Assalamualaikum wr.wb : Sebagian besar jamaah haji tahun ini, telah kembali pulang ke Tanah Air , termasuk beberapa anggota rantaunet . Semoga mereka meraih predikat haji mabrur yang bermanfaat, bukan saja bagi dirinya, juga bagi keluarga, masyarakat dan negeri ini.
Ibadah haji, juga memiliki aspek pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan seseorang. Dalam ibadah yang banyak menyita energi fisik itu, para jamaah dididik dan dilatih untuk menjadi "Pasukan Komando" dalam memakmurkan masjid. Dua masjid utama, yakni Masjid Al-Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah, adalah "medan latihan" yang tentu membuahkan kesan mendalam bagi setiap jamaah haji. Fungsi diklat (pendidikan dan latihan), tampak menonjol pada Masjid Nabawi melalui aktivitas yang di kalangan jamaah haji Indonesia dikenal dengan istilah shalat arba'in (shalat wajib 40 waktu). Begitu bersemangat dan gigihnya jamaah haji kita dalam melaksanakan "program arba'in" itu, hingga sering terjadi, dalam keadaan sakit pun, tetap saja mereka berusaha sekuatnya agar dapat mengikuti shalat di Masjid Nabi, bahkan jika harus berjalan kaki sekian kilometer sekalipun. Tak jarang terjadi, seseorang begitu menyesal manakala shalat arba'in yang dilakukan ternyata tidak mencapai jumlah 40 waktu. Tetapi, apakah diri kita, setelah berlatih sebagai "Pasukan Komando" dalam memakmurkan masjid di Tanah Suci, masih bersemangat dan gigih dalam memakmurkan masjid? Atau malah tidak ada rasa menyesal manakala tidak mengikuti shalat berjamaah di masjid atau mushalla? Benar, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW, "Shalat di masjidil haram senilai seratus ribu shalat, shalat di masjidku (Masjid Nabawi) senilai seribu dan di Baitul Maqdis (Masjid Al-Aqsa) senilai lima ratus (H. R. Baihaqi dari Jabir r.a.). Namun hanya semata kelipatan nilai pahala itukah kita bersemangat memakmurkan masjid di Tanah Suci, sedangkan di kampung sendiri ternyata tidak?. Wassalam : h . zul amry piliang ( mantan haji 2004 ) darul <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Assalamulaikum WW Salamiak mancogok baliak, bia sampik bana karajo, sakali-sakali silau juolah kami disiko. Baa caritokan alah saketek tantang banjir di Mina kapatangko. Dek gunuang indak ado pohon aia tajun sajo langsuang ka nan randah sahinggo nan randah kalabakan. Sawaktu ambo di Jedah dulu, hujan labek pulo dimalam hari. Sahinggo kasadoan jalan jadi banjir, dek di Arab tu kan indak ado got jalan. Apo iyo baitu kan sanak Ridwan? Wass. WW Darul St.P ----- Original Message ----- From: "ridwan m sirin" To: Sent: Friday, February 18, 2005 7:46 PM Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Baliak > Assalamua'alaikum Wr.Wb, > > Dunsanak H.M.st.Bangsawan, H.John dan dunsanak > kasadonyo dipalanta. > > Alhamdulillah kami iyo lai 2x basuo jo H.John dek izin > Allah juo..Urang RN kalau basuo didarek bantuak alah > kanal lamo dan raso badunsanak nampak bana. > > Ambo lai taruih mambukak milis RN, tapi jarang sato > bacurito dek wakatu tu bana nan sampik..tapi kini > InsyaAllah dek karajo ambo alah manurun baliak..ambo > akan banyak mancogok ka lapau. > > wassalam > --------------------------------- Do you Yahoo!? The all-new My Yahoo! – What will yours do? ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ------------------------------------------------------------ Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib ____________________________________________________