Assalamu'alaikum wr wb,

Kita menghabiskan waktu 12 tahun belajar dari bangku
SD hingga SMA agar sukses hidup di dunia. Tapi sedikit
dari kita yang menghabiskan waktu untuk belajar ilmu
agama agar sukses hidup di akhirat nanti.

Padahal akhirat itu lebih baik dari dunia. Kenapa?
Pertama akhirat itu lebih kekal. Berlangsung trilyunan
tahun bahkan lebih. Sementara hidup di dunia paling
hanya 100 tahun saja. Kemudian kalau di dunia itu
paling kita punya tanah dan rumah seluas 1.000 meter
per segi, di akhirat itu luasnya seluas bumi dan
langit! Belum lagi berbagai fasilitas seperti makanan
dan minuman yang jauh lebih baik dari di dunia.
 
Oleh karena itu rugilah orang yang hanya belajar ilmu
dunia tanpa berusaha mempelajari ilmu akhirat. Mereka
malas belajar ilmu agama seolah-olah yakin pasti masuk
surga. Padahal Nabi berkata begitu sedikit orang yang
masuk surga seperti jumlah bulu putih pada sapi hitam
atau bulu hitam pada sapi putih [HR Bukhari].

Seandainya kita sukses hidup di dunia pun misalnya
punya tanah ratusan hektar, ratusan mobil mewah,
puluhan rumah megah, saat mati saja sudah tidak
berguna. Apalagi di akhirat nanti.

"Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna
sedikitpun (untuk menolong) mereka dari azab Allah.
Mereka itulah penghuni neraka, dan mereka kekal di
dalamnya." [Al Mujaadilah:17]

Di akhirat orang yang sengsara akan hidup susah meski
di dunia mereka hidup enak. Jangankan makan, minum ala
kadarnya saja tidak dapat.

"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin
(kafir) biarlah ia kafir." Sesungguhnya Kami telah
sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta
minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air
seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka.
Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat
yang paling jelek." [Al Kahfi:29] 

Oleh karena itu semoga kita bisa mempelajari ilmu
agama kemudian mengamalkannya.

Wassalam

http://www.perpustakaan-islam.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=105
Beramal Perlu Ilmu! 
Posted by admin  
09/08/2004   3639 clicks     
 
 
Berapa umur kita sekarang? Barapa usia kita ketika
mulai terkena beban syariat? Mungkin sudah belasan
tahun bahkan puluhan tahun kita mengenal islam dan
melaksanakan ajarannya. Tapi pernahkah kita berpikir,
apakah ibadah kita ini sudah benar sesuai dengan
contoh nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Apakah cara
kita berislam sudah sesuai dengan perintah Allah dan
Rasul-Nya? Sudahkah kita berislam dengan tata cara dan
urutan yang benar?  
 
 
Berapa umur kita sekarang? Barapa usia kita ketika
mulai terkena beban syariat? Mungkin sudah belasan
tahun bahkan puluhan tahun kita mengenal islam dan
melaksanakan ajarannya. Tapi pernahkah kita berpikir,
apakah ibadah kita ini sudah benar sesuai dengan
contoh nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Apakah cara
kita berislam sudah sesuai dengan perintah Allah dan
Rasul-Nya? Sudahkah kita berislam dengan tata cara dan
urutan yang benar? 

Apa yang kita tahu tentang Islam? Terkadang, di antara
kaum muslimin, ketika ditanya apa itu Islam mereka
kebingungan menjawab. Ya… Islam ya… kayak itu lah.
Islam itu agama yang paling benar, agama yang paling
diridhai Allah, dibawa oleh Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam, dan jawaban-jawaban lainnya. Ada juga yang
menyebutkan mengenai rukun Islam ketika ditanya apa
itu Islam. Ya, mereka tidak sepenuhnya salah, tapi
yang dimaksud si penanya dengan Islam adalah berserah
diri kepada Allah dengan tauhid, tunduk kepada-Nya
dengan segala ketaatan/kepatuhan, serta melepaskan
diri dari segala bentuk syirik dan para pelaku syirik.
Ketika diberi tahu mengenai hal ini malah yang ditanya
kebingungan, kok dia tidak pernah dengar mengenai hal
ini. 

