ohhh... setau saya, dan yang terbayang di kepala saya adalah Profesional sebagai orang yang ahli dalam bidangnya, jadi bisa olahragawan, penari, pelawak, tukang bakso, tukang beca, banker, manager atau CEO. kalau yang di maksud "white collar" itu baru benar. Ngomong2 menarik juga yah ngebahas soal pandangan masyarakat Indonesia tentang profesional itu. Mungkin karena ini tidak ada profesionallism di Indonesia. ichal Suhendri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ehm ... Masyarakat profesional, masyarakat paling comfort dalam suasana apapun. Membaca masyarakat profesional, yang terbayang di kepala saya adalah orang berdasi, kerja dikantoran, jadi businessman. Perhatian utamanya adalah karier, gimana cari uang yang banyak baik buat pribadi dan perusahaan, pergi pagi pulang malam. Sabtu Minggu week end dan jalan-jalan. Kalo bisa selalu hindari pajak dan hampir selalu mencari jalan belakang untuk mengurus ini itu. Sedikit-sedikit uang, karena money talks. Naik mobil pegang handphone. Sekarang koq ngomong soal rakyat. Kemana aja kemaren - kemaren. Apa udah tebalik dunia Soe =================================================================== -----Original Message----- From: Andi Saleh <[EMAIL PROTECTED]> To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> Date: Tuesday, October 19, 1999 7:20 AM Subject: Jamboree Professionals, BEJ Selasa, 19 Oktober 1999 - Lunch Time (12:00) > >Adalah kita, "the stakeholder in the company", >adalah hak kita untuk memanggil wakil rakyat, PDIP, Golkar, PPP, PAN, PBB, >Utusan Golongan, Utusan Daerah, dst... >Karena, melalui pajak dan hutang negara yang harus kita lunasi, >Mereka kita bayar untuk mendengarkan suara nurani kita. > ____________________________________________________________________ Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at http://webmail.netscape.com.