Re: [PPIBelgia] Malaysia Kuasai 60 Naskah Kuno RI

2009-06-08 Terurut Topik esa siswanto
seyogyanya pemerintah kita lebih pro aktif dalam upayanya menyelamatkan budaya 
bangsa.karena hal ini akan berpengaruh besar terhadap masa depan bangsa 
kita.budaya kita sangat unik dan menarik.pemerintah seharusnya sadar akan hal 
itu...





From: Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac...@alumni.ui.ac.id
Sent: Monday, June 8, 2009 8:06:35 AM
Subject: [PPIBelgia] Malaysia Kuasai 60 Naskah Kuno RI





Malaysia Kuasai 60 Naskah Kuno RI  
Posted
by: Abdul Rohim peduli_klaten@ yahoo.compeduli_klaten  
Sun Jun 7, 2009 3:31 pm (PDT) 

*Malaysia melakukan perburuan naskah Melayu kuno asal Kepulauan Riau,
untuk menguatkan identitas kemelayuannya. 
*
D ALAM tiga tahun terakhir sekitar 60 naskah Melayu kuno sudah beralih
tangan ke Malaysia. Upaya perburuan tersebut diperkirakan akan terus
berlanjut.
Budayawan asal Provinsi Riau, Al Azhar, mengutarakan naskah Melayu kuno
yang berpindah tangan ke Malaysia sebagian besar berasal dari abad ke-19
Masehi.
Naskah-naskah tersebut berwujud kitab tafsir, Alquran kuno, syair,
memoar, atau catatan harian para pujangga Melayu.
Menurut dia, yang melakukan perburuan adalah para akademisi Malaysia.
Naskahnaskah tersebut tidak tersimpan di museum. Dengan kata lain,
naskah Melayu kuno didapatkan dari perorangan.
“Para akademisi dari perguruan tinggi terkemuka di Malaysia berburu
naskah Melayu kuno itu. Sebagian besarnya di daerah Kepulauan Riau
seperti di Pulau Lingga, Bintan, dan Penyengat. Sementara itu di Riau
daratan sendiri sejauh pantauan saya belum ada,� kata Al Azhar kepada
Media Indonesia di Pekanbaru, Riau, kemarin.
Ia mengaku beberapa kali bertemu dengan para pemburu naskah tersebut.
“Bahkan sempat beberapa kali melihat mereka bertransaksi mendapatkan
naskah tersebut. Nilainya bisa jutaan rupiah. Tapi saya tidak bisa
berbuat apa-apa,� ujar Ketua Harian Forum Komunikasi Pemuka
Masyarakat Riau.
Naskah Melayu kuno tersebut merupakan warisan budaya dan terbuka untuk
diteliti oleh para akademisi dari berbagai belahan dunia mana pun yang
tertarik mengetahui khazanah Melayu. Tapi, ini tidak berarti para
akademisi dari Malaysia berhak memiliki naskah itu.
Malaysia, kata Al Azhar, begitu ngotot dengan naskah itu untuk
memperkuat identitas Melayunya. Sesuai dengan slogan mereka Trully Asia,
Malaysia benar-benar ingin mewujudkan negeri tersebut sebagai pusat
Melayu di dunia.
Capai ratusan Budayawan dan peneliti itu berpendapat Indonesia hendaknya
mengambil kembali naskah yang sudah berada di Malaysia tersebut. Karena
di setiap naskah-naskah tersebut pasti ada kolofon di halaman terakhir
yang menggambarkan identitas penulis, tempat, dan tanggal pembuatan
naskah kuno tersebut.
Cara lain, dengan melihat catatan akuisisi naskah tersebut hingga di
perpustakaan universitas Malaysia.
“Sekarang tinggal bagaimana keseriusan pemerintah kita untuk
menyelamatkan naskahnaskah tersebut. Karena pemerintah kita masih
terfokus membicarakan budaya ini sebagai identitas belaka, dan Malaysia
sudah menganggap hal ini sebagai komoditas,� tandas Al Azhar.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kepri Arifin Nasir
mengakui banyak beralihnya naskah Melayu kuno. Bahkan, jumlahnya
mencapai ratusan. ‘’Tidak ada sarana dan prasarana untuk menyimpan
benda-benda sejarah itu,’’ ujarnya.
Ia mengatakan banyak naskah kuno yang berada di tangan masyarakat yang
terancam hilang dan itu belum terdata.
Naskah-naskah kuno yang beralih tangan tersebut tidak hanya ke Malaysia,
tetapi juga ke Singapura.
Menurut dia, tidak ada anggaran juga memperparah kondisi hilangnya
sejarah budaya Melayu yang ada di Kepri.
Satu-satunya tempat penyimpanan karya sastra Melayu yang tertinggal
berada di Pulau Penyengat. ‘’Akan tetapi, kondisinya Pulau Penyengat
tidak bisa menjamin bahwa barang-barang peninggalan budaya Melayu itu
tidak lari ke pihak asing.’’ Sementara itu, Wali Kota Solo, Jawa
Tengah,
Joko Widodo merasa dipermalukan dengan kasus yang terus bermunculan di
Museum Radya Pustaka.
Kasus terakhir, yang membuat dirinya seperti ditampar adalah ketika
koleksi wayang purwa yang ada di museum tertua Indonesia itu ternyata
juga telah berganti palsu, sedangkan yang asli juga hilang. (BY/HK/
WJ/N-1
http://anax1a. pressmart. net/mediaindones ia/MI/MI/ 2009/06/03/ ArticleHtmls/ 
03_06_2009_ 008_004.shtml? Mode=0
-- 
Kind regards,
Sulistiono Kertawacana
http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/
   


  

Re: [PPIBelgia] Malaysia Kuasai 60 Naskah Kuno RI

2009-06-08 Terurut Topik Rizki Darmawan
Bisa kita forward engga yah ke milis Dep Pariwisata dan Budaya Indonesia, 
sayang kalau identitas Indonesia kita hilang dicuri Malaysia

Regards     Rizki Darmawan  32-474557871      

--- On Mon, 6/8/09, Sulistiono Kertawacana 
sulistiono.kertawac...@alumni.ui.ac.id wrote:

From: Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac...@alumni.ui.ac.id
Subject: [PPIBelgia] Malaysia Kuasai 60 Naskah Kuno RI
To: 
Date: Monday, June 8, 2009, 1:06 PM











 











  
  




 Malaysia Kuasai 60 Naskah Kuno RI  
Posted
by: Abdul Rohim 
peduli_klaten@ yahoo.com     peduli_klaten  

Sun Jun 7, 2009 3:31 pm (PDT) 




*Malaysia melakukan perburuan naskah Melayu kuno asal Kepulauan Riau,

untuk menguatkan identitas kemelayuannya.
 *

D ALAM tiga tahun terakhir sekitar 60 naskah Melayu kuno sudah beralih

tangan ke Malaysia. Upaya perburuan tersebut diperkirakan akan terus

berlanjut.

Budayawan asal Provinsi Riau, Al Azhar, mengutarakan naskah Melayu kuno

yang berpindah tangan ke Malaysia sebagian besar berasal dari abad ke-19

Masehi.

Naskah-naskah tersebut berwujud kitab tafsir, Alquran kuno, syair,

memoar, atau catatan harian para pujangga Melayu.

Menurut dia, yang melakukan perburuan adalah para akademisi Malaysia.

Naskahnaskah tersebut tidak tersimpan di museum. Dengan kata lain,

naskah Melayu kuno didapatkan dari perorangan.

“Para akademisi dari perguruan tinggi terkemuka di Malaysia berburu

naskah Melayu kuno itu. Sebagian besarnya di daerah Kepulauan Riau

seperti di Pulau Lingga, Bintan, dan Penyengat. Sementara itu di Riau

daratan sendiri sejauh pantauan saya belum ada,� kata Al Azhar kepada

Media Indonesia di Pekanbaru, Riau, kemarin.

Ia mengaku beberapa kali bertemu dengan para pemburu naskah tersebut.

“Bahkan sempat beberapa kali melihat mereka bertransaksi mendapatkan

naskah tersebut. Nilainya bisa jutaan rupiah. Tapi saya tidak bisa

berbuat apa-apa,� ujar Ketua Harian Forum Komunikasi Pemuka
Masyarakat Riau.

Naskah Melayu kuno tersebut merupakan warisan budaya dan terbuka untuk

diteliti oleh para akademisi dari berbagai belahan dunia mana pun yang

tertarik mengetahui khazanah Melayu. Tapi, ini tidak berarti para

akademisi dari Malaysia berhak memiliki naskah itu.

Malaysia, kata Al Azhar, begitu ngotot dengan naskah itu untuk

memperkuat identitas Melayunya. Sesuai dengan slogan mereka Trully Asia,

Malaysia benar-benar ingin mewujudkan negeri tersebut sebagai pusat

Melayu di dunia.

Capai ratusan Budayawan dan peneliti itu berpendapat Indonesia hendaknya

mengambil kembali naskah yang sudah berada di Malaysia tersebut. Karena

di setiap naskah-naskah tersebut pasti ada kolofon di halaman terakhir

yang menggambarkan identitas penulis, tempat, dan tanggal pembuatan

naskah kuno tersebut.

Cara lain, dengan melihat catatan akuisisi naskah tersebut hingga di

perpustakaan universitas Malaysia.

“Sekarang tinggal bagaimana keseriusan pemerintah kita untuk

menyelamatkan naskahnaskah tersebut. Karena pemerintah kita masih

terfokus membicarakan budaya ini sebagai identitas belaka, dan Malaysia

sudah menganggap hal ini sebagai komoditas,� tandas Al Azhar.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kepri Arifin Nasir

mengakui banyak beralihnya naskah Melayu kuno. Bahkan, jumlahnya

mencapai ratusan. ‘’Tidak ada sarana dan prasarana untuk menyimpan

benda-benda sejarah itu,’’ ujarnya.

Ia mengatakan banyak naskah kuno yang berada di tangan masyarakat yang

terancam hilang dan itu belum terdata.

Naskah-naskah kuno yang beralih tangan tersebut tidak hanya ke Malaysia,

tetapi juga ke Singapura.

Menurut dia, tidak ada anggaran juga memperparah kondisi hilangnya

sejarah budaya Melayu yang ada di Kepri.

Satu-satunya tempat penyimpanan karya sastra Melayu yang tertinggal

berada di Pulau Penyengat. ‘’Akan tetapi, kondisinya Pulau Penyengat

tidak bisa menjamin bahwa barang-barang peninggalan budaya Melayu itu

tidak lari ke pihak asing.’’ Sementara itu, Wali Kota Solo, Jawa
Tengah,

Joko Widodo merasa dipermalukan dengan kasus yang terus bermunculan di

Museum Radya Pustaka.

Kasus terakhir, yang membuat dirinya seperti ditampar adalah ketika

koleksi wayang purwa yang ada di museum tertua Indonesia itu ternyata

juga telah berganti palsu, sedangkan yang asli juga hilang. (BY/HK/
WJ/N-1

http://anax1a. pressmart. net/mediaindones ia/MI/MI/ 2009/06/03/ ArticleHtmls/ 
03_06_2009_ 008_004.shtml? Mode=0
-- 
Kind regards,
Sulistiono Kertawacana
http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/


 

  




 






















  

Re: [PPIBelgia] Malaysia Kuasai 60 Naskah Kuno RI

2009-06-08 Terurut Topik esa siswanto
sy setuju mas.di forward aja agar mereka sedikit melek...





From: Rizki Darmawan rizk...@yahoo.com
To: PPIBelgia@yahoogroups.com
Sent: Monday, June 8, 2009 1:31:16 PM
Subject: Re: [PPIBelgia] Malaysia Kuasai 60 Naskah Kuno RI





Bisa kita forward engga yah ke milis Dep Pariwisata dan Budaya Indonesia, 
sayang kalau identitas Indonesia kita hilang dicuri Malaysia


Regards
 
Rizki Darmawan
32-474557871
 
 

--- On Mon, 6/8/09, Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac a...@alumni. 
ui.ac.id wrote:


From: Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac a...@alumni. ui.ac.id
Subject: [PPIBelgia] Malaysia Kuasai 60 Naskah Kuno RI
To: 
Date: Monday, June 8, 2009, 1:06 PM





Malaysia Kuasai 60 Naskah Kuno RI  
Posted
by: Abdul Rohim peduli_klaten@ yahoo.compeduli_klaten  
Sun Jun 7, 2009 3:31 pm (PDT) 

*Malaysia melakukan perburuan naskah Melayu kuno asal Kepulauan Riau,
untuk menguatkan identitas kemelayuannya. 
*
D ALAM tiga tahun terakhir sekitar 60 naskah Melayu kuno sudah beralih
tangan ke Malaysia. Upaya perburuan tersebut diperkirakan akan terus
berlanjut.
Budayawan asal Provinsi Riau, Al Azhar, mengutarakan naskah Melayu kuno
yang berpindah tangan ke Malaysia sebagian besar berasal dari abad ke-19
Masehi.
Naskah-naskah tersebut berwujud kitab tafsir, Alquran kuno, syair,
memoar, atau catatan harian para pujangga Melayu.
Menurut dia, yang melakukan perburuan adalah para akademisi Malaysia.
Naskahnaskah tersebut tidak tersimpan di museum. Dengan kata lain,
naskah Melayu kuno didapatkan dari perorangan.
“Para akademisi dari perguruan tinggi terkemuka di Malaysia berburu
naskah Melayu kuno itu. Sebagian besarnya di daerah Kepulauan Riau
seperti di Pulau Lingga, Bintan, dan Penyengat. Sementara itu di Riau
daratan sendiri sejauh pantauan saya belum ada,� kata Al Azhar kepada
Media Indonesia di Pekanbaru, Riau, kemarin.
Ia mengaku beberapa kali bertemu dengan para pemburu naskah tersebut.
“Bahkan sempat beberapa kali melihat mereka bertransaksi mendapatkan
naskah tersebut. Nilainya bisa jutaan rupiah. Tapi saya tidak bisa
berbuat apa-apa,� ujar Ketua Harian Forum Komunikasi Pemuka
Masyarakat Riau.
Naskah Melayu kuno tersebut merupakan warisan budaya dan terbuka untuk
diteliti oleh para akademisi dari berbagai belahan dunia mana pun yang
tertarik mengetahui khazanah Melayu. Tapi, ini tidak berarti para
akademisi dari Malaysia berhak memiliki naskah itu.
Malaysia, kata Al Azhar, begitu ngotot dengan naskah itu untuk
memperkuat identitas Melayunya. Sesuai dengan slogan mereka Trully Asia,
Malaysia benar-benar ingin mewujudkan negeri tersebut sebagai pusat
Melayu di dunia.
Capai ratusan Budayawan dan peneliti itu berpendapat Indonesia hendaknya
mengambil kembali naskah yang sudah berada di Malaysia tersebut. Karena
di setiap naskah-naskah tersebut pasti ada kolofon di halaman terakhir
yang menggambarkan identitas penulis, tempat, dan tanggal pembuatan
naskah kuno tersebut.
Cara lain, dengan melihat catatan akuisisi naskah tersebut hingga di
perpustakaan universitas Malaysia.
“Sekarang tinggal bagaimana keseriusan pemerintah kita untuk
menyelamatkan naskahnaskah tersebut. Karena pemerintah kita masih
terfokus membicarakan budaya ini sebagai identitas belaka, dan Malaysia
sudah menganggap hal ini sebagai komoditas,� tandas Al Azhar.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kepri Arifin Nasir
mengakui banyak beralihnya naskah Melayu kuno. Bahkan, jumlahnya
mencapai ratusan. ‘’Tidak ada sarana dan prasarana untuk menyimpan
benda-benda sejarah itu,’’ ujarnya.
Ia mengatakan banyak naskah kuno yang berada di tangan masyarakat yang
terancam hilang dan itu belum terdata.
Naskah-naskah kuno yang beralih tangan tersebut tidak hanya ke Malaysia,
tetapi juga ke Singapura.
Menurut dia, tidak ada anggaran juga memperparah kondisi hilangnya
sejarah budaya Melayu yang ada di Kepri.
Satu-satunya tempat penyimpanan karya sastra Melayu yang tertinggal
berada di Pulau Penyengat. ‘’Akan tetapi, kondisinya Pulau Penyengat
tidak bisa menjamin bahwa barang-barang peninggalan budaya Melayu itu
tidak lari ke pihak asing.’’ Sementara itu, Wali Kota Solo, Jawa
Tengah,
Joko Widodo merasa dipermalukan dengan kasus yang terus bermunculan di
Museum Radya Pustaka.
Kasus terakhir, yang membuat dirinya seperti ditampar adalah ketika
koleksi wayang purwa yang ada di museum tertua Indonesia itu ternyata
juga telah berganti palsu, sedangkan yang asli juga hilang. (BY/HK/
WJ/N-1
http://anax1a. pressmart. net/mediaindones ia/MI/MI/ 2009/06/03/ ArticleHtmls/ 
03_06_2009_ 008_004.shtml? Mode=0
-- 
Kind regards,
Sulistiono Kertawacana
http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/