Sebelun-na urang minta maap....  pengen sharing aja, gak ada niat
debat kusir. Dulu saya diajar untuk menyatakan pendapat yang logis,
boleh dari kesimpulan dulu baru pendukung atau dari data mentah trus
nyampe kesimpulan. Jadi kalau terlalu panjang narasinya mohon maaf,
cuma berusaha menyampaikan urutan secara logis dengan data pendukung.
Cuma karena ada rantai logika jadinya kan bisa di-tes, rantainya
nyambung apa nggak, atau cuma ilusi.

Saya pernah denger kalau ANTM juga pernah dual listing di ASX
(Australia), cuma impactnya ke harga saham di Indonesia sangat kecil
sekali. Saya rasa ini tepat karena memang tidak liquid. Jadi prinsip
"most traded place" menentukan harga terpenuhi ya logis jadinya. TLKM
juga begitu di NYSE (barangkali dari timingnya kadang suka beda).

Cuma kalau saya perhatikan bursa-bursa maju (Singapore, Amerika,
Australia) investor lokalnya jarang mau ambil langsung perusahaan luar
negeri. Alasannya apa? Mereka gak ada hukum yang cukup untuk memberi
hukuman bagi perusahaan luar negeri yang listing di tempat mereka
(kecuali assetnya ada di bursa itu juga). Proses hukuman paling cepat
paling juga di kick-out dari bursa, tapi reimbursement terhadap
investor yang dirugikan sering gak bisa di-enforce karena assetnya ada
di negeri orang (mo narik uang koruptor yang parkir di LN aja susah
kan...  padahal pengadilan udah bilang itu hasil korupsi).

Alasan kedua, karena informasinya mereka kurang bisa dapat (dibanding
dengan investor lokal). Siapa bandarnya, apa peraturan pemerintah
lokal tentang pelayaran, atau pertambangan, apa harus bayar royalti...
 dll. Jadi ada diskon harga.

Alasan ketiga, biasanya jumlah yang beredar juga tidak banyak, jadi
memang tidak liquid.

Dulu saya pikir kalau dual listing menguntungkan perusahaan indonesia
yang dual listing tersebut. Lama-lama saya pikir malah merugikan (buat
bangsa). Alasannya:
- Mengurangi cadangan devisa. Initial offering memang kita mendapat
sejumlah cadangan devisa (Sing Dolar atau US), dan uang itu tetap di
keep perusahaan (atau shareholder). Cuma perusahaan kan gak tetep
segitu aja harganya. Kita dual listing selalu memberikan yang terbaik
(misal BLTA, TLKM sama ANTM), cuma yang baik dari kita itu sering
dilecehkan (dengan alasan-alasan sebelumnya). Padahal setelah sekian
tahun akhirnya bertumbuh pesat kan berarti nilai perusahaan atau nilai
sahamnya akan bertambah. Skenario listing di luar negeri (SGX, ASX),
jika ANTM atau BLTA naik, investor global sedang cari saham dari
negara berkembang, kemungkinan mereka akan beli di mana? Saya sih cari
di Singapore. Artinya dollar panas mereka parkir di SGX atau ASX. Yah
kalo panas sih kurang baik ya, cuma gimana kalo mereka itu dari
Fidelity , atau mutual fund lain (apa ya namanya yang dari amerika
naekin peringkat indo bagu-baru ini?) yang punya orientasi long term.
Bukankah orang singapore yang untung punya tambahan devisa terus
(padahal perusahaannya indonesia), dan sementara itu pemerintah indo
kelimpungan nyari tambahan cadangan devisa, jual ladang minyak, jual
kuasa pertambangan, jual bangsa sendiri demi cadangan devisa?
Pantaskah? Saya kurang sreg dengan listing di luar negeri.

Alasan lain, investor global punya perusahaan sekuritas yang mapan.
Kalau mereka main saham di SGX atau ASX, tentunya mereka harus bayar
fee ke SGX dan ASX. Ada brokerage fee, etc. Bagaimana dengan
perusahaan sekuritas lokal kita. Apa akan dibiarkan bangkrut karena
investor global lebih senang menggunakan sekuritas asing di Singapore?
Ada banyak pegawai yang dipekerjakan perusahaan sekuritas lho (gak
sebanyak bank lah, cuma tapi kan lumayan untuk perbaikan ekonomi rakyat).

Saya sendiri masih long dengan BLTA, cost basis sekarang 1925, cuma
kesel aja mereka milih dual listing ke SGX. Kalo semua saham BLTA
pindah di SGX, waktu jual apa saya harus buka rekening di Singapore
baru bisa jual? Atau kalau mau beli apa saya harus buka rekening di
Singapore baru bisa beli? Gak logis kan, lha wong perusahaannya di
Indo masa mau beli harus ke singapore.

Lastly soal terawang-menerawang, saya gak tau siapa yang jual atau
beli BLTA....  saya juga investor retail gak kenal siapa-siapa di JSX,
Bapepam ataupun kantor BLTA. Annual meeting BLTA yang lalu saya gak
dateng. Saya pernah ngirim email ke website BLTA cuma gak dijawab.
Jadi yang saya sampaikan cuma teori, konspirasi teori seperti yang
pertama saya sampaikan (karena yang beredar di SGX sedikit, mereka
neken harga supaya bisa ngumpulin lebih banyak di Jakarta). Soal
mereka ini siapa ya wallahuallam lah. Bener atau nggak juga gak tau.
Namanya juga teori. (NB kalau saya meninggal minggu depan mungkin
bener dan ada yang mencoba membungkam saya....  he... he...  serem amat?)





 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/obrolan-bandar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/obrolan-bandar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke