hal: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal=LCY sent 2 month ago pak feter ngerti kode Mr LCY ya? aku ga ngerti pak,, bisa kasi tau $=?? @=2?? * =?? soalnya sy punya pgas, smgr, untr trus... apa ada kode yg laen lg?? thx.. - Pesan Asli Dari: feter [EMAIL PROTECTED] Kepada: obrolan-bandar@yahoogroups.com Terkirim: Jumat, 28 September, 2007 2:30:19 Topik: RE: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal=LCY sent 2 month ago I always remember any single advice given from you Mr. Lee PGAS =!!.))), definitely I remember that ANTM = $.@)) SMGR INCO, SMGR *.))) I respect your clue, and I am waiting another miracle BTEL ISAT = *.))), the big miracle that will be happened after PTBA = UNTR Ftr _ From: obrolan-bandar@ yahoogroups. com [mailto:obrolan- [EMAIL PROTECTED] ps.com] On Behalf Of Lee Cwan Yeuw Sent: Friday, September 28, 2007 1:12 PM To: obrolan-bandar@ yahoogroups. com Subject: Re: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal=LCY sent 2 month ago I sent this story 2 month ago. check it. the story is for the junk stock for the good stock like this Grandfa... They (don'T) know. include ANTM TP 1400.? When people (monkey in story) selltheir antm. Other buy antm at low price Now..people (monkey in story) must buy in the high hi..hi...hi. .. So, as analyst..they must keep their reputation. remember my TP PGAS= !!.))). Now [EMAIL PROTECTED]))). Don't remember their TP ANTM = 1.400 - Original Message From: jsx_consultant jsx-consultant@ centrin.net. id To: obrolan-bandar@ yahoogroups. com Sent: Thursday, 27 September 2007 8:32:59 Subject: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal Embah jadi bertanya-tanya, apakah seorang direktur perusahaan sekuritas TIDAK tahu atau PURA2 tidak tahu kalo sekuritasnya dipakai oleh para PENGGORENG saham ?. --- In obrolan-bandar@ mailto:obrolan-bandar%40yahoogroups.com yahoogroups. com, Kancil Cirebon [EMAIL PROTECTED] .. wrote: Filisofi Pasar Modal Oleh: Lily Widjaja* 24/09/2007 01:42:47 WIB JAKARTA , Investor Daily Beberapa waktu lalu saya mendapat surat elektronik (e-mail) dari seorang konsultan keuangan (lihat artikel di bawah). Menarik, karena e-mail tersebut datang dari seorang konsultan keuangan yang beraktivitas di pasar modal. Judul e-mail tersebut adalah Philisophy of the Stock Market atau Filisofi Pasar Saham. Isinya begini: Sekali peristiwa di sebuah desa, muncullah seorang tuan yang mengumumkan kepada para penghuni desa bahwa dia akan membeli monyet dengan harga 10 Ringgit per ekor. Para penghuni desa yang melihat banyak monyet di hutan bersegera keluar dan mulai menangkap monyet-monyet itu. Tuan itu membeli beribu-ribu ekor monyet dengan harga 10 Ringgit. Ketika persediaan monyet mulai menurun dan para penghuni desa mulai menghentikan usaha mereka, dia mengumumkan bahwa sekarang dia akan membeli monyet pada harga 20 Ringgit per ekor. Para penghuni desa tergerak, dan mereka mulai menangkap monyet lagi. Persediaan monyet pun semakin menurun dan mereka kembali ke kebun. Harga penawaran kemudian dinaikkan menjadi 25 Ringgit per ekor. Karena persediaan monyet sedemikian langka maka diperlukan upaya lebih keras dari sebelumnya. Tak berapa lama Tuan itu mengumumkan bahwa dia akan membeli monyet pada harga 50 Ringgit per ekor. Tapi berhubung dia harus ke kota untuk urusan bisnis, maka asistennya yang diserahi tugas untuk kepentingannya. Ketika Tuan itu sudah pergi, asisten itu berkata kepada para penghuni desa: Lihatlah monyet-monyet di kandang besar yang telah dikumpulkan oleh Tuan. Saya akan menjual monyet-monyet kepada Anda seharga 35 Ringgit per ekor, dan ketika Tuan kembali, Anda bisa menjual kepadanya dengan harga 50 Ringgit per ekor. Terjadilah antre panjang para penghuni desa untuk membeli monyet dengan seluruh tabungan yang ada pada mereka. Ternyata setelah itu, baik asisten maupun Tuan lenyap tak berbekas, sementara monyet- monyet ada di mana-mana! Persepsi Jadi Realitas Persepsi menjadi kenyataan (perception becomes reality) adalah ungkapan paling tepat untuk menggambarkan kisah tersebut di atas. Kisah di atas bisa mewakili apa yang sering terjadi di pasar modal. Belum lama ini pasar modal kita dihebohkan dengan kasus gagal bayar antarpialang atas transaksi suatu saham dengan nilai lebih dari Rp 200 miliar. Dalam hitungan bulan, harga saham ini bergerak spektakuler, dari di bawah Rp100 menjadi di atas Rp 4.000. Nilai transaksi yang
[obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal=LCY sent 2 month ago
Pak LCY, punya info DEWA gak? mo dibawa ke berapa??? apa bisa sampe !.))) sampe akhir taon? ato malah di $.)) aja? Thengkiu Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! FareChase. http://farechase.yahoo.com/
Re: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal=LCY sent 2 month ago
