kutipan dari artikel Komang Darmawan(investorindonesia,20/6);
Jakarta Layak Iri pada Kuala Lumpur


Sudahkah Jakarta bisa menjadi kota yang nyaman dan aman bagi 
kehidupan warganya? Sudahkah Jakarta mampu menyediakan transportasi 
yang memadai untuk aktivitas warganya? Sudahkah Jakarta mampu 
memberikan perumahan yang memadai kepada warganya? Rasanya, masih 
terlalu jauh untuk bisa memperoleh jawaban `sudah' atas pertanyaan-
pertanyaan itu.

Sebagai kota metro atau megapolitan, denyut pembangunan di Jakarta 
memang relatif lebih kencang dibanding kota-kota lain di Indonesia. 
Tak heran bila seorang warga luar daerah akan terkaget-kaget begitu 
datang lagi ke Jakarta, setelah lama tak berkunjung. Menjamurnya 
shopping mall, apartemen, atau sarana busway menjadi salah satu tanda 
perubahan yang terjadi.

Tapi, tentu tak cukup menilai kemajuan pembangunan Jakarta, dengan 
hanya membandingkan kondisi Jakarta sekarang dan dulu. Akan lebih 
bermakna bila menilai Jakarta dengan mengambil komparasi pembangunan 
di kota metropolitan lain. Tak perlu membandingkan dengan Singapura, 
yang memang sudah diakui sebagai kota pusat finansial dan pusat jasa 
internasional. Cobalah bandingkan dengan Kuala Lumpur. Terus terang, 
kita akan merasa tertinggal.

Rasanya tak begitu sulit melihat perbedaan antara Jakarta dan Kuala 
Lumpur. Perbedaan sudah terasa begitu mendarat di Kuala Lumpur 
International Airport (KLIA), Sepang. Setelah pesawat merapat, kita 
merasakan betapa petugas dan pemimpin di sana memiliki kesadaran 
besar tentang pentingnya pelayanan kepada publik. 

Di Kuala Lumpur (KL), seperti berada di daerah Melayu modern. Melayu 
perilaku dan tutur katanya, tapi modern sarana dan kualitas hidupnya. 
Salah satu indikator nyata bisa dilihat pada keteraturan, baik dalam 
urusan administrasi, transportasi hingga akomodasi. Hal itu tentu 
memberikan rasa nyaman kepada `tamu' yang datang ke KL. Hampir semua 
urusan dari bandara, di jalan menuju kota hingga ke penginapan, 
berjalan begitu lancar.

Di bandara KL, misalnya, para penumpang cukup menghabiskan waktu tak 
lebih dari lima menit menuju ke Arrival Hall. Di sana sudah menunggu 
Aerotrain yang siap mengantar setiap saat. Setelah melewati counter 
imigrasi, kita bisa dengan cepat mendapatkan kopor yang dititipkan di 
bagasi. 

Yang lebih mencolok lagi adalah saat keluar dari Arrival Hall. Di 
Bandara Soekarno Hatta kita akan direpotkan berbagai pertanyaan oleh 
segerombolan sopir taksi atau petugas hotel yang terkadang `memaksa' 
untuk menggunakan jasa mereka. Sedangkan di KLIA bisa melenggang 
dengan tenang. Paling-paling, Anda ditanya seorang petugas counter 
hotel dengan nada sopan. 

Transportasi Nyaman

Persoalan besar yang masih menjadi `momok' Jakarta adalah 
ketidaknyamanan transportasi. Kemacetan menjadi makanan sehari-hari 
di kota berpenduduk 12 juta. Tak terlalu salah bila orang menyebut 
umur warga Jakarta habis di jalan. Bayangkan, setiap hari seorang 
karyawan bisa menghabiskan waktu empat jam untuk pulang-pergi ke 
kantor, belum lagi berbagai ketidaknyamanan di jalan yang membuat 
stres. 

Di Kuala Lumpur, hampir semua sarana transportasi umum menjanjikan 
kenyamanan pada pengguna. Hampir semua tempat bisa ditempuh dengan 
sarana transportasi yang layak.

Di kawasan permukiman Chow Kit, cukup naik monorel bisa mencapai 
Suria KLCC (Kuala Lumpur Convention Center) tak lebih dari 15 menit. 
Suasana di monorel sangat nyaman, bersih dan ber-AC. Sungguh jauh 
bila dibandingkan kereta api di Jakarta, bahkan dibandingkan kereta 
api ekspres sekalipun. Apalagi kalau dibandingkan dengan kereta api 
Jabotabek, ibarat langit dan bumi.

Suria KLCC merupakan pusat perkantoran dan perbelanjaan tersohor di 
Malaysia. Kawasan ini bisa disetarakan dengan Sudirman-Thamrin-Medan 
Merdeka. Bandingkan, berapa lama waktu yang harus dihabiskan warga 
Jakarta untuk mencapai Sudirman-Thamrin-Medan Merdeka, kalau 
berangkat dari Depok atau Bekasi atau Tangerang. 

Yang paling menarik untuk dibandingkan adalah suasana perjalanan yang 
nyaman, baik perjalanan dari bandara ke kota, perjalanan di dalam 
kota, ke pusat perkantoran, ke pusat perbelanjaan, maupun ke kawasan 
permukiman. Sangat terasa betapa kota ini ada yang mengatur dan 
masyarakatnya mendukung sepenuhnya aturan yang ada. 

Berjalan kaki di pinggir jalan, di kawasan bisnis dan di stasiun pun 
kita tak terganggu. Karena, tak ada pedagang kaki lima, tukang 
ngamen, tukang parkir, calo, preman, pengemis dan lain-lain. Dinding-
dinding, lantai dan fasilitas umum seperti telepon, terlihat bersih 
dan berfungsi dengan baik. Bandingkan dengan kondisi di Jakarta. 
Hampir di setiap jengkal kita bisa temui pedagang kaki lima, tukang 
parkir, tukang ngamen dan pengemis.

Membandingkan kenyamanan bertransportasi di KL dengan Jakarta memang 
membuat iri. Selain cepat dan murah, bertransportasi di KL juga 
menjauhkan kita dari rasa stres. 

Tarif kereta api, bus dan angkutan lain juga sudah ditetapkan dengan 
aturan yang tegas. Kita tak perlu harus `berantem' dengan kernet soal 
ongkos karena masing-masing trayek sudah ada tarifnya. Begitulah 
kondisi tetangga bangsa serumpun kita. 

Sementara itu, pemimpin di negeri kita kerap kali berkilah bahwa 
jumlah penduduk yang besar menjadi kendala dalam pembangunan kota 
yang bersih dan nyaman. Memang, Jakarta yang berpenduduk 12 juta, 
bahkan bisa jadi 17 juta orang pada siang hari, tak bisa dibandingkan 
dengan KL yang hanya berpenduduk tiga juta orang. Tapi, alasan itu 
tidak bisa terus dipertahankan kalau kita ingin maju. Kecuali, kalau 
kita memang ingin tetap mempertahankan citra buruk yang telah lama 
melekat pada Ibu Kota Jakarta, yaitu kumuh, rawan banjir, dan rawan 
kejahatan.

Yang jelas, membandingkan kehidupan dan kegiatan tranportasi di 
Jakarta dan Kuala Lumpur, sungguh membuat kita iri. Kapan kita bisa 
menikmati kenyamanan sarana transportasi umum seperti di Kuala 
Lumpur? Pertanyaan itu barangkali akan terus menjadi impian, bila tak 
ada upaya komprehensif yang dilakukan Pemda DKI dan pemerintah untuk 
membenahi berbagai sisi kehidupan di Ibukota yang dapat 
dibilang `kotor, menyebalkan, dan penuh kekerasan'.






***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke