Silahkan di baca :

Tampaknya Inggris masih lebih celaka dari Amerika. Tidak menunggu Bernanke 
untuk memenuhi janji Helicopter Speech-nya, Inggris memimpin terlebih dahulu 
proses mencetak uang di antara negara-negara lokasi gempa finansial kali ini.
Link : http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/7925981.stm
link : http://www.marketoracle.co.uk/Article9263.html

Kosakata yang dipakai kali ini, bukan printing money, bukan juga monetisasi, 
tapi quantitative easing… Gonta-ganti kosakata, mungkin untuk membantu 
penjualan buku-buku ekonomi baru. Hehe…

Berbagai negara sebenarnya menciptakan uang dengan cara yang kurang lebih sama. 
Apa yang dilakukan Bank of England sejak beberapa abad yang lalu juga 
diaplikasikan di Amerika oleh Federal Reserve,
dan apa yang dilakukan di Amerika, juga diaplikasikan oleh negara
lainnya di seluruh dunia. Mungkin memang ada sedikit perbedaan kecil di
berbagai negara, tetapi tetap prosesnya secara umum masih sama.

Dalam sistem yang sedang digunakan, pendapatan utama sebuah negara datang dari:
1. Pajak
2. Meminjam kepada publik / negara lain (penerbitan surat hutang)
3. Pendapatan dari perusahaan negara

Bila
pemasukan dari ketiga cara ini masih juga kurang untuk memenuhi
anggaran belanja pemerintah, dan pemerintah tetap ngotot membelanjakan
uang yang tidak mereka miliki, pemerintah bisa memerintahkan bank
sentral untuk mencetak uang untuk digunakan oleh mereka.

Mekanismenya
adalah pemerintah menerbitkan surat hutang baru lagi, dan yang membeli
adalah bank sentralnya. Yang satu adalah debitur, yang satunya lagi
adalah kreditur. Darimana bank sentral mendapatkan uang untuk membeli
surat hutang pemerintah ini? Jawabannya, di zaman ini, mereka
menciptakan uang itu begitu saja. Itu adalah mandat mereka berdasarkan
peraturan yang ada.

Uang yang dipinjam pemerintah dari bank
sentral, secara umum bisa dikatakan tidak perlu dikembalikan lagi,
hanya bunganya saja yang dibayarkan dari tahun ke tahun. Tidak seperti
pinjaman publik kepada bank komersial, hutang pemerintah kepada bank
sentral yang jatuh tempo selalu bisa di-rolling over lagi. Pemerintah pasti 
bisa menggali lubang baru untuk menutup lubang lama, sebab bank sentral sendiri 
adalah milik negara.

Dalam kasus bank sentral yang tidak dimiliki sepenuhnya oleh negara sekalipun, 
hal ini tetap berlaku. Federal Reserve, walaupun adalah badan swasta, tetap 
akan me-rollover hutang pemerintah Amerika saat hutang mereka jatuh tempo.

Jadi,
selama sebuah negara tidak menerbitkan surat hutang dalam mata uang
negara lain, sebenarnya resiko gagal bayarnya adalah nol. Pemerintah
pasti sanggup membayar, yang tidak pasti adalah daya beli (purchasing power) 
dari uang yang nantinya akan dibayarkan. Hehe…

Satu
setengah tahun ini, berbagai bank sentral negara maju sudah
menghabiskan uang mereka untuk membantu sementara bank-bank dan
perusahaan finansial raksasa yang sebenarnya bangkrut. Dan sekarang,
saatnya sudah hampir tiba bagi mereka untuk kehabisan uang mereka.

Pemerintahan
di sana juga sudah berupaya meminjam sebanyak-banyaknya dari publik,
sebagian uang yang sebenarnya bisa dipakai oleh publik berpindah tangan
ke tangan pemerintah, yang kemudian memberikannya kepada bank-bank dan
perusahaan finansial mereka supaya mereka bisa tetap beroperasi.
Lesunya ekonomi riil sekarang sebenarnya adalah tanggungjawab
pemerintah di sana juga, tetapi karena yang ditulis di koran hanyalah
sisi “penyelamatan” oleh pemerintah, maka sisi destruksi dari tindakan
yang sama ini tidak disadari oleh publik mereka secara umum.

