Saya tidak paham soal pembiayaan kepemilikan pesawat. Tapi apa betul lebih 
murah beli pesawat Boeing 737 baru ketimbang sewa buat kebutuhan Pesawat RI-1?
 
Soalnya jika beli, kan biaya tidak selesai di situ. Ada biaya perawatan tiap 
bulan yg harus dibayar.  Dan kalau dihitung, berapa kali sih Presiden naik 
pesawat tiap bulan?
 
Kalau biaya perawatan dibebankan ke TNI-AU, berarti sama juga bohong, karena 
anggaran TNI-AU kan sangat terbatas. Untuk pesawat-pesawat tempur dan pesawat 
angkut Hercules saja masih banyak yang tidak siap operasional, karena kurang 
anggaran. Jadi Presiden bukannya membantu anggaran TNI-AU tetapi malah 
membebani TNI-AU.
 
Sebaliknya, kalau sewa dari Garuda, meski terkesan butuh anggaran agak besar, 
uangnya kan masuk ke BUMN (milik negara). Jadi, sebetulnya uang itu cuma pindah 
dari saku kanan (Setneg/operasional kepresidenan) ke saku kiri (Garuda). 
Hitung-hitung pemerintah mendukung BUMN-nya sendiri.
 
Dilihat dari skala makro, lebih untung jika beli pesawat Boeing 737 buat Garuda 
daripada buat Presiden RI, karena pesawat itu akan dioperasikan tiap hari oleh 
Garuda (memasukkan uang). Ketimbang hanya dipakai sekali-sekali dan sebagian 
besar waktunya hanya disimpan di hanggar sebagai pesawat kepresidenan.
 
Saya khawatir, gaya pemerintahan yang cenderung boros macam ini sudah tak bisa 
ditolerir. Contohnya, menaikkan kelas mobil-mobil untuk menteri baru, sehingga 
harganya jauh lebih mahal. Padahal dengan mobil sekelas Camry (mobil para 
menteri era kabinet sebelumnya) sudah cukup dan memadai.
 
Jelas, pemerintah sangat memandang "martabat" dirinya secara materialistik. 
Kalau tidak pakai mobil mewah atau tidak pakai pesawat sendiri, berarti merasa 
tidak punya martabat. 
 
Sangat jauh dari semangat dan harga diri tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan 
Indonersia, serta tokoh seperti pejuang kemerdekaan India, Mahatma Gandhi. 
Gandhi tidak rendah diri meski memakai kain hasil tenunan sendiri yang 
sederhana. Dia kalau mau bisa hidup mewah, beli jas termahal, tetapi dia 
memilih memakai tenunan sendiri sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan 
Inggris.   
 
Karena esensi martabat dan harga diri bangsa bukan pada pakaian, mobil, pesawat 
mewah, tetapi pada JIWA-nya. Semangat kemandirian ini sampai tahap tertentu 
masih diteruskan oleh pejabat-pejabat India sekarang. 


From: sunny <am...@tele2.se>
Subject: [ppiindia] Komisi II DPR Setuju, Beli Boeing untuk Pesawat Presiden
To: undisclosed-recipi...@yahoo.com
Date: Friday, January 29, 2010, 6:46 AM


  





Jawa Pos
[ Kamis, 28 Januari 2010 ] 

Komisi II DPR Setuju, Beli Boeing untuk Pesawat Presiden 

JAKARTA - Pembelian pesawat kepresidenan hampir pasti terealisasi. Selain 
persetujuan Komisi II DPR sudah di tangan pemerintah, pihak Boeing telah 
melakukan ekspose penawaran spesifikasi produk dan harga pesawat.

''Sudah ada ekspose dari Boeing,'' kata Mensesneg Sudi Silalahi di Kompleks 
Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin (27/1). Sudi mengatakan, usul pembelian 
pesawat kepresidenan berasal dari DPR. Tujuannya, lanjut Sudi, untuk efisiensi 
anggaran kepresidenan. ''Ide ini dari DPR dulu, maka kita coba. Ternyata betul 
bahwa lebih murah kalau pengadaan pesawat kepresidenan sendiri. Dengan 
pertimbangan- pertimbangan itu, ya setuju, diproseslah, '' kata Sudi.

Dia mengatakan, pesawat itu tidak dibeli secara langsung, tapi bisa dicicil 
dalam anggaran multiyears. ''Kalau dihitung, kalau kita sewa berapa, setelah 
sekian lama, itu akan lunas. Lebih murah daripada seperti uang sewa sebagaimana 
digunakan selama ini," katanya. Sudi tidak merinci perbandingan harga sewa 
dengan harga beli. 

Sebagai perbandingan, anggaran sewa pesawat pada tahun anggaran 2007-2008 
berkisar Rp 170-180 miliar. Untuk keperluan pembelian pesawat, pemerintah telah 
mengajukan anggaran untuk uang muka melalui pos belanja lain-lain di APBN 2010 
sebesar Rp 200 miliar.

Ketua Komisi II DPR Burhanudin Napitupulu mengatakan, anggaran yang disetujui 
untuk pembelian pesawat adalah total USD 75 juta atau sekitar Rp 700 miliar. 
Sama dengan Sudi, politikus yang akrab disapa Burnap itu mengatakan, membeli 
pesawat lebih murah daripada menyewa setiap tahun. ''Meski Garuda itu milik 
pemerintah, kan harus sewa juga," kata Burnap saat dihubungi kemarin.

Selama ini Setneg menyewa pesawat Boeing 737-500 dari Garuda Indonesia. Pesawat 
buatan Amerika Serikat (AS) itu biasa digunakan untuk kunjungan kerja presiden 
ke daerah-daerah di tanah air. Untuk lawatan internasional, pesawat yang 
digunakan adalah jenis Airbus A-300-330 atau Airbus A-300-341 buatan Prancis.

Jika anggaran yang disepakati USD 75 juta, Setneg hanya bisa membeli pesawat 
kepresidenan untuk tujuan domestik. Berdasarkan daftar harga di situs resmi 
www.boeing.com, anggaran sebesar itu bisa digunakan untuk membeli pesawat jenis 
Boeing 737-800.

Burnap menambahkan, pembelian pesawat juga bisa lebih mudah untuk pengamanan. 
Garuda juga tidak perlu mengurangi penerbangan di rute-rute tertentu saat 
pesawat disewa presiden. ''Ketika disewa, harus dipersiapkan beberapa hari, 
didesain ulang untuk pengamanan. Ini juga tidak efektif buat Garuda," kata 
Burnap. Dengan memiliki pesawat sendiri, kata Burnap, desain keamanan tidak 
perlu diubah-ubah. 

Dia mengakui, masih ada anggaran yang harus diperhatikan. Yakni, biaya 
perawatan. ''Sebaiknya nanti perawatannya langsung diserahkan ke TNI-AU,'' 
katanya. Menurut Burnap, pembelian pesawat telah disetujui Komisi II DPR 
periode selanjutnya. "Kami juga menyetujui, karena kami yakin sudah dihitung 
dengan cermat oleh periode sebelumnya," katanya. (sof/agm) 

[Non-text portions of this message have been removed]









      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke