*From:* Niken [mailto:niken@ hti.co.id]
*Sent:* Friday, April 17, 2009 11:23 AM
*To:* pu...@hti.co. id
*Subject:* FW: Teliti dulu sebelum Terima Resep Dokter









*BENARKAH SEDEMIKIAN PARAHNYA KONDISI *

*PELAYANAN RUMAH SAKIT KITA ? WASPADALAH !*


Halo rekan-rekan,

Ini tulisan yang mungkin 'aneh', saya sebagai seorang dokter justru meminta
rekan-rekan untuk berhati-hati pada dokter. Ini mengikuti tulisan Pak Irwan
Julianto  di  Kompas  4  Maret  2009 lalu, yaitu mengenai 'caveat venditor'
(produsen/penyedia jasa berhati-hatilah) .

Ceritanya  begini,  beberapa  hari ini saya mengurusi abang saya yang sakit
demam  berdarah  (DBD).  Saya buatkan surat pengantar untuk dirawat inap di
salah satu RS swasta yang terkenal cukup baik pelayanannya. Sejak masuk UGD
saya  temani sampai masuk ke kamar perawatan & tiap hari saya tunggui, jadi
sangat saya tau perkembangan kondisinya.

Abang   saya   paksa   dirawat  inap  karena  trombositnya  82  ribu,  agak
mengkuatirkan,  padahal  dia  menolak karena merasa diri sudah sehat, nggak
demam,  nggak  mual,  hanya  merasa badannya agak lemas. Mulai di UGD sudah
'mencurigakan' , karena saya nggak menyatakan bahwa saya dokter pada petugas
di  RS,  jadi  saya bisa dengar berbagai keterangan/penjelas an & pertanyaan
dari dokter & perawat yang menurut saya 'menggelikan' . Pasien pun diperiksa
ulang  darahnya, ini masih bisa saya terima, hasil trombositnya tetap sama,
82 ribu.

Ketika Abang akan di-EKG, dia sudah mulai 'ribut' karena Desember lalu baru
tes  EKG  dengan  treadmill  dengan  hasil sangat baik. Lalu saya tenangkan
bahwa  itu prosedur di RS. Yang buat saya heran adalah Abang harus disuntik
obat  Ranitidin  (obat  untuk  penyakit  lambung),  padahal dia nggak sakit
lambung,  &  nggak  mengeluh perih sama sekali. Obat ini disuntikkan ketika
saya ke mengantarkan sampel darah ke lab.

Oleh dokter jaga diberi resep untuk dibeli, diresepkan untuk 3 hari padahal
besok  paginya  dokter  penyakit  dalam  akan berkunjung & biasanya obatnya
pasti  ganti  lagi.  Belum  lagi resepnya pun isinya nggak tepat untuk DBD.
Jadi  resep nggak saya beli. Dokter penyakit dalamnya setelah saya tanya ke
teman  yang  praktik  di  RS  tersebut  dipilihkan yang dia rekomendasikan,
katanya  'bagus  &  pintar', ditambah lagi dia dokter tetap di RS tersebut,
jadi pagi-sore selalu ada di RS.

Malamnya  via  telepon  dokter  penyakit  dalam  beri instruksi

-- 
Best regards,
Sulistiono Kertawacana
http://sulistionokertawacana.blogspot.com/

Kirim email ke