Kisah "Malin Kundang", sebuah legenda yang berasal dari Sumatera Barat. Cerita 
yang sangat terkenal dan banyak ditulis dalam bahasa Indonesia ini, juga sudah 
diterbitkan dalam bahasa Inggris di Amerika Serikat dengan penulis Murti 
Bunanta dan editor Margaret Read Mac Donald. 
Cerita ringkasnya sebagai berikut:

Di desa pelabuhan, di muara sungai Batang Arau, tinggal sebuah keluarga yang 
sangat miskin. Keluarga itu adalah sepasang suami-istri dan seorang anak laki 
bernama Malin Kundang. Walaupun Malin Kundang sangat nakal, kedua orangtuanya 
sangat sayang kepadanya. Ketika naik dewasa, sang ayah menitipkan anaknya 
kepada seorang kapten kapal agar merantau ke negeri orang, bekerja dan mengubah 
nasib. Sepeninggal Malin Kundang, kedua orangtuanya sangat sedih. Mereka selalu 
merindukan dan mendoakan agar anaknya segera pulang dengan selamat dan sukses. 
Malin Kundang yang bekerja keras itu lama-kelamaan menjadi kaya. Ditambah lagi 
beristrikan seorang perempuan yang berasal dari keluarga kaya pula. Ia sama 
sekali telah melupakan orangtuanya, dan ia pun tidak tahu bahwa ayahnya telah 
meninggal. Yang tinggal di rumah miskin di kampungnya itu hanya ibunya yang 
sudah tua. 

Pada suatu waktu ia teringat desa kelahirannya. Dengan sebuah kapal yang besar 
dan mewah, bersama istrinya ia singgah di desa kelahirannya itu. Istrinya sama 
sekali tidak mengetahui, bahwa tempat yang dikunjungi itu adalah desa masa 
kecil suaminya. Malin Kundang tidak pernah menceritakan tentang asal-usulnya, 
sebab ia takut kalau-kalau istrinya mengetahui bahwa ia berasal dari keluarga 
miskin. 
Penduduk desa pelabuhan yang dikunjungi itu terheran-heran melihat kapal besar 
dan mewah berlabuh di pinggir pantai. Mereka beramai-ramai melihat dari dekat. 
Salah seorang di antaranya mengetahui bahwa pemilik kapal itu adalah Malin 
Kundang. Ia segera menyampaikan berita gembira itu kepada ibu Malin Kundang. 
Ibunya pun segera ke pantai sambil membawa makanan kegemaran anaknya. 
Kegembiraannya meluap-luap apalagi setelah melihat goresan luka di kening Malin 
Kundang yang masih membekas. Walaupun Malin Kundang sangat tampan dan gagah, 
ibunya yakin bahwa yang berdiri di depannya sekarang adalah anak yang sangat 
dikasihinya itu. 
Tapi, apa lacur. Malin Kundang merasa dipermalukan di depan istri dan anak 
buahnya. Ia menyuruh pengawalnya untuk mengusir ibunya yang tua dan berpakaian 
dekil itu. "Aku tak pernah punya ibu yang dekil dan miskin seperti kamu! Jangan 
ngaku-ngaku ya, ibuku telah lama meninggal!" bentaknya. 
Ibu Malin Kundang menangis. Walaupun anak yang dikasihinya itu durhaka, ia 
masih mendoakan agar anaknya insyaf kembali. Namun rupa-rupanya Tuhan 
berkehendak lain. Ketika kapal itu berada di tengah laut, tiba-tiba angin 
kencang berhembus. Langit gelap dan gelombang mengamuk. Selang beberapa lama 
kemudian kapal yang besar dan mewah itu tenggelam ke dasar laut. Bongkahan batu 
yang kokoh yang sekarang berdiri di dekat pantai Air Manis, dipercaya penduduk 
sebagai bekas bangkai kapal Malin Kundang. 
Dalam cerita rakyat di atas sangat jelas pelukisan tokoh hitam-putih Malin 
Kundang. Ia mula-mula miskin dan merasakan kasih-sayang kedua orangtuanya. 
Namun setelah kaya sang anak berubah menjadi sombong dan durhaka. 

Apakah cerita "Malin Kundang" yang terbit di Amerika itu sudah mengalami 
revisi? Perlu penjelasan lebih lanjut. 

* made taro (Balipost)

 


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 
____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke