mas sulis, kalau jumlahnya terbatas maka nilainya jadi membesar. gitu aja. kalau sekarang satu keping bisa beli nasi sebungkus, besok bisa untuk dua bungkus. salam, bagusco
Sulistiono Kertawacana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Tong ...bukannya dikaitkan dengan volume barang dan jasa yg diproduksi? kalau emas..kan jumlahnya terbatas...sedangkan dunia smakin hari semakin berkembang..transaksinya...bisnis tiap hari bertambah......uang kan sebagai alat bayar...gimana ning BUng Dendy..... Best regards, Sulistiono Kertawacana [EMAIL PROTECTED] http://sulistionokertawacana.blogspot.com/ Furqon Azis wrote: Dear temans, ternyata krisis finansial global ini memaksa uni eropa untuk mengusulkan kembali kepada Bretton Wood jilid II link : http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/10/17/01180485/eropa.usulkan.bretton.woods.ii quote dari berita = 'Sistem Bretton Woods ambruk pada 1971 setelah AS menolak pencetakan mata uang dollar AS yang dikaitkan dengan keberadaan volume cadangan emas. Penolakan AS itu membuat beralihnya cadangan devisa, yang awalnya berupa emas, menjadi dollar AS. Beda dari peralihan itu, penambahan dollar AS yang beredar tidak lagi ditopang keberadaan emas yang bertambah di Bank Sentral AS, padahal ini perlu sesuai dengan kehendak Bretton Woods. Seandainya orang menolak memegang dollar AS, maka dollar AS itu bisa digantikan dengan emas. Namun, cara ini sudah ditinggalkan, dengan alasan perkembangan ekonomi akan terhambat jika pencetakan dollar AS dikaitkan dengan keberadaan emas, yang pasokannya terbatas. Keberadaan emas yang terbatas membuat alat tukar dollar AS terbatas, dan ini menghambat transaksi. Namun, sikap AS itu membuat pencetakan dollar AS menjadi tak teratur dan tak didukung kekuatan ekonomi.' Ulama besar Imam Ghazali (1058 M1111 M) dalam bukunya yang legendaris Ihya Ulumuddin mengungkapkan bahwa Allah menciptakan emas dan perak agar keduanya menjadi Hakim yang adil dalam memberikan nilai atau harga, dengan emas dan perak pula manusia bisa memperoleh barang-barang yang dibutuhkannya. Emas ibarat cermin dirinya sendiri tidak memiliki nilai tetapi dapat dengan akurat mencerminkan nilai dari benda-benda lainnya. Wallhu Alam. -utong-