see II maintain new issuer - Original Message From: Syarif [EMAIL PROTECTED] To: obrolan-bandar@yahoogroups.com Sent: Friday, 28 September 2007 2:00:19 Subject: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal=LCY sent 2 month ago Pak LCY, punya info DEWA gak? mo dibawa ke berapa??? apa bisa sampe !.))) sampe akhir taon? ato malah di $.)) aja? Thengkiu _ _ _ _ _ _ Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! FareChase. http://farechase. yahoo.com/ !-- #ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:arial, helvetica, clean, sans-serif;} #ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;} #ygrp-mlmsg select, input, textarea {font:99% arial, helvetica, clean, sans-serif;} #ygrp-mlmsg pre, code {font:115% monospace;} #ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;} #ygrp-text{ font-family:Georgia; } #ygrp-text p{ margin:0 0 1em 0;} #ygrp-tpmsgs{ font-family:Arial; clear:both;} #ygrp-vitnav{ padding-top:10px;font-family:Verdana;font-size:77%;margin:0;} #ygrp-vitnav a{ padding:0 1px;} #ygrp-actbar{ clear:both;margin:25px 0;white-space:nowrap;color:#666;text-align:right;} #ygrp-actbar .left{ float:left;white-space:nowrap;} .bld{font-weight:bold;} #ygrp-grft{ font-family:Verdana;font-size:77%;padding:15px 0;} #ygrp-ft{ font-family:verdana;font-size:77%;border-top:1px solid #666; padding:5px 0; } #ygrp-mlmsg #logo{ padding-bottom:10px;} #ygrp-vital{ background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;padding:2px 0 8px 8px;} #ygrp-vital #vithd{ font-size:77%;font-family:Verdana;font-weight:bold;color:#333;text-transform:uppercase;} #ygrp-vital ul{ padding:0;margin:2px 0;} #ygrp-vital ul li{ list-style-type:none;clear:both;border:1px solid #e0ecee; } #ygrp-vital ul li .ct{ font-weight:bold;color:#ff7900;float:right;width:2em;text-align:right;padding-right:.5em;} #ygrp-vital ul li .cat{ font-weight:bold;} #ygrp-vital a { text-decoration:none;} #ygrp-vital a:hover{ text-decoration:underline;} #ygrp-sponsor #hd{ color:#999;font-size:77%;} #ygrp-sponsor #ov{ padding:6px 13px;background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;} #ygrp-sponsor #ov ul{ padding:0 0 0 8px;margin:0;} #ygrp-sponsor #ov li{ list-style-type:square;padding:6px 0;font-size:77%;} #ygrp-sponsor #ov li a{ text-decoration:none;font-size:130%;} #ygrp-sponsor #nc { background-color:#eee;margin-bottom:20px;padding:0 8px;} #ygrp-sponsor .ad{ padding:8px 0;} #ygrp-sponsor .ad #hd1{ font-family:Arial;font-weight:bold;color:#628c2a;font-size:100%;line-height:122%;} #ygrp-sponsor .ad a{ text-decoration:none;} #ygrp-sponsor .ad a:hover{ text-decoration:underline;} #ygrp-sponsor .ad p{ margin:0;} o {font-size:0;} .MsoNormal { margin:0 0 0 0;} #ygrp-text tt{ font-size:120%;} blockquote{margin:0 0 0 4px;} .replbq {margin:4;} -- __ Yahoo! Movies - Search movie info and celeb profiles and photos. http://sg.movies.yahoo.com/
[obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal
Embah jadi bertanya-tanya, apakah seorang direktur perusahaan sekuritas TIDAK tahu atau PURA2 tidak tahu kalo sekuritasnya dipakai oleh para PENGGORENG saham ?. --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, Kancil Cirebon [EMAIL PROTECTED] wrote: Filisofi Pasar Modal Oleh: Lily Widjaja* 24/09/2007 01:42:47 WIB JAKARTA, Investor Daily Beberapa waktu lalu saya mendapat surat elektronik (e-mail) dari seorang konsultan keuangan (lihat artikel di bawah). Menarik, karena e-mail tersebut datang dari seorang konsultan keuangan yang beraktivitas di pasar modal. Judul e-mail tersebut adalah Philisophy of the Stock Market atau Filisofi Pasar Saham. Isinya begini: Sekali peristiwa di sebuah desa, muncullah seorang tuan yang mengumumkan kepada para penghuni desa bahwa dia akan membeli monyet dengan harga 10 Ringgit per ekor. Para penghuni desa yang melihat banyak monyet di hutan bersegera keluar dan mulai menangkap monyet-monyet itu. Tuan itu membeli beribu-ribu ekor monyet dengan harga 10 Ringgit. Ketika persediaan monyet mulai menurun dan para penghuni desa mulai menghentikan usaha mereka, dia mengumumkan bahwa sekarang dia akan membeli monyet pada harga 20 Ringgit per ekor. Para penghuni desa tergerak, dan mereka mulai menangkap monyet lagi. Persediaan monyet pun semakin menurun dan mereka kembali ke kebun. Harga penawaran kemudian dinaikkan menjadi 25 Ringgit per ekor. Karena persediaan monyet sedemikian langka maka diperlukan upaya lebih keras dari sebelumnya. Tak berapa lama Tuan itu mengumumkan bahwa dia akan membeli monyet pada harga 50 Ringgit per ekor. Tapi berhubung dia harus ke kota untuk urusan bisnis, maka asistennya yang diserahi tugas untuk kepentingannya. Ketika Tuan itu sudah pergi, asisten itu berkata kepada para penghuni desa: Lihatlah monyet-monyet di kandang besar yang telah dikumpulkan oleh Tuan. Saya akan menjual monyet-monyet kepada Anda seharga 35 Ringgit per ekor, dan ketika Tuan kembali, Anda bisa menjual kepadanya dengan harga 50 Ringgit per ekor. Terjadilah antre panjang para penghuni