tulisan di bawah ini saya ambil dari bulletin board temen saya 
Ahmad, yang mengungkapkan betapa sering kita lupa keberadaan sesuatu 
di sekitar kita. Baru merasakan betapa pentingnya ketika semua itu 
pergi. 

Saya sendiri, begitu susahnya mengoptimalkan waktu, yang merupakan 
modal utama untuk bisa lebih2 memberi manfaat dalam hidup. 

---------------------------------------------------------------------
Hari penglihatan sedunia 13 Oktober kembali tiba, sebuah hari yang 
sebelumnya tanpa makna dan tak menggugah hati. Aku tak pernah tahu, 
bahkan mungkin tak peduli akan adanya hari tersebut. Dulu, aku 
merasa tak berkepentingan karena memang tidak ada masalah dengan
penglihatanku, maupun penglihatan orang-orang di sekelilingku. 

Walaupun ada gangguan penglihatan, itu hanya sebatas pada gangguan 
refraksi yang menyebabkan aku atau saudara-saudaraku harus memakai 
kacamata. Kalau pun sesekali berjumpa dengan seorang tuna netra
aku hanya berucap kecil: kasihan. . tanpa menghayati arti kebutaan 
itu sendiri. 

Hidupku berubah 180 derajat ketika -/+ 6 tahun yang lalu, dokter 
memvonisku sakit Lupus (Sistemic Lupus Erythematosus) dan mulai 
memberikan obat jenis kortikosteroid dosis tinggi. Akibatnya fatal, 
karena yang terjadi kemudian adalah abses otak sebagai efek
samping dari terapi yang dijalankan tersebut.
Abses otak inilah yang menyebabkan rusaknya syaraf di pusat 
penglihatanku sehingga yang tersisa hanya sekitar 5%. Masih adakah 
kemungkinan untuk dapat melihat kembali? ternyata setelah menjalani
serangkaian ikhtiar panjang, jawabannya adalah: tidak!

Sirnalah sudah semua harapan untuk kembali bisa menikmati indahnya 
dunia yang penuh warna, wajah orang-orang yang kukasihi, nikmatnya 
membaca dan tentu saja kemandirian. Harga sebuah kemandirian yang 
harus dibayar dengan kesabaran, karena adanya keterbatasan dalam 
melihat atau mengerjakan sesuatu. 

Aku juga teringat pada seorang sahabat LoVi (Low Vision) lainnya 
yang terganggu penglihatannya akibat efek samping Ethambutol (obat 
TBC), yang muncul setelah beberapa bulan menjalani terapi. Sayangnya 
kerusakan penglihatan tersebut bersifat permanen dan tak kembali
lagi walau pemakaian obat telah dihentikan.
Akibatnya sahabat LoVi, yang sarjana pertanian inipun kehilangan 
pekerjaan dan masa depannya. 

Setelah semua terjadi, apakah kehilangan penglihatan berarti akhir 
dari segalanya? memang tak mudah menghadapi kenyataan pahit ini, 
dibutuhkan semangat dan kemauan keras untuk bangkit setelah jatuh dan
membiasakan diri menjadi orang buta. Kesedihan merupakan suatu hal 
yang lumrah di awalnya, namun bukan sesuatu yang harus terus menerus 
diratapi dan disesali. Tidak mudah memang karena ujian demi ujian
harus dihadapi, dukungan orang di sekeliling sangat berarti terutama 
untuk menumbuhkan kembali kepercayaan diri yang hilang.

Belajar huruf braille merupakan langkah awal untuk melatih kepekaan. 
Merasakan hangatnya mentari, hembusan angin dan belajar membedakan 
gelap terang menjadi hal penting yang sebelumnya terabaikan ketika
penglihatan masih berfungsi normal. Bahkan kini suara nyamukpun 
terdengar nyaring dan bau terbakarpun cepat tercium. Ada kesedihan 
yang menyergap ketika pertama kali meraba huruf timbul braille. 

Diperlukan ketekunan untuk meraba huruf demi huruf agar dapat membaca
sebuah kata. Betapa mudahnya dahulu ketika masih dapat melihat, 
kalimat demi kalimat cepat terserap dan membaca terasa begitu cepat 
dan nikmat. 

Alangkah kikuknya ketika pertama kali harus menggunakan tongkat 
putih sebagai alat bantu untuk berjalan dan mendeteksi yang ada 
disekeliling. 

Tidak mudah memang membiasakan diri menjadi orang tanpa penglihatan. 
Ironisnya, justu dahulu aku paling takut ketika tengah malam 
terbangun dari tidur dalam keadaan gelap gulita karena listrik 
padam. Kini itulah yang terjadi dan aku baru dapat merasakan 
sepenuhnya apa yang dirasakan dan dialami oleh seorang tuna netra. 
Menyenggol, menumpahkan atau memecahkan suatu barang telah menjadi 
hal biasa bahkan ketika tanpa sadar mendekatkan wajah terlalu dekat 
ke kompor.

Lemari pakaian yang semula rapi, kini kerap berantakan seusai 
berjuang mencari pakaian yang ingin dikenakan atau barang-barang 
yang sering tertinggal karena tak termonitor penyimpanannya. Pun 
ketika nyaris memegang seekor bunglon dan nyaris menginjak seekor
kalajengking karena tak terlihat. Semua itu terjadi karena belum 
terbiasa dan kepekaan yang belum terasah seperti orang yang tak 
dapat melihat sejak lahir.

Namun selalu saja ada pertolongan dari-Nya. Sungguh memang dia 
selalu menjaga dan memelihara makhluk-Nya. 

Mengoptimalkan pendengaran menjadi solusi. 
Bukan melihat TV tapi mendengarkan TV, bukan membaca buku tetapi 
mendengar buku melalui audio book, tidak membaca Al-Qur'an tapi 
mendengarkan Al-Qur'an, tidak melihat warna baju tapi meraba 
seratnya dan membayangkan modelnya. Ada satu aset yang masih dapat 
di manfaatkan yaitu: visual memory yang akan menuntun untuk 
berasosiasi dan membayangkan apa yang seharusnya terlihat. 

Masih ada satu lagi pertolongan yang Maha Pengasih dan Penyayang 
yaitu: Dia menggetarkan hati para relawan yang ikhlas berbuat 
sesuatu bagi sesama dengan berfungsi sebagai reader ( pembaca ), 
penunjuk arah, penuntun jalan dan lain-lain. Memang Dia sungguh Maha 
Adil, disaat ada yang membutuhkan pertolongan, maka terbuka pulalah 
kesempatan bagi orang yang mau menolong dengan ganjaran pahala 
tentunya. Betapa berharganya penglihatan, baru kusadari ketika 
penglihatan itu hilang... .

wassalam & smoga bermanfaat,


fachim







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/Z1lQfA/LpQLAA/HwKMAA/igXolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

_________________________________________________________________________
Mhs/Masy. indoindia diharapkan untuk selalu melihat diskusi harian di 
http://dear.to/ppi dan situs resmi PPI http://www.ppi-india.org 
==========================================================================
Catatan penting:
1- Harap tdk. memposting berita, kecuali yg  berkenaan dg 
masyarakat/mahasiswa/alumni India
2- Arsip milis: http://groups.yahoo.com/group/ppi-india ; 
3- HP Ketua PPI (Mukhlis): 09871815229 ; Sek. PPI(Herman): 09897160536
4- KBRI Delhi(11)26110693;26118642; 26118647
5- KJRI Mumbai (022)3868678;3800940;3891255  
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppi-india/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke