...

>Teman2 sumber yang saya kirimkan sebelumnya- milik tim Otonomi KM ITB.
>Terimakasih atas berbagai respon (sangat banyak dan diluar dugaan saya)yg
>masuk ke saya melalui japri maupun jalur umum. Bagi yang tidak berminat,
>mohon maaf dan silahkan delete saja.

...

Yw: Ini usul saya (buat PTN yg mau otonom); atau boleh dikatakan
    pertanyaan. Apakah tidak mungkin di PTN itu ada sedikit
    diferensiasi? Sekarang ini, banyak orang masuknya UMPTN (S1),
    atau seleksi PTN itu (S2/S3/Diploma) di saat yg tertentu
    setahun cuma sekali (eh, bener enggak?). Ini saya ambil saja
    kasus yg S1: yg UMPTN itu kan seterusnya di-SPP-i seragam...
    Bagaimana seandainya, ada penerimaan di luar UMPTN.

    Misalnya: di samping lewat UMPTN, ada lagi penerimaan susulan,
    di semester genap misalnya. Nah, yg diterima di semester itu,
    di samping SPP, dikenakan biaya sumbangan pendidikan seperti
    yg lazim di PTS (misalnya: Unpar, yg dulu saya tahu). Dg adanya
    sumbangan ini, biaya pendidikan di PTN itu memang jadi mahal
    bagi kalangan tertentu (yg tidak lolos UMPTN tapi sebenernya mampu,
    atau tidak memenuhi syarat utk ikut UMPTN karena misalnya ijazah
    SMU-nya sudah berumur 10 th, dsb.), tapi masih lebih murah dari
    sekolah ke LN. Rasanya kalangan 'orang kaya' banyak yg mau mbayar
    mahal utk masuk ITB. Iya nggak? Wong utk masuk PTS/PTS yg notabene
    nggak se 'wah' UI atau ITB, orang banyak yg mau membayar mahal...
    Bisa juga yg masuk bukan anak orang kaya, tapi misalnya: putra
    daerah (bersponsor tentunya, dan sponsornya adalah pemda-nya.
    Harusnya kalo perimbangan keuangan pusat-daerah bener, pemda akan
    mampu melakukan hal tsb).

    Segini dulu aja deh...

Kirim email ke