komentar dari seorang teman di milis tetangga sebelahnya mas Wisnu, 
sepertinya sangat bermanfaat buat Calon Pasangan Pak Ketu dan Bu 
Ketu kita itu.........
===================================================================
Hari itu muncul sebuah email di sebuah milis yang kuikuti. Berita 
pernikahan seorang alumni. Sebuah artikel singkat menyertai, kisah 
tentang istri yang dilarang suaminya keluar rumah, sampai ketika
orang tuanya sakit dan akhirnya meninggal tidak menjenguk orang 
tuanya tersebut. 

Sebenarnya kisah itu sudah lama kudengar. Namun entahlah, saat 
membaca kembali kisah itu, membangkitkan "ketakutanku". Akankah 
suamiku kelak berpedoman pada kisah ini lantas melarangku untuk
sering mengunjungi orang tuaku? Akankah suamiku kelak dengan dalih 
istri harus ta'at pada suami lalu menjegal mimpi-mimpiku? Akankah 
dengan otoritasnya dia matikan potensiku di organisasi publik? 
Akankah aku dijadikannya bidadari dalam pasungan? 

Bukan, bukan aku mengingkari keta'atan seorang istri kepada suami. 
Tapi lebih pada ketakutan akan sosok suami yang menyalahgunakan 
wewenangnya. 

Ketakutan yang berlebihan? mungkin. Namun membaca dan mendengar 
banyak kisah kontemporer para bidadari yang (merasa) terpasung 
menjadikan ketakutan itu terasa wajar. Mau tidak mau takut itu 
menggundahkan jiwaku, dan gundahku mencoba cari jawab. 

Akhirnya, kala melintas sebuah kios koran dan majalah, gundahku 
terjawab sudah, walau kupikir belum tuntas. Sebuah majalah dengan 
bahasan utama Kekasihku Pemimpinku, memberi kesadaran kembali
(karena sebelumnya pun aku telah memahami hal ini) bahwa 
kepemimpinan suami bukan rezim, bahwa aplikasi kepemimpinan tidak 
semata perintah dan larangan namun keteladanan. 

Lembar-lembar bahasannya seakan menenangkanku agar aku tidak perlu 
takut, karena suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga bukan 
bermakna sebagai pemegang otoritas yang boleh bersikap otoriter. Di
situ DR Idris Abdu Somad, Sekjen Ikatan Da'i Indonesia (IKADI) 
berujar, "Seorang suami yang memiliki istri dengan potensi sosial 
atau potensi politik, jangan lantas membatasi istrinya dengan hanya 
memposisikannya dalam basis rumah tangga saja".

Aku sedikit lega.. 

Tapi aku tahu, kelegaanku akan diuji dan dibuktikan kala hari 
seseorang menjabat tangan ayahku dan menjawab ijab yang ayah 
ucapkan. Maka kala itulah gundahku terjawab tuntas. 

Biarlah sekarang lebih kudahulukan bekalan-bekalan menjadi istri 
sholihah. Sementara bagaimana pemimpin rumah tangga yang baik, tetap 
kuketahui sebagai ilmu. 

Teringat ucapan seorang ustadz, "para lelaki sibuk membaca apa saja 
hak suami, bagaimana istri yang baik dan ideal. Sedangkan perempuan 
sibuk dengan bacaan tentang hak istri serta kriteria suami baik
dan ideal. Lantas ketika keduanya bertemu dalam bahtera rumah 
tangga, harapan yang terlanjur dibuat tinggi berbenturan dengan 
realita yang mungkin tidak seindah yang pernah dibaca. Bukan tidak 
boleh membaca itu semua, namun hendaklah proporsional dan seimbang. 
Justru dahulukan ilmu tentang kewajiban dan bagaimana menjadi 
pasangan yang baik dan tepat. Agar menjadi cermin untuk diri kita 
sendiri"

Walau tak bisa ku nafikkan, sedikit asa terbit di jiwa, mudah-
mudahan beliau yang berjabat tangan dengan ayah kelak pernah membaca 
majalah tadi dan kelak mengamalkan, sehingga aku tidak akan pernah
menjadi bidadari dalam pasungan

wassalam,

wuland






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/G7lQgA/FpQLAA/HwKMAA/igXolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

_________________________________________________________________________
Mhs/Masy. indoindia diharapkan untuk selalu melihat diskusi harian di 
http://dear.to/ppi dan situs resmi PPI http://www.ppi-india.org 
==========================================================================
Catatan penting:
1- Harap tdk. memposting berita, kecuali yg  berkenaan dg 
masyarakat/mahasiswa/alumni India
2- Arsip milis: http://groups.yahoo.com/group/ppi-india ; 
3- HP Ketua PPI (Mukhlis): 09871815229 ; Sek. PPI(Herman): 09897160536
4- KBRI Delhi(11)26110693;26118642; 26118647
5- KJRI Mumbai (022)3868678;3800940;3891255  
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppi-india/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke