“Jadi sekarang nak Darwin suami siapa?” tanya Pak Penghulu selesai ijab 
Kabul.

“Suami saya,” jawab Kur mantab

Kalender di dinding saat itu menunjukkan tanggal 30 bulan Juni tahun 
1966. Dan jam di dinding baru saja berdentang lima kali. Kur ketika itu 
baru tiga bulan lewat 17 tahun, dan saya dua bulan lagi genap 22 tahun.

Ada ungkapan Minang, “nyawa serasa tidak di badan”, itulah yang saya 
rasakan ketika itu. Ya, seperti umumnya mempelai pria saya rasa, nyawa 
saya berada di saat-saat yang saya bayangkan ketika menghitung hari. 
Tetapi apa hendak dikata, perkara yang saya kira mudah, karena ketololan 
saya ternyata “susah”, sehingga “malam pengantin” berubah menjadi “pekan 
pengantin” :D

Sudah tidak terhitung kalender di dinding dirobek dan diganti, hari ini 
kembali kembali menunjukkan tanggal 30 bulan Juni, tetapi tahunnya sudah 
2007, aritinya sudah lima windu plus satu tahun kami berdua “sekasur 
seselimut”, dalam arti maknawiyah maupun harafiyah.

Walaupun kami dari dulu hidup tidak pernah berlebihan, dan sampai saat 
ini masih tinggal di rumah Perumnas tipe 42 di atas tanah seluas 115 
meter persegi yang sudah diperluas sedikit di sana sini, yang jauh dari 
mewah------dan tanpa bermaksud mendahului takdir atau menyombongkan 
diri---sukar bagi saya mencari lobang untuk mengatakan bahwa bahwa 
perkawinan kami yang sudah memberi kami 5 orang anak dan 4 orang cucu 
bukan keluarga yang bahagia. Dan tentu saja itu dicapai dengan jatuh 
bangun dan bayak belajar dari kesalahan dan kekeliruan, bahkan sampai 
hari ini dan sepanjang hayat kami.

Banyak penyebab atau resep disampaikan orang bijak dan para pakar agar 
rumah tangga bahagia, termasuk kesesuaian horoskop. Semuanya benar, 
walaupun akhirnya tidak akan terlepas dari komitmen, kesadaran bahwa 
pasangan kita, sebagaimana diri kita sendiri bukan malaikat. Menyadari 
kekurangan diri dan memperbaikannya harus lebih didahulukan bersamaan 
dengan lebih memperhatikan kebaikan pasangan hidup, serta selalu 
memelihara komunikasi.

Anak-anak harus dibiarkan menjadi diri mereka sendiri, membiarkan mereka 
jatuh dan berbuat kesalahan dan memperbaiki diri mereka dengan cara 
mereka sendiri, selalu mendukung, memberikan arahan dan menunjukkan 
cinta kita kepada mereka. Kedua anak gadis kami kadang-kadang ingin 
tidur dekat mama mereka, dan saya mengalah dengan menggelar kasur di bawah.

Saya selalu berusaha untuk memelihara hubungan dengan tetangga dan 
mendidik keluarga saya sesuai dengan nilai-nilai Islam yang saya pahami, 
dengan menghindarkan diri dari sikap yang merasa lebih baik dari 
penganut agama lain atau sesama muslim dari mahzab yang berbeda, 
utamanya Syiah dan Ahmadiyah.

Dan dalam hal-hal yang saya anggap prinsip saya siap melawan arus.

Di lingkungan tempat tinggal saya, tetangga dan kenalan kami selalu 
menyapa kami dengan Pak Haji dan Bu Haji. Beberapa orang tetangga kalau 
bersalaman malah ada yang berusaha mencium tangan saya, yang membuat 
saya sangat risih.

Sekitar hari Natal tahun lalu anak kami nomor empat Meila masuk rumah 
lalu berucap: “Subhanallah!”

“Kenapa sayang?” tanya saya.

“Neng, tadi lupa mengucapkan Selamat Natal sama mbak Netty,” ujarnya 
dengan wajah menyesal. Netty adalah putri keluarga Sormen yang terpisah 
tiga rumah dari rumah kami. Jawaban yang membuat perasaan saya lapang 
karena Meila sudah melakukan apa yang saya tanamkan untuk memulyakan 
tetangga, tanpa memandang ras dan agama.

Kalender di dinding masih dirobek dan diganti. Tentu saja saya tidak 
tahu pasti, apakah 30 Juni tahun depan saya masih bersama Kur, atau Kur 
masih akan bersama saya, atau bahkan kami berdua sudah berada di tempat 
peristirahatan yang terakhir.

Yang pasti adalah alangkah tidak mudah bagi saya untuk hidup tanpa Kur .

Yang pasti, semua itu merupakan keniscayaan

Tetapi kami berdua selalu berkeinginan dan berdoa, agar kami bisa 
bertemu dan berkumpul kembali di alam sana. Dan kami percaya bahwa Allah 
yang Maha Pengasih dan Penyayang akan mengabulkannya.

Depok, 30 Juni 2007

Wassalam, Darwin


============================================================
Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, Juni 2008.
------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email dengan attachment tidak dianjurkan, sebaiknya melalui jalur pribadi.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >300KB.
2. Email dikirim untuk banyak penerima.
--------------------------------------------------------------
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-config
* Membaca dan Posting email lewat web, bisa melalui mirror mailing list di:
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2
dengan mendaftarkan juga email anda disini dan kedua mirror diatas.
============================================================

Kirim email ke