Mungkin menarik juga membaca berita ini 
http://www.nytimes.com/2009/03/15/business/15AIG.html?_r=3
 AIG, si pesakitan, tampaknya kembali akan membagikan bonus aduhai
kepada managemen mereka, jumlahnya tak tangung-tanggung, $165 juta
(hampir Rp 2 trilyun). Fantastis…

Benar-benar memuakkan melihat
koran dan TV ketika mereka melaporkan upaya pemerintah dan bank sentral
untuk “menyuntik” trilyunan dolar, euro, atau yen sebagai sebuah
tindakan yang heroik. The Fed, Bank of England, European Central Bank, Bank of 
Japan,
dll, mereka pada dasarnya adalah bagian dari sebuah jaringan yang eksis
untuk mengambil keuntungan dari semua rakyat mereka, bukan sebaliknya.

Untuk
setiap sen yang diklaim pemerintah untuk “menyelamatkan” ekonomi, ada
satu sen juga yang hilang dari tangan publik sehingga mereka tidak
sanggup “menyelamatkan” diri mereka sendiri. Semakin besar
“penyelamatan” pemerintah, semakin berkurang kemampuan sebuah
masyarakat untuk menyelesaikan masalah oleh diri mereka sendiri.

Coba lihat link ini 
http://www.bloomberg.com/apps/news?pid=20601087&sid=aFRgVqEShl4k&refer=home  
juga, Bernanke mengatakan kepada seluruh dunia bahwa resiko terbesar
bagi pemulihan ekonomi Amerika sekarang adalah “kurangnya tekad”
pemerintah untuk menyelamatkan perusahaan-perusahaan finansial.
Harusnya dia mengatakan dalam bahasa yang lebih singkat… Pemerintah
Amerika (sebenarnya pembayar pajak Amerika) wajib membail-out semua perusahaan 
finansial yang ada, dengan demikian ekonomi akan pulih dengan cepat!

Saat
ini, kontraksi kredit (deflasi) mulai menyebabkan macetnya aktifitas
ekonomi. Solusi dari deflasi tentu saja adalah inflasi. Pertanyaannya
adalah bagaimana menginflasikan sistem yang ada… Mencetak uang
sebenarnya bukanlah dosa besar, masalahnya adalah status uang itu.

Kalau
mereka tahu masalah sekarang adalah kebanyakan hutang (baik hutang
pemerintah maupun hutang publik), mengapa mereka menawarkan solusi
dengan berhutang lebih banyak? Apa sebenarnya motif mereka? Apakah
mereka ingin menghiperinflasikan seluruh planet ini pada saat yang
bersamaan? 

Skenario
di mana hiperinflasi tidak akan terjadi kemungkinan hanya bisa terjadi
kalau uang-uang baru yang dicetak pemerintahan berbagai negara tidak
akan diputar kembali menjadi puluhan kali lipat kredit konsumen dalam 
fractional reserve system.
Entah karena bank-bank penerima uang itu tidak mau meminjamkan kepada
publik, ataupun karena publik yang tidak mau / tidak sanggup meminjam
dan memenuhi janji untuk membayar.

Tetapi, kalau saya harus
bertaruh, saya tetap akan bertaruh kepada hiperinflasi dalam beberapa
tahun ke depan. Masa lalu uang penuh dengan cerita-cerita seperti ini…

Namun,
seperti yang sudah Anda ketahui, permasalahan sistem sekarang ada pada
daya beli konsumen… Menambah nol pada angka-angka di selembar kertas
tidak akan menyelesaikan masalah, hanya memperumit masalah…

Dan
dalam kasus percobaan menginflasikan sistem ini gagal… Siapkanlah
mental Anda untuk menghadapi guncangan besar dunia dalam waktu beberapa
tahun. Ketika mencetak uang tidak berhasil, cara lain untuk menginflasikan 
sistem adalah penghangusan inventori, baik inventori barang maupun manusia…

Hutang
tidak akan dimaafkan, negara-negara maupun orang-orang yang gagal
bayar, tidak akan dibiarkan begitu saja dalam sistem yang ada. Proses
likuidasi manusia yang tidak lagi menguntungkan bisa saja berlangsung
secara brutal…

Somehow, "The Elite"
akan menemukan sebuah alasan / pemicu, untuk melikuidasi semua orang
yang tidak lagi produktif atau sanggup membayar. Anda pernah dengar
bencana Global Warming… Peak Oil… Apocalypse 2012… World War 3… dsb? Saya 
curiga semuanya itu tidak ditiup tanpa alasan… Panggung menuju guncangan besar 
mungkin sedang dipersiapkan.


Source : http://pohonbodhi.blogspot.com/2009/03/quantitative-easing.html



      

Kirim email ke