Kang Jaya:

>Memang KPU harusnya ganti nama jadi KPA (awut-awutan). Apa sih susahnya
>bikin program yg mampu menampilkan angka-angka per TPS.

Yw: Emang bikin programnya sih nggak ada susahnya.
    Nggak usah anak kecil, Jaksa Agung pun (mungkin) bisa. (Eh,
    nggak mungkin ding).

    Tapi bikin ribuan TPS yg mampu menjamin datanya sampe ke program
    itu dg akurat dari suatu tempat yg jauhnya ratusan kilometer dari
    terminal data entry setempat, ini luar biasa. Susahnya justru
    menjamin akurat-nya itu.

    Justru kejadian sekarang ini menunjukkan betapa bo'ongnya pemilu
    yg lalu-lalu. Setengah hari udah muncul di Jakarta.

    Pernah denger nggak cerita rudini (waktu dia ketua LPU).
    Dia bilang di banyak desa terpencil (di Kalimantan), pemilu
    cuma terjadi sekitar 2 menit. Caranya: pertama speed-boat lewat,
    sekilas sambil halo-halo (nyuruh semua orang jejer di pinggir
    kali). Lalu di ujung berhenti, terus diteriakkan: "Ada yg
    milih PPP?!!!" Dijawab hiruk-pikuk (nggak tahu apa, ada yg bilang
    ada, ada yg bilang nggak ada, dsb). Terus: "Ada yg milih
    PDI?!!" Sama juga. Disimpulkan, tanpa verifikasi, Golkar menang
    100%. Ya, gimana nggak cepet...

    ...

    Jadi kelambatan yg sekarang ini, justru lebih masuk lesus
    dari pada yg cepet (tapi bo'ong) kayak dulu. Dan kejadian ini
    (bagi yg mau mikir masa lalu) membuktikan, betapa dulu itu
    sampeyan dibo'ongin... (biarpun mungkin dulunya 'gak kroso).

    ;-)

Kirim email ke