Ada juga, ketika salah seorang muslim sujud di dalam
shalatnya dengan menghamparkan tanggannya ke lantai
(tangan sampai siku menempel di lantai), ia ditegur
temannya dan memberi tahu bahwa hal itu tidak boleh;
dia malah kebingungan. Bahkan tidak percaya, karena
selama shalat puluhan tahun baru sekarang ini ada yang
menegur dan mangatakan perbuatan itu dilarang. 

Banyak contoh yang dapat dikemukakan, tapi kita
mencukupkan itu saja. Sebagian kaum muslimin di dalam
beribadah terkadang tidak membekali dirinya dengan
ilmu mengenai ibadah tersebut terlebih dahulu. Selain
merasa tidak penting, mereka juga bernaggapan bahwa
belajar hanya akan membuang waktu dan tenaga. Ngapain
belajar segala, kalau mau sholat, lihat saja orang
yang sedang sholat, kemudian kita contoh. Beres,
selesai, simple kan? Tidak usah belajar. Makan waktu,
tenaga, dan biaya. 

Hal ini sangat memprihatinkan. Terkadang, kita tahu
ilmu tentang sesuatu sampai sedetil-detilnya, tapi
untuk permasalahan agama yang hubungannya dengan
akhirat kita tidak tahu sama sekali, walaupun hal itu
kita lakukan setiap hari!! Kita ambil contoh, ada
seorang bisa mempelajari masalah mesin sampai
sedetil-detilnya, tapi dia tidak tahu bagaimana cara
wudhu yang benar. Padahal setiap sholat harus
berwudhu, lalu bagaimana dengan sholat-nya? 

Ilmu sebelum beramal sangat penting. Kita harus
mengilmui apa yang akan kita amalkan. Karena kalau
tidak, salah-salah kita akan terjerumus kepada bid’ah
ataupun kesyirikan. Bid’ah lebih disenangi syetan
ketimbang maksiat, karena orang yang berbuat maksiat
merasa dirinya berbuat maksiat dan ada harapan untuk
bertobat, sedanglan pelaku bid’ah merasa bahwa dirinya
sedang beribadah kepada Allah, jadi harapan untuk
bertaubat dari bid’ahnya sangat kecil sebab ia tidak
merasa berbuat salah. Adapaun syirik merupakan dosa
besar yang paling besar yang pelakunya tidak akan
diampuni kalau mati dengan membawa dosa syirik
tersebut (pelakunya mati sebelum bertobat). Dan dia
akan kekal di dalam neraka. Na’udzubillah. 

Saking pentingnya mengenai ilmu ini, Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan kepada
kita untuk menuntut ilmu: 
“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.”
(HR.Bukhari) 

Imam Ahmad –rahimahullah- pernah mengungkapkan: 
“Manusia amat membutuhkan ilmu daripada kebutuhan
mereka kepada makanan dan minuman, karena makanan dan
minuman hanya dibutuhkan dalam sehari satu atau dua
kali, sedang ilmu dibutuhkan setiap saat.” 

Imam Bukhari –rahimahullah- dalam kitab shahihnya
menulis: “Bab Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan.”
Dalilnya adalah firman Allah (yang artinya): 
“Maka ketahuilah bahwa tidak ada ilah yang berhak
disembah kecuali Allah dan mohonlah ampun atas
dosamu.” (Muhammad:19) 

Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin –rahimahullah-
menjelaskan bahwa: “Imam Bukhari berdalil dengan ayat
ini untuk menunjukkan wajibnya mempunyai ilmu sebelum
ucapan dan perbuatan. Ini dalil yang tepat menunjukkan
bahwa manusia hendaknya mengetahui terlebih dahulu,
baru kemudian mengamalkannya. Ada juga dalil aqli yang
menunjukkan hal serupa, yaitu bahwasanya amal dan
ucapan tidak akan benar dan diterima sehingga sesuai
dengan syariat. Seseorang tidak akan tahu apakah
amalnya sesuai dengan syariat atau tidak kecuali
dengan ilmu. Tetapi ada beberapa hal yang manusia bisa
mengetahuinya secara fithrah, seperti pengetahuan
bahwa Allah adalah satu-satunya sesembahan, sebab yang
demikian ini sudah menjadi fithrah manusia, karena
itulah tidak perlu bersusah payah untuk mempelajari
bahwa Allah itu Esa. Adapun masalah-masalah juz’iyah
yang beragam perlu untuk dipelajari dan memerlukan
usaha keras.” 

Secara akal sehat, pernyataan Imam Bukhari tersebut
memang benar dan logis. Kita ambil contoh, misalnya
dalam ilmu dunia, bagaimana ia dapat menulis kalau
belum pernah belajar menulis. Demikian juga untuk
permasalahan akhirat, bagaimana mungkin seorang bisa
menegakkan sholat dengan benar padahal ia belum
belajar bagaimana tata cara sholat yang benar.
Bagaimana bisa berwudhu dengan benar sedang dia tidak
pernah mau belajar berwudhu yang benar. Bukankah orang
yang mau belajar pasti lebih tahu dan lebih benar tata
caranya daripada orang yang tidak pernah belajar? 

Keutamaan Ilmu: 
Keutamaan menuntut ilmu sangat banyak sekali, Ibnu
Qayyim Al-Jauziyah dalam “Buah Ilmu” menyampaikan
kepada kita samapi 129 sisi keutamaan ilmu!! Tentunya
sangat tidak mungkin kalau ditulis semuanya di sini.
Di antara keutamaan menuntut ilmu adalah: 

v “Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui? (Az-Zumar:9)

v “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah:11) 
v “Barangsiapa berjalan di satu jalan dalam rangka
menuntut ilmu, maka Allahmudahkan jalan menuju jannah.
Dan sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya
bagi penunutu ilmu tanda ridha dengan yang dia
perbuat. (Dari hadits yang panjang riwayat Muslim) 
v “Barangsiapa keluar dalam rangka thalabul ilmu
(mencari ilmu), maka dia berada dalam sabilillah
hingga kembali.” (HR. Tirmidzi, hasan) 
v “Barangsiap menempuh jalam untuk mencari ilmu, maka
Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR.Muslim) 
v “Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan
maka Allah akan pahamkan dia adalam (masalah) dien
(agama).” (HR.Bukhari) 

Ilmu yang dipelajari 
Apakah yang dimaksud dengan ilmu pada hadits-hadits di
atas? Apakah seluruh ilmu? Yang dimaksud ilmu di situ
adalah ilmu nafi’, yaitu ilmu yang bermanfaat, yang
akan mewariskan kebaikan dan barakah kepada
penuntutnya baik di dunia ataupun di akhirat.
Karenanya ilu yang patut dituntut dan diusahakan untuk
meraih adalah ilmu syar’I yang dengannya amal akan
menjadi baik dan benar. 
Ilmu adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, sabda
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan ijma
sahabat. 

Apakah kita harus mempelajari semua ilmu yang ada?
Tentunya tidak. Semua orang dilahirkan dengan
kemudahan yang berbeda-beda. Kalau semuanya akan
dituntut, sampai akhir hayatpun tidak semuanya dapat
dipelajari,karena ilmu adalah samudera yang maha luas.


Apa yang mesti kita pelajari terlebih dahulu? 
Pertama, Kitabullah 
Ilmu yang pertama serta utama yang sekaligus sebagai
dasar, sumber dan pedoman yang agung bagi ilmu-ilmu
yang lainadalah Al-Qur’an. Marilah Al-Qur’an kita
baca, kta pelajari isinya dan kita amalkan apa yang
terkandung di dalamnya. 

Kedua, Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

Yaitu setiap apa yang datang dari Nabi Shallallahu
'Alaihi wa Sallam apakah itu ucapan, perbuatan, atau
persetujuan beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Kita
pelajari dan kita laksanakan perintah-perintahnya dan
kita tinggalkan larangan-larangannya. Kita juga
berkewajiban untuk mencontoh Nabi, karena beliau
adalah suri teladan yang baik bagi kita. 
Terkadang ayat-ayat al-Qur’an belum dapat dipahami
secara langsung, dan hanya bisa dipahamai dan
diamalakan dengan petunjuk dari sunnah nabi
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Misalnya perintah
sholat, di Al-Qur’an tidak ada penjelasan bagaimana
tata cara sholat, dengan mempelajari sunnahnya kita
dapat mengetahui tata cara sholat yang diperintahkan. 

Ketiga, Aqidah atau Ilmu tauhid 
Ilmu ini memiliki kedudukan yang tinggi. Kebutuhan
kita yang paling mendesak saat ini adalah mempelajari
aqidah islamiyah. Jadikanlah mempelajari aqidah
sebagai prioritas utama. Karena sekarang ini syirik
merajalela, di mana-mana, hampir tidak pernah sunyi
dari kesyirikan dengan berbagai macam bentuknya.
Pelajarilah dengan sebenar-benarnya, agar diri kita
tidak terkena noda syirik. Bukankah syarat pertama
diterimanya amal adalah bertauhid kepada Allah, tidak
melakukan kesyirikan? 

Keempat, ilmu tafsir 
Dengan ilmu tafsir, kita dapat memahami ayat-ayat yang
sulit, yang belum dapat kita pahami langsung dari
Al-Qur’an. Dalam kitab tafsir dijelaskan tafsir ayat
dengan ayat, tafsir ayat dengan hadits. Namun perlu
diperhatikan, pelajarilah kitab tafsir yang penulisnya
memiliki aqidah yang shahihah dan komitmen terhadap
hadits-jadits yang shahih. 

Kelima, ilmu fiqh 
Ilmu ini berhubungan erat dengan pelaksanaan ibadah,
syarat-syarat dan rukun-rukunnya. Sungguh-sungguhlah
menuntut ilmu ini, karena apabila tidak dipelajari
secara benar, maka ibadah yang kita lakukan bisa
sia-sia. Dengan ilmu ini kita bisa mengetahui tata
cara peribadatan. Tentunya tidak harus semunya kita
tahu, bagi kita, minimal mengetahui apa-apa yang
selalu kita kerjakan sehari-hari, seperti thaharah,
shalat, puasa, dan yang lainnya. 

Pelajarilah ilmu-lmu tersebut sesuai dengan kemampuan
kita. Prioritaskanlah yang harus diprioritaskan.
Dahulukanlah mana yang harus didahulukan. Pelajarilah
hal-hal yang merupakan wajib a’in bagi kita. 

Metode menuntut ilmu: 
Menuntut ilmu dapat dengan berbagai metode, asal saja
hal tersebut tidak dilarang oleh syariat. Di antara
metode yang dapat digunakan adalah: 

(a) Hadir dalam majelis-majelis taklim 
Tentunya kita harus memperhatikan apa yang dikaji dan
siapa pematerinya (yang memberi kajian) karena mungkin
yang diajarkannya hal yang tidak berguna bagi kita,
bahkan dapat merusak diri dan dien (agama) kita.
Apakah yang diajarkannya memang diperlukan oleh kita
dan bersumber dari al-Qur’an dan hadits yang shahih.
Siapa pengajarnya? Apakah orang tersebut sudah
terkenal konsisten dengan agama yang benar bersumber
dari Al-Qur’an dan sunah yang shahih berdasar
pemahaman salafush shalih. Jangan sampai kita belajar
kepada ahli bid’ah. Karena bukan ilmu yang akan kita
dapat, namun kebinasaan yang akan kita peroleh. 

(b) Membaca kitab-kitab/buku yang bermanfaat 
Apabila kita bisa berbahasa arab, maka kita baca
kitab-kitab para ulama. Namun apabila tidak, kita
dapat membaca buku terjemahan yang bagus. Namun jangan
semua buku dibaca, kita juga harus selektif. Siapa
penulisnya dan bagaimana keadaan penerjemahnya, apakah
ia amanah dalam menerjemahkan atau tidak. Jangan semua
buku kita baca, hanya buku yang shahih saja yang kita
konsumsi. 

(c) Mendengarkan kaset-kaset ceramah 
Alhamdulillah, telah beredar di kalangan kita
kaset-kaset yang berisi pelajaran-pelajaran yang
bermanfaat. Kita dapat mengambil ilmu dengan
mendengarkan kaset kaset tersebut. Tentu saja kita
harus selektif juga dalam memilih kaset yang akan kita
dengarkan. 
(d) Meminta fatwa 
Kita dapat meminta fatwa kepada ulama atau ustadz yang
terpercaya mengenai permasalahan yang kita hadapi.
Bisa lewat telpon, email, atau datang langsung. 
(e) Dan metode-metode lain yang tidak bertentangan
dengan syariat. 

Prinsip-prinsip dalam pengambilan ilmu: 
Dalam mengambil ilmu kita perlu memperhatikan
kaidah-kaidah pengambilan ilmu, diantaranya
(sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Nashr Abdul Karim
Al-‘Aql) 
1. Sumber ilmu adalah kitab Allah (Al Qur’an), sunnah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang shahih
dan ijma’ para salaf yang shaleh. 
2. Setiap sunnah shahih yang berasal dari Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wajib diterima, sekalipun
tidak mutawatir atau ahad (hadits yang diriwayatkan
oleh seorang periwayat atau lebih, tetapi
periwayatannya bukan dalam jumlah yang terhitung). 
3. Yang menjadi rujukan dalam memahami Kitab dan
Sunnah adalah nash-nash (teks Al Qur’an atau hadits)
yang menjelaskannya, pemahaman para salaf yang shaleh
dan para imam yang mengikuti jejak mereka serta
dilihat arti yang benar dari bahasa Arab. Namun jika
hal tersebut sudah benar maka tidak dipertentangkan
lagi dengan hal-hal yang hanya berupa kemungkinan
sifatnya menurut bahasa. 
4. Prinsip-prinsip utama dalam agama (ushuluddin)
semua telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam. Siapapun tidak berhak mengadakan hal yang
baru, yang tidak ada sebelumnya, apalagi sampai
mengatakan hal tersebut termasuk bagian dari agama. 
5. Berserah diri dan patuh hanya kepada Allah dan
RasulNya lahir dan batin. Tidak menolak sesuatu dari
Kitab atau Sunnah yang shahih, baik dengan analogi,
perasaan, kasyf (illuminasi, atau penyingkapan tabir
rahasia sesuatu yang ghaib), ucapan seorang syeikh
ataupun imam-imam, dan alin-lainnya. 
6. Dalil akli yang benar akan sesuai dengan dalil
nakli (nash) yang shahih. Sesuatu yang qath’i (pasti)
dari kedua dalil itu tidak akan bertentangan. Apabila
sepertinya ada pertentangan di antara kedua dalil itu,
maka dalil nakli harus didahulukan. 
7. Wajib untuk senantiasa menggunakan bahasa agama
dalam aqidah dan menjauhi bahasa bid’ah (yang
bertentangan dengan sunnah). Bahasa umum yang
mengandung pengertian yang salah dan yang benar perlu
dipertanyakan lebih lanjut mengenai pengertian yang
dimaksud. Apabila yang dimaksud adalah pengertian yang
benar maka perlu disebutkan dengan menggunakan bahasa
agama (syar’i). Tetapi bila yang dimaksud adalah
pengertian yang salah maka harus ditolak. 
8. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam adalah
ma’shum (dipelihara Allah dari kesalahan), dan umat
Islam secara keseluruhan dijauhkan Allah dari
kesepakatan atas kesesatan. Namun secara individu,
tidak ada seorangpun dari kita yang ma’shum. Jika ada
perbedaan pendapat diantara para imam atau yang selain
mereka maka perkara tersebut dikembalikan kepada Kitab
dan Sunnah, dengan memaafkan orang yang keliru dan
berprasangka baik bahwa dia adalah orang yang
berijtihad. 
Ada di antara umat kita yang memperoleh bisikan dan
ilham dari Allah, ru’ya (mimpi) yang baik. Ini benar
dan termasuk salah satu bagian dari kenabian. Firasat
yang baik adalah benar, dan itu semua adalah karamah
(suatu kelebihan dan keluarbiasaan yang dikaruniakan
Allah asal kepada seorang wali) Ciri karamah adalah
orang yang mendapatkannya senantiasa istiqomah,
berjalan di atas tuntunan Al Quran dan Sunnah. 
9. serta tanda baik dari Allah, asal dengan syarat
tidak bertentangan dengan syariat dan tidak menjadi
sumber aqidah maupun hukum. 
10. Berdebat untuk menimbulkan keraguan dalam agama
adalah perbuatan tercela. Tetapi berdebat dengan cara
yang baik untuk mencari kebenaran disyariatkan.
Perkara yang dilarang oleh nash untuk mendalaminya
wajib diterima dan wajib menahan diri untuk mendalami
sesuatu yang tidak dapat diketahui oleh seorang
muslim. Seorang muslim harus menyerahkan pengetahuan
tersebut kepada Yang Maha Mengetahui, yakni Allah
Subhanahu Wata’ala. 
11. Kaum muslimin wajib senantiasa mengikuti manhaj
(metode) Al Qur’an dan Sunnah dalam menyampaikan
sanggahan, dalam aqidah dan dalam menjelaskan suatu
masalah. Karena itu bid’ah tidak boleh dibalas dengan
bid’ah lagi, kekurangan dilawan dengan
berlebih-lebihan, atau sebaliknya. 
12. Setiap perkara baru yang tidak ada sebelumnya
dalam agama adalah bid’ah. Setiap bid’ah adalah
kesesatan, dan setiap kesesatan dalam neraka. 