desa untuk membeli monyet dengan seluruh tabungan yang ada pada mereka. Ternyata setelah itu, baik asisten maupun Tuan lenyap tak berbekas, sementara monyet- monyet ada di mana-mana! Persepsi Jadi Realitas Persepsi menjadi kenyataan (perception becomes reality) adalah ungkapan paling tepat untuk menggambarkan kisah tersebut di atas. Kisah di atas bisa mewakili apa yang sering terjadi di pasar modal. Belum lama ini pasar modal kita dihebohkan dengan kasus gagal bayar antarpialang atas transaksi suatu saham dengan nilai lebih dari Rp 200 miliar. Dalam hitungan bulan, harga saham ini bergerak spektakuler, dari di bawah Rp100 menjadi di atas Rp 4.000. Nilai transaksi yang terjadi setiap hari pun tidak tanggung-tanggung, pernah mencapai di atas Rp 1 triliun. Para pelaku pasar pun berdecak dan senang. Tapi tidak sedikit juga yang cemas. Mereka senang, karena dengan pergerakan harga yang naik luar biasa mereka akan memperoleh keuntungan yang substansial. Namun, mereka cemas kalau-kalau harga keburu turun sementara mereka belum sempat menjual kembali apa yang telah mereka beli pada harga tinggi. Cemas karena mereka tahu bahwa penurunan harga, cepat atau lambat tetap akan terjadi, namun kapan persisnya, semuanya tak bisa memperkirakan. Apa yang dicemaskan kemudian benar-benar terjadi. Harga saham menukik tajam sampai suspensi oleh Otoritas Bursa pada level sekitar Rp 2.000. Ada yang memang meraup untung karena sempat menjual di atas harga beli, tapi ada juga yang rugi besar, karena telanjur membeli pada harga tinggi dan belum sempat menjual kembali. Penggorengan Saham Ada istilah yang populer di pasar modal kita yakni saham gorengan, dengan pelakunya disebut penggoreng saham atau tukang goreng saham. Menarik, bukan? Ternyata bukan hanya pisang yang bisa digoreng, saham pun bisa. Artinya saham bisa diberi bumbu dengan berbagai informasi menarik dan menjanjikan untuk menciptakan persepsi bahwa saham itu memang bagus dan banyak peminat. Lalu harga semakin naik seiring naiknya permintaan dan turunnya persediaan. Setelah harga naik tinggi, penggoreng saham mulai menjual sahamnya pada harga tinggi tersebut. Akibatnya, pasar mulai dibanjiri saham tersebut dan harga mulai turun drastis. Dalam hal ini penggoreng saham tidak bekerja sendiri, melainkan memiliki kaki- tangan yang membantunya. Mirip cerita monyet di atas, bukan? Goreng -menggoreng saham sering terjadi di pasar modal kita. Itulah yang sering memberi kesan bahwa pasar modal merupakan tempat berjudi. Sayangnya, istilah 'main saham' yang telanjur lumrah ini memberi konotasi negatif atas suatu aktivitas investasi keuangan. Lalu, apakah memang demikian cermin pasar saham yang seharusnya? Jawabannya, tentu saja tidak. Contoh di atas menggambarkan penyimpangan pada aktivitas pasar modal yang bermartabat. Hakikatnya, investasi pada saham suatu perusahaan memungkinkan
Re: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal
Ya pasti pura2 ngga tau lah. Gmn jg kan fee mengalahkan idealisme yang digembar-gemborkan. Hehehe. jsx_consultant [EMAIL PROTECTED] wrote: Embah jadi bertanya-tanya, apakah seorang direktur perusahaan sekuritas TIDAK tahu atau PURA2 tidak tahu kalo sekuritasnya dipakai oleh para PENGGORENG saham ?. --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, Kancil Cirebon [EMAIL PROTECTED] wrote: Filisofi Pasar Modal Oleh: Lily Widjaja* 24/09/2007 01:42:47 WIB JAKARTA, Investor Daily Beberapa waktu lalu saya mendapat surat elektronik (e-mail) dari seorang konsultan keuangan (lihat artikel di bawah). Menarik, karena e-mail tersebut datang dari seorang konsultan keuangan yang beraktivitas di pasar modal. Judul e-mail tersebut adalah Philisophy of the Stock Market atau Filisofi Pasar Saham. Isinya begini: Sekali peristiwa di sebuah desa, muncullah seorang tuan yang mengumumkan kepada para penghuni desa bahwa dia akan membeli monyet dengan harga 10 Ringgit per ekor. Para penghuni desa yang melihat banyak monyet di hutan bersegera keluar dan mulai menangkap monyet-monyet itu. Tuan itu membeli beribu-ribu ekor monyet dengan harga 10 Ringgit. Ketika persediaan monyet mulai menurun dan para penghuni desa mulai menghentikan usaha mereka, dia mengumumkan bahwa sekarang dia akan membeli monyet pada harga 20 Ringgit per ekor. Para penghuni desa tergerak, dan mereka mulai menangkap monyet lagi. Persediaan monyet pun semakin menurun dan mereka kembali ke kebun. Harga penawaran kemudian dinaikkan menjadi 25 Ringgit per ekor. Karena persediaan monyet sedemikian langka maka diperlukan upaya lebih keras dari sebelumnya. Tak berapa lama Tuan itu mengumumkan bahwa dia akan membeli monyet pada harga 50 Ringgit per ekor. Tapi berhubung dia harus ke kota untuk urusan bisnis, maka asistennya yang diserahi tugas untuk kepentingannya. Ketika Tuan itu sudah pergi, asisten itu berkata kepada para penghuni desa: Lihatlah monyet-monyet di kandang besar yang telah dikumpulkan oleh Tuan. Saya akan menjual monyet-monyet kepada Anda seharga 35 Ringgit per ekor, dan ketika Tuan kembali, Anda bisa menjual kepadanya dengan harga 50 Ringgit per ekor. Terjadilah antre panjang para penghuni desa untuk membeli monyet dengan seluruh tabungan yang ada pada mereka. Ternyata setelah itu, baik asisten maupun Tuan lenyap tak berbekas, sementara monyet- monyet ada di mana-mana! Persepsi Jadi Realitas Persepsi menjadi kenyataan (perception becomes reality) adalah ungkapan paling tepat untuk menggambarkan kisah tersebut di atas. Kisah di atas bisa mewakili apa yang sering terjadi di pasar modal. Belum lama ini pasar modal kita dihebohkan dengan kasus gagal bayar antarpialang atas transaksi suatu saham dengan nilai lebih dari Rp 200 miliar. Dalam hitungan bulan, harga saham ini bergerak spektakuler, dari di bawah Rp100 menjadi di atas Rp 4.000. Nilai transaksi yang terjadi setiap hari pun tidak tanggung-tanggung, pernah mencapai di atas Rp 1 triliun. Para pelaku pasar pun berdecak dan senang. Tapi tidak sedikit juga yang cemas. Mereka senang, karena dengan pergerakan harga yang naik luar biasa mereka akan memperoleh keuntungan yang substansial. Namun, mereka cemas kalau-kalau harga keburu turun sementara mereka belum sempat menjual kembali apa yang telah mereka beli pada harga tinggi. Cemas karena mereka tahu bahwa penurunan harga, cepat atau lambat tetap akan terjadi, namun kapan persisnya, semuanya tak bisa memperkirakan. Apa yang dicemaskan kemudian benar-benar terjadi. Harga saham menukik tajam sampai suspensi oleh Otoritas Bursa pada level sekitar Rp 2.000. Ada yang memang meraup untung karena sempat menjual di atas harga beli, tapi ada juga yang rugi besar, karena telanjur membeli pada harga tinggi dan belum sempat menjual kembali. Penggorengan Saham Ada istilah yang populer di pasar modal kita yakni saham gorengan, dengan pelakunya disebut penggoreng saham atau tukang goreng saham. Menarik, bukan? Ternyata bukan hanya pisang yang bisa digoreng, saham pun bisa. Artinya saham bisa diberi bumbu dengan berbagai informasi menarik dan menjanjikan untuk menciptakan persepsi bahwa saham itu memang bagus dan banyak peminat. Lalu harga semakin naik seiring naiknya permintaan dan turunnya persediaan. Setelah harga naik tinggi, penggoreng saham mulai menjual sahamnya pada harga tinggi tersebut. Akibatnya, pasar mulai dibanjiri saham tersebut dan harga mulai turun drastis. Dalam hal ini penggoreng saham tidak bekerja sendiri, melainkan memiliki kaki- tangan yang membantunya. Mirip cerita monyet di atas, bukan? Goreng -menggoreng saham sering terjadi di pasar modal kita. Itulah yang sering memberi kesan bahwa pasar modal merupakan tempat berjudi. Sayangnya, istilah 'main saham' yang telanjur lumrah ini memberi konotasi negatif atas suatu aktivitas investasi keuangan. Lalu, apakah memang demikian cermin pasar saham yang seharusnya? Jawabannya, tentu saja tidak. Contoh di
Re: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal
Iya nih Embah. Seharusnya... Sesama pedagang monyet dilarang saling melarang dong. jsx_consultant [EMAIL PROTECTED] wrote: Embah jadi bertanya-tanya, apakah seorang direktur perusahaan sekuritas TIDAK tahu atau PURA2 tidak tahu kalo sekuritasnya dipakai oleh para PENGGORENG saham ?. --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, Kancil Cirebon [EMAIL PROTECTED] wrote: Filisofi Pasar Modal Oleh: Lily Widjaja* 24/09/2007 01:42:47 WIB JAKARTA, Investor Daily Beberapa waktu lalu saya mendapat surat elektronik (e-mail) dari seorang konsultan keuangan (lihat artikel di bawah). Menarik, karena e-mail tersebut datang dari seorang konsultan keuangan yang beraktivitas di pasar modal. Judul e-mail tersebut adalah Philisophy of the Stock Market atau Filisofi Pasar Saham. Isinya begini: Sekali peristiwa di sebuah desa, muncullah seorang tuan yang mengumumkan kepada para penghuni desa bahwa dia akan membeli monyet dengan harga 10 Ringgit per ekor. Para penghuni desa yang melihat banyak monyet di hutan bersegera keluar dan mulai menangkap monyet-monyet itu. Tuan itu membeli beribu-ribu ekor monyet dengan harga 10 Ringgit. Ketika persediaan monyet mulai menurun dan para penghuni desa mulai menghentikan usaha mereka, dia mengumumkan bahwa sekarang dia akan membeli monyet pada harga 20 Ringgit per ekor. Para penghuni desa tergerak, dan mereka mulai menangkap monyet lagi. Persediaan monyet pun semakin menurun dan mereka kembali ke kebun. Harga penawaran kemudian dinaikkan menjadi 25 Ringgit per ekor. Karena persediaan monyet sedemikian langka maka diperlukan upaya lebih keras dari sebelumnya. Tak berapa lama Tuan itu mengumumkan bahwa dia akan membeli monyet pada harga 50 Ringgit per ekor. Tapi berhubung dia harus ke kota untuk urusan bisnis, maka asistennya yang diserahi tugas untuk kepentingannya. Ketika Tuan itu sudah pergi, asisten itu berkata kepada para penghuni desa: Lihatlah monyet-monyet di kandang besar yang telah dikumpulkan oleh Tuan. Saya akan menjual monyet-monyet kepada Anda seharga 35 Ringgit per ekor, dan ketika Tuan kembali, Anda bisa menjual kepadanya dengan harga 50 Ringgit per ekor. Terjadilah antre panjang para penghuni desa untuk membeli monyet dengan seluruh tabungan yang ada pada mereka. Ternyata setelah itu, baik asisten maupun Tuan lenyap tak berbekas, sementara monyet- monyet ada di mana-mana! Persepsi Jadi Realitas Persepsi menjadi kenyataan (perception becomes reality) adalah ungkapan paling tepat untuk menggambarkan kisah tersebut di atas. Kisah di atas bisa mewakili apa yang sering terjadi di pasar modal. Belum lama ini pasar modal kita dihebohkan dengan kasus gagal bayar antarpialang atas transaksi suatu saham dengan nilai lebih dari Rp 200 miliar. Dalam hitungan bulan, harga saham ini bergerak spektakuler, dari di bawah Rp100 menjadi di atas Rp 4.000. Nilai transaksi yang terjadi setiap hari pun tidak tanggung-tanggung, pernah mencapai di atas Rp 1 triliun. Para pelaku pasar pun berdecak dan senang. Tapi tidak sedikit juga yang cemas. Mereka senang, karena dengan pergerakan harga yang naik luar biasa mereka akan memperoleh keuntungan yang substansial. Namun, mereka cemas kalau-kalau harga keburu turun sementara mereka belum sempat menjual kembali apa yang telah mereka beli pada harga tinggi. Cemas karena mereka tahu bahwa penurunan harga, cepat atau lambat tetap akan terjadi, namun kapan persisnya, semuanya tak bisa memperkirakan. Apa yang dicemaskan kemudian benar-benar terjadi. Harga saham menukik tajam sampai suspensi oleh Otoritas Bursa pada level sekitar Rp 2.000. Ada yang memang meraup untung karena sempat menjual di atas harga beli, tapi ada juga yang rugi besar, karena telanjur membeli pada harga tinggi dan belum sempat menjual kembali. Penggorengan Saham Ada istilah yang populer di pasar modal kita yakni saham gorengan, dengan pelakunya disebut penggoreng saham atau tukang goreng saham. Menarik, bukan? Ternyata bukan hanya pisang yang bisa digoreng, saham pun bisa. Artinya saham bisa diberi bumbu dengan berbagai informasi menarik dan menjanjikan untuk menciptakan persepsi bahwa saham itu memang bagus dan banyak peminat. Lalu harga semakin naik seiring naiknya permintaan dan turunnya persediaan. Setelah harga naik tinggi, penggoreng saham mulai menjual sahamnya pada harga tinggi tersebut. Akibatnya, pasar mulai dibanjiri saham tersebut dan harga mulai turun drastis. Dalam hal ini penggoreng saham tidak bekerja sendiri, melainkan memiliki kaki- tangan yang membantunya. Mirip cerita monyet di atas, bukan? Goreng -menggoreng saham sering terjadi di pasar modal kita. Itulah yang sering memberi kesan bahwa pasar modal merupakan tempat berjudi. Sayangnya, istilah 'main saham' yang telanjur lumrah ini memberi konotasi negatif atas suatu aktivitas investasi keuangan. Lalu,
Hal: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal
Kalo crita tersebut benar adanya, kok jadi gak jauh beda ya mbah Pasar Modal kita dijadikan arena judi Jackpot atau judi apa namanya Dan kok rasanya kaya gak mungkin orang-orang yang kompeten di bej gak tau, mestinya tau dan mengerti, cuma beliau2 kan juga manusia yang tdk akan pernah menolak uang he he apalagi mereka jg masih sekelas tenaga gajian sapa sih yg gak mau uang Ampun mbah kalo salah presepsi Nuwun - Pesan Asli Dari: jsx_consultant [EMAIL PROTECTED] Kepada: obrolan-bandar@yahoogroups.com Terkirim: Kamis, 27 September, 2007 8:32:59 Topik: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal Embah jadi bertanya-tanya, apakah seorang direktur perusahaan sekuritas TIDAK tahu atau PURA2 tidak tahu kalo sekuritasnya dipakai oleh para PENGGORENG saham ?. --- In obrolan-bandar@ yahoogroups. com, Kancil Cirebon [EMAIL PROTECTED] .. wrote: Filisofi Pasar Modal Oleh: Lily Widjaja* 24/09/2007 01:42:47 WIB JAKARTA, Investor Daily Beberapa waktu lalu saya mendapat surat elektronik (e-mail) dari seorang konsultan keuangan (lihat artikel di bawah). Menarik, karena e-mail tersebut datang dari seorang konsultan keuangan yang beraktivitas di pasar modal. Judul e-mail tersebut adalah Philisophy of the Stock Market atau Filisofi Pasar Saham. Isinya begini: Sekali peristiwa di sebuah desa, muncullah seorang tuan yang mengumumkan kepada para penghuni desa bahwa dia akan membeli monyet dengan harga 10 Ringgit per ekor. Para penghuni desa yang melihat banyak monyet di hutan bersegera keluar dan mulai menangkap monyet-monyet itu. Tuan itu membeli beribu-ribu ekor monyet dengan harga 10 Ringgit. Ketika persediaan monyet mulai menurun dan para penghuni desa mulai menghentikan usaha mereka, dia mengumumkan bahwa sekarang dia akan membeli monyet pada harga 20 Ringgit per ekor. Para penghuni desa tergerak, dan mereka mulai menangkap monyet lagi. Persediaan monyet pun semakin menurun dan mereka kembali ke kebun. Harga penawaran kemudian dinaikkan menjadi 25 Ringgit per ekor. Karena persediaan monyet sedemikian langka maka diperlukan upaya lebih keras dari sebelumnya. Tak berapa lama Tuan itu mengumumkan bahwa dia akan membeli monyet pada harga 50 Ringgit per ekor. Tapi berhubung dia harus ke kota untuk urusan bisnis, maka asistennya yang diserahi tugas untuk kepentingannya. Ketika Tuan itu sudah pergi, asisten itu berkata kepada para penghuni desa: Lihatlah monyet-monyet di kandang besar yang telah dikumpulkan oleh Tuan. Saya akan menjual monyet-monyet kepada Anda seharga 35 Ringgit per ekor, dan ketika Tuan kembali, Anda bisa menjual kepadanya dengan harga 50 Ringgit per ekor. Terjadilah antre panjang para penghuni desa untuk membeli monyet dengan seluruh tabungan yang ada pada mereka. Ternyata setelah itu, baik asisten maupun Tuan lenyap tak berbekas, sementara monyet- monyet ada di mana-mana! Persepsi Jadi Realitas Persepsi menjadi kenyataan (perception becomes reality) adalah ungkapan paling tepat untuk menggambarkan kisah tersebut di atas. Kisah di atas bisa mewakili apa yang sering terjadi di pasar modal. Belum lama ini pasar modal kita dihebohkan dengan kasus gagal bayar antarpialang atas transaksi suatu saham dengan nilai lebih dari Rp 200 miliar. Dalam hitungan bulan, harga saham ini bergerak spektakuler, dari di bawah Rp100 menjadi di atas Rp 4.000. Nilai transaksi yang terjadi setiap hari pun tidak tanggung-tanggung, pernah mencapai di atas Rp 1 triliun. Para pelaku pasar pun berdecak dan senang. Tapi tidak sedikit juga yang cemas. Mereka senang, karena dengan pergerakan harga yang naik luar biasa mereka akan memperoleh keuntungan yang substansial. Namun, mereka cemas kalau-kalau harga keburu turun sementara mereka belum sempat menjual kembali apa yang telah mereka beli pada harga tinggi. Cemas karena mereka tahu bahwa penurunan harga, cepat atau lambat tetap akan terjadi, namun kapan persisnya, semuanya tak bisa memperkirakan. Apa yang dicemaskan kemudian benar-benar terjadi. Harga saham menukik tajam sampai suspensi oleh Otoritas Bursa pada level sekitar Rp 2.000. Ada yang memang meraup untung karena sempat menjual di atas harga beli, tapi ada juga yang rugi besar, karena telanjur membeli pada harga tinggi dan belum sempat menjual kembali. Penggorengan Saham Ada istilah yang populer di pasar modal kita yakni saham gorengan, dengan pelakunya disebut penggoreng saham atau tukang goreng saham. Menarik, bukan? Ternyata bukan hanya pisang yang bisa digoreng, saham pun bisa. Artinya saham bisa diberi bumbu dengan berbagai informasi menarik dan menjanjikan untuk menciptakan persepsi bahwa saham itu memang bagus dan banyak peminat. Lalu harga semakin naik seiring naiknya permintaan dan turunnya persediaan. Setelah harga naik tinggi, penggoreng saham mulai menjual sahamnya pada harga tinggi tersebut. Akibatnya, pasar mulai dibanjiri saham tersebut dan harga mulai turun drastis. Dalam hal ini penggoreng saham tidak bekerja sendiri
[obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal
Harusnya jangan boss sekuritas yg kritik spt itu, mestinya para retailer yg independen spt Mbah. Akan jadi hipokrit kelihatannya, toh ML juga sempat 2x bikin analisis nakut2in pasar dg men-discount TP ANTM ke harga tidak masuk akal. Kelakuan sekuritas spt itu termasuk 'kurang bermartabat'. --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, jsx_consultant [EMAIL PROTECTED] wrote: Embah jadi bertanya-tanya, apakah seorang direktur perusahaan sekuritas TIDAK tahu atau PURA2 tidak tahu kalo sekuritasnya dipakai oleh para PENGGORENG saham ?. --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, Kancil Cirebon kancilcbn@ wrote: Filisofi Pasar Modal Oleh: Lily Widjaja* 24/09/2007 01:42:47 WIB JAKARTA, Investor Daily Beberapa waktu lalu saya mendapat surat elektronik (e-mail) dari seorang konsultan keuangan (lihat artikel di bawah). Menarik, karena e-mail tersebut datang dari seorang konsultan keuangan yang beraktivitas di pasar modal. Judul e-mail tersebut adalah Philisophy of the Stock Market atau Filisofi Pasar Saham. Isinya begini: Sekali peristiwa di sebuah desa, muncullah seorang tuan yang mengumumkan kepada para penghuni desa bahwa dia akan membeli monyet dengan harga 10 Ringgit per ekor. Para penghuni desa yang melihat banyak monyet di hutan bersegera keluar dan mulai menangkap monyet-monyet itu. Tuan itu membeli beribu-ribu ekor monyet dengan harga 10 Ringgit. Ketika persediaan monyet mulai menurun dan para penghuni desa mulai menghentikan usaha mereka, dia mengumumkan bahwa sekarang dia akan membeli monyet pada harga 20 Ringgit per ekor. Para penghuni desa tergerak, dan mereka mulai menangkap monyet lagi. Persediaan monyet pun semakin menurun dan mereka kembali ke kebun. Harga penawaran kemudian dinaikkan menjadi 25 Ringgit per ekor. Karena persediaan monyet sedemikian langka maka diperlukan upaya lebih keras dari sebelumnya. Tak berapa lama Tuan itu mengumumkan bahwa dia akan membeli monyet pada harga 50 Ringgit per ekor. Tapi berhubung dia harus ke kota untuk urusan bisnis, maka asistennya yang diserahi tugas untuk kepentingannya. Ketika Tuan itu sudah pergi, asisten itu berkata kepada para penghuni desa: Lihatlah monyet-monyet di kandang besar yang telah dikumpulkan oleh Tuan. Saya akan menjual monyet-monyet kepada Anda seharga 35 Ringgit per ekor, dan ketika Tuan kembali, Anda bisa menjual kepadanya dengan harga 50 Ringgit per ekor. Terjadilah antre panjang para penghuni desa untuk membeli monyet dengan seluruh tabungan yang ada pada mereka. Ternyata setelah itu, baik asisten maupun Tuan lenyap tak berbekas, sementara monyet- monyet ada di mana-mana! Persepsi Jadi Realitas Persepsi menjadi kenyataan (perception becomes reality) adalah ungkapan paling tepat untuk menggambarkan kisah tersebut di atas. Kisah di atas bisa mewakili apa yang sering terjadi di pasar modal. Belum lama ini pasar modal kita dihebohkan dengan kasus gagal bayar antarpialang atas transaksi suatu saham dengan nilai lebih dari Rp 200 miliar. Dalam hitungan bulan, harga saham ini bergerak spektakuler, dari di bawah Rp100 menjadi di atas Rp 4.000. Nilai transaksi yang terjadi setiap hari pun tidak tanggung-tanggung, pernah mencapai di atas Rp 1 triliun. Para pelaku pasar pun berdecak dan senang. Tapi tidak sedikit juga yang cemas. Mereka senang, karena dengan pergerakan harga yang naik luar biasa mereka akan memperoleh keuntungan yang substansial. Namun, mereka cemas kalau-kalau harga keburu turun sementara mereka belum sempat menjual kembali apa yang telah mereka beli pada harga tinggi. Cemas karena mereka tahu bahwa penurunan harga, cepat atau lambat tetap akan terjadi, namun kapan persisnya, semuanya tak bisa memperkirakan. Apa yang dicemaskan kemudian benar-benar terjadi. Harga saham menukik tajam sampai suspensi oleh Otoritas Bursa pada level sekitar Rp 2.000. Ada yang memang meraup untung karena sempat menjual di atas harga beli, tapi ada juga yang rugi besar, karena telanjur membeli pada harga tinggi dan belum sempat menjual kembali. Penggorengan Saham Ada istilah yang populer di pasar modal kita yakni saham gorengan, dengan pelakunya disebut penggoreng saham atau tukang goreng saham. Menarik, bukan? Ternyata bukan hanya pisang yang bisa digoreng, saham pun bisa. Artinya saham bisa diberi bumbu dengan berbagai informasi menarik dan menjanjikan untuk menciptakan persepsi bahwa saham itu memang bagus dan banyak peminat. Lalu harga semakin naik seiring naiknya permintaan dan turunnya persediaan. Setelah harga naik tinggi, penggoreng saham mulai menjual sahamnya pada harga tinggi tersebut. Akibatnya, pasar mulai dibanjiri saham tersebut dan harga mulai turun drastis. Dalam hal ini penggoreng saham tidak bekerja sendiri, melainkan memiliki kaki- tangan yang membantunya. Mirip cerita monyet di atas, bukan? Goreng -menggoreng saham sering terjadi di pasar modal kita. Itulah yang sering memberi kesan bahwa pasar modal merupakan tempat berjudi.
Re: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal
Cerita2an Pedagang Saham Nikel dan Emas.. Kalo Ibu Lily Widjaja menceritakan tentang kisah pedagang monyet... berikut sekilas Pedagang Nikel dan Emas.. Waktu itu datang seorang pedagang nikel dan emas yang sangat di segani, ia sudah berpengalaman, nama besarnya bagus sekali.. Ia tau bahwa harga saham nikel akan naik.. tapi ia belum mempunyai banyak saham.. Ia pun berpikir bagaimana mendapatkan untung dari saham yang bakal melejit harganya di masa mendatang.. Alkisah ia kemudian menyuruh analisnya mendowngrade saham nikel tersebut ke 1500 dengan alasan ketidakjelasan dimana2.. apa yang terjadi ? saham tersebut ternyata tidak turun2.. malah naik.. karena apa ? Saham tersebut mempunyai fundamental yang bagus.. dan ada Corporate Action yang jelas.. akhirnya analisnya membuat riset baru dengan suruh menjual tanpa target price.. Kebetulan indeks naik.. akhirnya dengan sangat terpaksa Pedagang saham nikel itu membeli juga di pasar, walau hanya sedikit.. yang mau di tekankan di sini apa pedagang saham nikel itu sama dengan pedagang saham nikel ? Jangan percaya 100% apapun yang anda dengar .. saring2 dulu semua.. analisa, cari informasi sebanyak mungkin Luggage? GPS? Comic books? Check out fitting gifts for grads at Yahoo! Search http://search.yahoo.com/search?fr=oni_on_mailp=graduation+giftscs=bz
[obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal
Bandar yang aneh dan kampung yang lebih aneh, kenapa harus monyet yang dibikin sasaran dagang, bukannya rusa, kelinci atau sapi yang sudah jelas manfaatnya Tapi untuk tukang TA masih bisa untung, beli 35 ringgit lalu jual 40 - 45 ringgit saat orang belum sadar si Tuan tadi itu tidak akan pernah datang lagi. Kalo perlu monyet itu dishort sell:D Ini tergantung kemampuan trader membaca gelagat market.. Selalu ada sisi positif nya... Yang penting kita tidak membeli monyet dalam karung... --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, Kancil Cirebon [EMAIL PROTECTED] wrote: Filisofi Pasar Modal Oleh: Lily Widjaja* 24/09/2007 01:42:47 WIB JAKARTA, Investor Daily Beberapa waktu lalu saya mendapat surat elektronik (e-mail) dari seorang konsultan keuangan (lihat artikel di bawah). Menarik, karena e-mail tersebut datang dari seorang konsultan keuangan yang beraktivitas di pasar modal. Judul e-mail tersebut adalah Philisophy of the Stock Market atau Filisofi Pasar Saham. Isinya begini: Sekali peristiwa di sebuah desa, muncullah seorang tuan yang mengumumkan kepada para penghuni desa bahwa dia akan membeli monyet dengan harga 10 Ringgit per ekor. Para penghuni desa yang melihat banyak monyet di hutan bersegera keluar dan mulai menangkap monyet-monyet itu. Tuan itu membeli beribu-ribu ekor monyet dengan harga 10 Ringgit. Ketika persediaan monyet mulai menurun dan para penghuni desa mulai menghentikan usaha mereka, dia mengumumkan bahwa sekarang dia akan membeli monyet pada harga 20 Ringgit per ekor. Para penghuni desa tergerak, dan mereka mulai menangkap monyet lagi. Persediaan monyet pun semakin menurun dan mereka kembali ke kebun. Harga penawaran kemudian dinaikkan menjadi 25 Ringgit per ekor. Karena persediaan monyet sedemikian langka maka diperlukan upaya lebih keras dari sebelumnya. Tak berapa lama Tuan itu mengumumkan bahwa dia akan membeli monyet pada harga 50 Ringgit per ekor. Tapi berhubung dia harus ke kota untuk urusan bisnis, maka asistennya yang diserahi tugas untuk kepentingannya.
Re: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal
PURA-PURA TIDAK TAHU May God Bless Us Always Bozz - Original Message - From: jsx_consultant [EMAIL PROTECTED] To: obrolan-bandar@yahoogroups.com Sent: Thursday, September 27, 2007 6:32 AM Subject: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal Embah jadi bertanya-tanya, apakah seorang direktur perusahaan sekuritas TIDAK tahu atau PURA2 tidak tahu kalo sekuritasnya dipakai oleh para PENGGORENG saham ?.
RE: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal
Karena monyet obat kuat Pa Helmi, hehehe... From: obrolan-bandar@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Helmi S Sent: 28 September 2007 5:22 To: obrolan-bandar@yahoogroups.com Subject: [obrolan-bandar] Re: Filosofi Pasar Modal Bandar yang aneh dan kampung yang lebih aneh, kenapa harus monyet yang dibikin sasaran dagang, bukannya rusa, kelinci atau sapi yang sudah jelas manfaatnya Tapi untuk tukang TA masih bisa untung, beli 35 ringgit lalu jual 40 - 45 ringgit saat orang belum sadar si Tuan tadi itu tidak akan pernah datang lagi. Kalo perlu monyet itu dishort sell:D Ini tergantung kemampuan trader membaca gelagat market.. Selalu ada sisi positif nya... Yang penting kita tidak membeli monyet dalam karung... --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com mailto:obrolan-bandar%40yahoogroups.com , Kancil Cirebon [EMAIL PROTECTED] wrote: Filisofi Pasar Modal Oleh: Lily Widjaja* 24/09/2007 01:42:47 WIB JAKARTA, Investor Daily Beberapa waktu lalu saya mendapat surat elektronik (e-mail) dari seorang konsultan keuangan (lihat artikel di bawah). Menarik, karena e-mail tersebut datang dari seorang konsultan keuangan yang beraktivitas di pasar modal. Judul e-mail tersebut adalah Philisophy of the Stock Market atau Filisofi Pasar Saham. Isinya begini: Sekali peristiwa di sebuah desa, muncullah seorang tuan yang mengumumkan kepada para penghuni desa bahwa dia akan membeli monyet dengan harga 10 Ringgit per ekor. Para penghuni desa yang melihat banyak monyet di hutan bersegera keluar dan mulai menangkap monyet-monyet itu. Tuan itu membeli beribu-ribu ekor monyet dengan harga 10 Ringgit. Ketika persediaan monyet mulai menurun dan para penghuni desa mulai menghentikan usaha mereka, dia mengumumkan bahwa sekarang dia akan membeli monyet pada harga 20 Ringgit per ekor. Para penghuni desa tergerak, dan mereka mulai menangkap monyet lagi. Persediaan monyet pun semakin menurun dan mereka kembali ke kebun. Harga penawaran kemudian dinaikkan menjadi 25 Ringgit per ekor. Karena persediaan monyet sedemikian langka maka diperlukan upaya lebih keras dari sebelumnya. Tak berapa lama Tuan itu mengumumkan bahwa dia akan membeli monyet pada harga 50 Ringgit per ekor. Tapi berhubung dia harus ke kota untuk urusan bisnis, maka asistennya yang diserahi tugas untuk kepentingannya. No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.488 / Virus Database: 269.13.33/1034 - Release Date: 27/09/2007 17:00 _ I am using the free version of SPAMfighter for private users. It has removed 4822 spam emails to date. Paying users do not have this message in their emails. Try SPAMfighter http://www.spamfighter.com/len for free now! image001.gifimage002.gif