Penutup 
Marilah kita mulai sekarang untuk memperbaharui cara
kita beragama, memperbaharui amalan-amalan kita dengan
mengilmui dahulu baru kemudian mengamalkan. Tidak asal
dalam beribadah, karena nantinya hanya capek dan lelah
yang akan kita dapatkan. Beribadah adalah ada caranya,
ada tuntunannya, dan itu hanya bisa kita ketahui
dengan berilmu dahulu. Janagn sampai kita terkena
hadits (yang artinya): “Barangsiapa yang
mangada-adakan dalam urusan kami yang bukan darinya
maka tertolak.” Dalam riwayat yang lain: “Brangsiapa
mengamalkan suatu amalan yang tidak ada padanya urusan
kami maka tertolak.” Marilah kita jadikan “ilmu
sebelum berucap dan beramal” sebagai slogan kita. 
Semoga bermanfaat. Allahu A’lam. 

--------------------------------------------------------------------------------

Referensi: Sumber bacaan dan pengambilan: Ø Buah Ilmu,
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Penerjemah: Fadhli Bhri, Lc.
Penerbit: Pustaka Azzam, Jakarta. Ø Pesan Untuk
Muslimah Bagi Penuntu Ilmu Syar’I, Ummu Hasan.
Penerjemah: Razif Abdullah. Penerbit: Pustaka Amanah,
Solo. Ø Penjelasan Kitab Tiga Landasan Utama, Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin. Penerjemah: Zainal
Abidin Syansuddin, Lc, Ainul Haris Arifin, Lc.
Penerbit: Darul Haq, Jakarta Ø Prinsip-Prinsip Aqidah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Dr. Nashir ibn ‘Abdul Karim
Al ‘Aql, Penerjemah: Muhammad Yusuf Harun MA.
Penerbit: Gema Insani Press, Jakarta 

[Kontributor : Abah Utik, 09 Agustus 2004 ] 
 

===
Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
http://www.media-islam.or.id

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke